01|165

5.2K 139 15
                                    

165. Morning of Penelope's age-ceremony

Seperti saat setiap kali aku menghadiri jamuan makan atau jamuan besar diistana, aku akan dipaksa bangun subuh oleh pelayan.

Lagipula aku hampir tidak tidur semalaman, jadi hal itu tidak terlalu menyebalkan seperti waktu pagi lainnya. Namun, setelah mereka berulang kali menggosok sesuatu di wajah dan tubuh ku dan mencucinya dengan air dengan minyak wangi, aku merasa menjadi kimchi pada saat aku meninggalkan kamar mandi.

"Semua orang tahu hari apa ini, kan?"

"Nona, Anda harus bersinar lebih dari sebelumnya!"

"Ya, ya! Serahkan pada kami, nona! Kami akan mencurahkan jiwa kami untuk membuat kecantikan nona semakin menonjol!"

Para pelayan, yang biasanya bahkan tidak bisa mengangkat kepala mereka dengan baik di depanku, mengepalkan tangan mereka dengan semangat dan bergabung dikamarku dengan sukacita hari ini.

"Lakukan saja, tolong....."

Tentu saja, permohonan ku yang tidak berdaya diabaikan.

Para pelayan berusaha lebih keras, lebih dari biasanya, dengan riasan dan rambutku. Hanya ketika para pelayan membiarkan ku pergi setelah waktu yang cukup lama, aku akhirnya bisa melihat bayangan wajahku di cermin.

"Ha..."

Saat aku perlahan membuka mataku, seseorang menghela nafas. Tidak seperti waktu lain, sebagian besar pelayan hanya diam.

Aku dengan segera menemukan alasannya. Bayanganku di cermin benar-benar cukup indah untuk membuat mereka berseru.

Mata terangkat ke titik di mana wajah tanpa ekspresi tampak agak cerah, dan riasan membuat mereka terlihat cantik dan penuh warna.
Hidung mungil ku, pipi dan bibir kemerahan, serta rambut merah muda gelap yang dikepang halus, terlihat cukup indah.

Aku perlahan mengangkat tanganku dan menyentuh pipiku.

'...Cantik.'

Penelope, yang aku lihat dalam ilustrasi adegan upacara kedewasaan dalam mode normal, sangat cantik.

'Kau begitu cantik.'

Sangat disayangkan bahwa aku tidak mengenalinya saat itu. Melihat kepada permukaan cermin, aku merasa sedikit sedih. Aku merasa kasihan atas kehilangan pemilik tubuh ini, yang akan segera tidak berdaya melawan apa yang akan aku lakukan kedepannya.

"Nona tidak boleh menyentuh wajah nona! Jangan sentuh wajahmu hari ini!"

Namun, saat itu juga rasa kasihan ku menghilang ketika para pelayan menarik ku kembali ke dunia nyata dari lamunan sesaat ku.

"Baiklah."

Aku menurunkan tanganku dengan lembut dengan ekspresi tidak setuju. Aku pikir akan lebih baik bagi ku untuk tidak mengatakan apa-apa hari ini. Ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kali.

Lalu, kata pelayan lain.

"Nona, dan gaunnya ..."

Aku mencoba menginstruksikan mereka untuk membawa gaun yang sama seperti biasanya. Yang ku maksud dengan 'biasa' adalah suatu gaun yang berkain halus dengan model menutupi bagian leher ku.

White Lily Means Death[✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang