Day 11 : Saw You In The Dark

1.9K 88 7
                                    

Dazai benar-benar menyukai film yang tidak memiliki banyak penggemar karena studio sepi ini membuat suasana lebih menegangkan.

Orang-orang duduk terpisah, dimana-mana, memberi kesempatan yang sama untuk memergoki mereka.

"Pelankan suaramu," Tangan menyilang pegangan kursi lalu dengan remasan manja Dazai menekan kepemilikan pemuda yang ada di sebelahnya.

Remasan dari luar celana itu memanggil respon manis dimana kedua paha Chuuya yang basah dan hangat karena keringan mengapit tangan Dazai. Memerangkap dalam hawa nafsu dan godaan.

"Aku tidak bisa bergerak." Dazai mengaduh demikian namun tetap menggelitik tonjolan keras.

"Ah Dazai.." Chuuya menekuk punggung ketika orang-orang berteriak. Suara film yang menggebu-gebu tidak lagi Chuuya dengar karena kepalanya penuh dengan gairah. "Aku bisa keluar."

"Tidak masalah, kan?" Jawaban enteng Dazai memunculkan raut heran serta tidak terima. Chuuya menggembungkan pipi karena tidak habis pikir dengan ide gila mesum partnernya ini.

Tiba-tiba saja Chuuya merosot turun ke bawah kursi. Memaksa kaki Dazai memberinya ruang sebelum mulai membuka kepala tali pinggang.

"Orang-orang bisa melihatmu, Chuuya."

"Kita sendirian di baris ini, dan jika ada yang melihat—" Chuuya mendirikan kepemilikan Dazai dengansebuah pijatan. Mencium puncaknya lalu membelai dengan lidah. "Kau senang jika ada yang melihatku seperti ini, kan?"

Dazai tersenyum, Chuuya melahap.

"Hmp.." Berawal jilatan basah di sepanjang kerasnya Dazai, Chuuya membelai dengan bibir lalu mengecup lembut sebelum menghisap tamak.

Ia masukkan perlahan benda itu ke dalam mulutnya, sedikit demi sedikit melaju ke kerongkongan. Menciptakan geli dan mengundang lenguh.

Chuuya menutup mata. Merasakan Dazai adalah segala hal yang ia butuh untuk membuat tubuhnya sendiri terpuaskan. Miliknya menegang di bawah, ia usap dengan tangan dari balik celana. Kian lama hisapannya semakin kuat, kian lama pula ia mendekati klimaks.

"Hh—" Dazai mengelus puncak surai senjanya. Memberi apresiasi dan pujian sebelum mendorong masuk jauh ke dalam. Mendobrak kerongkongan, berkali-kali, dan tumpah di mulut Chuuya.

"Ah," Ia tersenyum. "Andai aku bisa melihatmu dengan lebih jelas."

"Dan andai kau tahu seberapa basah aku di sini," Chuuya meremas selangkangan, menangkap lembab akibat klimaks yang memang terjadi bersamaan. Cahaya remang-remang menutup wajah merona namun Dazai tahu seperti apa keindahan Chuuya di bawah sana. "Ahh—"

Ketika tiba-tiba Dazai menggesek kepemilikan Chuuya dengan kaki, desah yang keluar memanggil tolehan dari pengunjung yang duduk di barisan depan.

Chuuya menunduk dan membekap mulut ketika selangkangannya dibelai sepatu Dazai yang tidak memberi perhatian pada orang-orang penasaran. Ia menekan kepala Chuuya ke bawah, memendamnya dalam di antara paha agar Chuuya dapat mencium kembali miliknya yang tegang.

Adrenalin ini membuat jantung berdebar. Mata-mata yang mencari serta merta milik Dazai di mulut memaksa Chuuya bersemu dan terlena. Ia menjilat lagi batang ereksi itu, meremas kepemilikan sendiri lalu mengerang ketika orang-orang mulai bosan mencari dan kembali pada layar.

"Hampir saja ya?" Dazai berbisik, menarik dagu Chuuya untuk lepas dari uluman. "Waktunya pindah?"

"Sekarang?" Chuuya ragu karena mereka sama-sama tegang. Belum lagi basah di bawah sana pasti akan terlihat. Namun keraguan itu kini berubah jadi rasa takut karena Dazai menyembunyikan miliknya dalam celana lalu menarik Chuuya berdiri. "Tu— Dazai?!"

Tidak butuh waktu lama sampai semua orang melihat Dazai menggendong Chuuya di lengannya. Mengangkat pundak serta sendi lutut seperti seorang putri yang sangat terhormat walau di bibirnya masih ada semen Dazai.

"Kau seharusnya tidak pergi ke ruang ber-AC jika demam, Sayang." Kalimat itu dikatakan dengan kuat, sengaja membuat orang-orang salah paham sementara Chuuya bersemu menerima. "Kau sangat nakal memang."

Dazai keluar dari baris bangku. Berhati-hati menuruni tangga dan membiarkan mereka menjadi objek yang lebih menarik daripada film di sana.

"Kenapa kau mengangkatku seperti ini?" Geram Chuuya setengah berbisik setengah malu.

"Romantis, kan?"

"Memalukan!"

"Kau lebih memilih menghisap milikku di tempat umum daripada kugendong? Chuuya mesum sekali..."

Wajah Chuuya merona. Dazai selalu tahu bagaimana cara menaklukkan dan membuatnya bergairah. Selalu tahu kelemahan dan kesenangan yang membuat Chuuya bersandar di dadanya.

"Chuuya, karena kau sangat manis aku tidak bisa melanjutkan ini di rumah," mereka keluar dari studio. "Ayo ke kamar mandi saja."

END

SeaglassNst

VENUSWhere stories live. Discover now