[22] itu, dia

1.5K 308 30
                                    

Saat Hyewon sedang sibuk mengancam Chaewon, pintu Kabinet Menteri terbuka dengan lebar diiringi suara hentakan yang keras karena pintunya menabrak tembok.

Baik Hyewon maupun Chaewon sama sama terkejut dan dalam hati Chaewon merasakan kelegaan yang setidaknya membuat dia merasa sedikit aman.

Hyewon kembali menatap Chaewon dengan remeh, dia berdecak pelan, "Cih? Bawa pasukan nih ceritanya?"

"Mendingan lo cepetan simpen pisau lo itu deh!" kali ini yang bersuara dengan lantang adalah Ahn Yujin. Sementara yang lain di belakangnya dengan perasaan takut.

Sejujurnya tidak ada yang berani mendekat ke arah Hyewon karena sekarang di tangan kirinya sudah memegang pisau daging padahal awalnya saat masih berdebat dengan Chaewon, dia menaruhnya di atas meja.

Semua orang fokus ke Hyewon, sementara Yuri yang berada di bagian belakang itu memundurkan langkahnya, dia mengambil ponsel di saku celananya dan segera menghubungi seseorang yang penting.

Telponnya langsung diangkat dan Yuri sangat bersyukur akan hal itu, "Ayah, tolong banget Ayah harus ke kampus Yuri sekarang. Ayah jangan lupa bawah pasukan soal—"

"Halo? Kamu kenapa Nak? Ngomong pelan pelan Ayah tidak paham."

Yuri menghela nafasnya kasar sambil melihat sekitar yang ternyata sangat sepi, "Ayah, di kampus lagi ada masalah besar. Ayah ingat kan semua kasus yang Ayah tangani itu menimbulkan tanda tanya?"

"Iya ingat."

"Ayah cepat ke sini! Jangan lupa bawa pasukan! Tolong percaya dengan Yuri, Yah. Yuri berusaha semaksimal mungkin untuk membantu Ayah."

"Baiklah, Ayah akan sampai di sana dalam waktu lima belas menit."

"Sebentar Nak! Kamu saat ini berada dimana?"

"Yuri ada di ruangan Kabinet Menteri, Yah. Tanyakan saja kepada satpam atau mahasiswa yang Ayah temui, tolong sekali Yah untuk datang ke sini," jelas Yuri yang diakhiri dengan kalimat permohonan.

"Baik."

Telpon mereka terputus, kemudian Yuri mengintip sedikit dari pintu dan sekerang ada seseorang yang disandra oleh Hyewon, siapa lagi kalau bukan Chaewon karena dia sudah berada di sudut ruangan dan tidak bisa kemana mana lagi.

Hyewon mengarahkan pisau tersebut ke arah leher Chaewon, kemudian yang lain histeris dibuatnya. Hitomi keluar dari ruangan tersebut dan berusaha untuk meminta bantuan karena saat ini mereka bingung apa yang harus dilakukan.

"Turunin senjata lo! Kita ngomongin ini baik baik," ucap Wonyoung dengan suaranya yang sedikit bergetar.

Hyewon tersenyum licik, "Hah? Ngomongin baik baik? Mana mungkin!"

Sakura menatap bengis ke arah Hyewon yang sudah sangat teramat di luar batas, "Mau secantik apapun permainan lo, semuanya bakalan ketahuan pada waktunya."

"Oww anak indigo mengerikan sekali," ledek Hyewon dan dia tertawa sendiri padahal tidak ada yang lucu sama sekali.

Karena melihat Hitomi yang keluar, Nako pun ikut keluar, keduanya berlari secepat mungkin untuk mencari bantuan, siapapun itu semoga mereka mau.

Semua langkah berusaha untuk mendekat, beberapa dari arah yang sama, yaitu Sakura, Yujin, dan juga Wonyoung. Sementara dari arah sisi lain ada Chaeyeon dan juga Minju.

"Jangan mendekat!" teriak Hyewon.

Langkah mereka semua berhenti, mereka khawatir jika Chaewon akan terluka. Digeser saja pisau itu sedikit maka leher Chaewon akan mengeluarkan darah yang banyak.

her | izoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang