S A T U

26 5 5
                                    

Happy reading 🤗
.
.
.
.
.

"Welcome back my princess"

Kalimat manis disusul dengan pelukan hangat menyambut kedatangan Via. Gadis cantik yang hampir 4 tahun meninggalkan kota kelahirannya untuk menenangkan diri karena kehilangan orang yang paling disayanginya.

"Thanks my prince" balas Via disertai senyuman manis andalannya. Via mendongak untuk melihat wajah tampan dari lelaki yang selalu datang padanya disaat liburan sekolah.

"Ga usah senyum gitu bisa?" Kalimat datar tiba tiba terucap dari lelaki tersebut.

"Kenapa?"

Via melepaskan pelukannya sambil mengerutkan keningnya. Jujur, ia tidak mengerti kenapa lelaki dihadapannya tiba tiba bersikap dingin padanya. Tapi, bukannya menjawab pertanyaan Via, lelaki itu malah mengubah raut wajahnya menjadi tersenyum kembali.

"Senyuman lo itu manis banget, gue ga mau diabetes," ucapnya sambil terkekeh kecil.

"Ih, apaan sih, basi tau ngga." Perkataan Via memang sedikit ketus, namun berbanding terbalik dengan raut wajahnya yang terlihat merona.

"Cie blussing. Cie," ucap lelaki tersebut sambil menunjuk pipi milik Via.

"Vano, adiknya jangan digodain terus dong."

Merasa namanya terpanggil, lelaki tersebut menoleh ke wanita paruh baya yang sedari tadi melihat tingkah mereka.

"MAMIH?"

Via berteriak cukup nyaring sehingga mereka menjadi pusat perhatian. Namun Via tidak peduli, ia lebih memilih berlari menghampiri sang mamih, yang tak lain adalah ibunya Vano.

"Mamih, Via kangen."

Via memeluk erat tubuh wanita yang cukup berarti baginya. Sejak Via lahir, ia tidak tinggal dengan kedua orang tuanya karena mereka sibuk bekerja. Via dibesarkan oleh nenek dan juga Elvina ibunya Vano yang tak lain adalah adik kandung dari ibunya. Via sangat menyayangi mereka berdua, terutama neneknya. Namun sayangnya, nenek yang selalu ada untuknya telah lebih dulu menghadap Allah. Itulah yang menjadi salah satu alasan Via memilih ikut dengan kedua orang tuanya ke Singapura  empat tahun yang lalu.

"Mamih juga kangen banget sama kamu," ucap Elvina sembari mengusap lembut kepala Via.

"Ekhem. Ga ada yang kangen ke Papih nih?"

Seorang lelaki paruh baya tersenyum lembut pada Via. Devano, itulah namanya. Ia adalah suami dari Elvani  sekaligus ayah dari Elvano. Sebenernya nama Elvano merupakan perpaduan nama dari Elvani dan Devano.

"HUA.. PAPIH"

Via langsung memeluk erat lelaki paruh baya yang ia anggap sebagai ayahnya sendiri. Via sangat menghormati juga menyayangi Devano karena Devano selalu memanjakannya. Via selalu menjadi prioritas seorang Devano, padahal Via bukanlah anaknya. Devano sangat ingin memiliki seorang putri, namun sayangnya kecelakaan beberapa tahun lalu menyebabkan Elvani tidak bisa mempunyai anak lagi. Oleh karena itu, Devano sangat memanjakan Via.

"Anak Papih udah gede ya." Devan mengeratkan pelukannya pada Via. Sungguh ia sangat merindukan momen ini. Momen yang tidak ia rasakan selama empat tahun terakhir.

"Papih, Via kangen banget sama Papih."

Devan melonggarkan pelukannya, lalu meraih pipi milik Via. Mengecup lama dahi Via dengan sedikit merendahkan tubuhnya. Sedangkan Via memejamkan matanya, menikmati kehangatan yang ia rindukan selama empat tahun terakhir.

My LiebeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang