29 - Good night

Mulai dari awal
                                    

Cahaya jingga kemerahan yang menembus dari jendela menandakan bahwa hari telah sore. Kau menghela nafas mengetahui sudah jam pulang sekolah. Setidaknya mereka tidak perlu bolos sekolah untuk menjagamu.

Ais yang dari tadi mengobrak-abrik isi belanjaannya, mengeluarkan sebotol air mineral yang kemudian dia tuang ke gelas di atas meja. Selanjutnya menyerahkan segelas air itu padamu dengan tatapan datarnya. "Minumlah."

Kau menerima gelas itu dan mulai minum dengan perlahan. Rasanya tenggorokanmu yang kering itu akhirnya basah. Segar juga rasanya dan jangan lupa berterima kasih pada sang beruang kutub. Untunglah ia membeli air mineral.

Ais menyeret sebuah kursi dan duduk didekatmu. Ia mengambil sebungkus camilan dan mulai memakannya sendrian. Tentu saja, kau harus sadar bahwa pasien rumah sakit dilarang memakan keripik kentang berbumbu pengawet yang sangat dilarang untuk orang baru sadar. Kau harus sabar, setelah keluar dari sini maka kau bisa makan sepuasnya.

Ais berhenti makan dan meremas cemilannya tersebut. "Yang menyerangmu waktu itu bukankah ada salah satu dari anak yang membullyku waktu itu?" Ujarnya tiba-tiba yang membuatmu tersentak kaget. Kau lantas menoleh kearah Ais dengan wajah bingung. "Bagaimana kau bisa tau?"

Ais diam sejenak lalu melanjutkan, "Aku hanya menebak."

"Oh." Kau baru saja berpikir apakah Ais memiliki kekuatan untuk membaca pikiran. Tapi walau cuma tebakan, bisa benar seperti sangat luar biasa.

"Aku mendapat kabar beberapa hari lalu mengenai tiga pembully itu," Ia menatapmu dengan iris aquanya. "Dua dari tiga orang itu telah tewas, ditemukan di belakang sekolah dengan keadaan jantung mereka ditusuk. Yang menemukan mereka saat itu adalah temannya yang sisa satu orang itu." Jelasnya. Kau terdiam dan bulu kudukmu berdiri, jelas apa yang dikatakan pemuda itu malam itu, temannya telah dibunuh.

Dahimu berkerut, "gadis itu pasti yang telah membunuhnya."

Ais mengangguk.

Kau memegangi dahimu, ingin berpikir. Jelas sekali gadis itu membunuh dua sisanya karena mereka gagal membuat Ais mengadu kepada Gempa dan membuat masalah. Itu pasti, dia pasti marah karena rencananya telah gagal satu persatu.

Lalu satu lagi alasan mengapa salah satunya dibiarkan hidup adalah masalah yang belum kau mengerti. Mungkin sebab ramuan emas itu tapi entahlah. Untuk apa dia melepaskan pemuda itu kalau ujung-ujungnya dia bunuh juga dengan meminumkan ramuan emas itu padanya. Sungguh sesuatu yang bahkan tidak terpikirkan olehmu, cara berpikir gadis itu sangat berbeda sekali denganmu.

Tipikal psikopat seperti itu.

"Oh iya Ais, apakah--"

"Assalamualaikum."

Terdengar suara salam ramai dari pintu yang terbuka. Menampilkan para pemuda-pemudi yang familiar dimatamu. Mereka semua masuk tanpa membuat kebisingan yang berlebih.

"Kakak baik-baik saja? Kami dapat kabar kalau kakak sekarat." Yaya yang memulai percakapan, gadis disebelahnya mengangguk, menyetujui ucapan Yaya. Kau tersenyum tipis, "Aku sudah baik-baik saja, terima kasih telah khawatir."

"Apanya yang baik-baik saja? Kakak itu hampir mati loh. Jantung Taufan rasanya mau loncat keluar waktu Solar menelpon kalau ramuannya gagal." Taufan tiba-tiba memotong dengan teriakan frustasi. Ia mendekat dan memegangi tanganmu, sesekali menyeka bulir air yang hendak jatuh dari matanya. "Padahal kejadian satunya juga sudah membuat semuanya cemas, luka bakar itu aku yakin tidak hilang dari punggungmu." Mata biru milik Taufan terlihat berkaca-kaca. Kau mengelus kepalanya pelan, "Yang penting aku masih disini."

Dia mengangguk lalu tersenyum. "Benar."

"Ngh!" Rintihan pelan terdengar dari sofa. Terlihat pemuda--yang tidak kau ketahui siapa--duduk dan mengucek matanya sebelum akhirnya mata kelabunya bertatapan dengan matamu. Ia hendak berbicara namun mulutnya kembali tertutup.

『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang