19 - Kruisseil

3.8K 626 40
                                    

Hari minggu adalah hari yang pas untuk jalan-jalan. Kau memang baru keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, tapi kau memiliki janji yang harus kau tepati. Sebelumnya, Taufan dan Duri menarik-narikmu untuk mencegahmu pergi dengan alasan, kau baru keluar dari rumah sakit. Tapi pada akhirnya kau tetap keluar bersama Ais.

Ais sedang memakan es krim dihadapanmu.

Kalian berdua sedang berada ditoko es krim terkenal. Harganya memang mahal-mahal, tapi selama memiliki kartu kredit paman Amato maka akan baik-baik saja. Kau sedikit merasa bersalah tapi apa boleh buat jika untuk menyenangkan anak-anaknya sendiri.

Paman Amato lain kali harus memperhatikan anak-anaknya dengan baik atau hal-hal aneh seperti ini akan terjadi lagi.

"Enak Ais?" Tanyamu saat melihat Ais memakan es krimnya dengan lahap. Ia melihat kearahmu dan mengangguk, "Kakak tidak pesan?". Kau menggeleng, "Aku dilarang makan apa-apa sama kakakmu itu. Katanya baru keluar dari rumah sakit." Kau teringat dimana Taufan, Duri, dan Blaze memperingatimu agar tidak makan-makanan dingin atau pedas. Belum lagi Blaze juga melarangmu untuk lompat-lompat seperti saat kau membelikan game untuknya. Mereka sangat cerewet, padahal hari ini adalah hari dimana kau bisa melepas stres setelah berada dirumah sakit terus-menerus.

Rasa sakit dipunggungmu memang sudah tidak ada tetapi bekas terbakarnya masih tetap ada. Sepertinya itu akan jadi luka yang membekas ditubuhmu. Luka bakar sebesar itu mana bisa menghilang.

Ais selesai dengan es krimnya dan kalian melanjutkan perjalanan. Disuatu tempat permainan, kau melihat Ais menatap tempat itu terlalu lama. Jika diperhatikan baik-baik, kau bisa lihat bahwa ia memperhatikan boneka paus biru besar yang tergantung sebagai hadiah.

"Mau main itu? Sepertinya seru." Kau menawarinya, awalnya dia hendak menolak tetapi pada akhirnya tetap saja kau memaksanya.

"Halo! Apakah kalian ingin bermain?" Penjaga stand itu menawarkan dengan ramah. Kau menyodorkan uang padanya dan penjual itu segera memberikan dua senapan pada kalian.

"Isinya ada 3 peluru, jika kalian berhasil mengenai target maka akan ada hadiah-hadiah yang bisa didapatkan." Ia menjelaskan prosedurnya.

"Kalau paus besar itu, harus menembak target yang mana?" Tanyamu seolah tertarik. Kau menunjuk kearah paus biru besar yang dari tadi ditatapi oleh Ais.

"Oh, kalau itu harus kena target yang merah ditengah. Memang banyak orang yang mengejar mendapatkan boneka itu tetapi belum ada yang berhasil." Penjualnya menunjuk tepat dilingkaran tengah yang berwarna merah. "Semoga berhasil."

Ais mulai menembak tetapi dua peluru itu tidak mengenai target sama sekali. Kau juga menembak dan pelurumu mengenai yang berwarna biru.

Ais menarik nafas dalam, ia merasakan bahwa dirinya akan gagal dalam mendapatkan boneka paus tersebut. Kau menghela nafas, "Ais."

Kau mendekati Ais dan memegangi senapannya. "Pegang seperti ini dan fokuslah." Kau memegangi tangan kanannya untuk memegang senapan dengan benar. Tangan kirinya kau majukan hingga memegang dengan benar juga.

"Fokus." Setelah itu kau melepasnya dan membiarkannya melakukan itu sendiri. Ais menarik nafas dalam dan kemudian menembakkan peluru terakhirnya tersebut.

Dan pelurunya berhasil mengenai target berwarna merah.

Ais terkejut tapi kemudian dia terlihat senang. Dia melihat kearahmu yang kau balas dengan senyuman tipis, "Kau hebat Ais." Ais tersenyum kecil dan berkata, "Terima kasih, kak."

"Kalau begitu, boleh kudapatkan hadiahnya?" Tanyamu pada penjual. "Ah, tentu, biar kuambilkan."

"Tidak perlu." Kau mengambil senapan milikmu tadi yang hanya tersisa satu peluru. Tanpa perlu fokus ataupun bersiap, dengan sekali tembakan, pelurumu berhasil mengenai tali yang menggantungkan boneka dan menangkap boneka itu.

Kau menyodorkan boneka besar itu pada Ais. Ais menerimanya dan langsung memeluknya, kelihatan sekali bahwa Ais menyukai benda-benda lembut. Dan boneka paus itu benar-benar lembut dan lucu.

"Terima kasih." Kau mengucapkan itu sebelum akhirnya berlalu. Penjual itu hanya melongo bingung dan kau hanya mengabaikannya. Tidak penting dengan anggapan orang lain padamu, karena itu tidaklah berguna.

Kau berhenti dengan Ais disebuah toko bunga.

"Kakak mau membelikan sesuatu untuk Duri ya?" Ais menyadarinya. Kau membalasnya dengan mengangguk kecil sebelum akhirnya kalian berdua masuk kedalam toko tersebut.

Sangat terlihat bahwa toko bunga ini sangat berkualitas, terbukti dari tanaman-tanaman yang jarang kau lihat, tumbuh di toko bunga ini.

Belum lagi bau harum alami dari bunga-bunga ini.

"Selamat datang. Ada yang bisa saya bantu." Seorang perempuan berumur sekitar 20 tahunan menyapamu, dengan melihat celemeknya, kau tau dia adalah penjual disini.

"Um, aku ingin membeli beberapa bibit bunga disini. Apa saja yang bagus dan mudah tumbuh dipekarangan rumah?"

"Ah! Saya ada beberapa rekomendasi. Disebelah sini ada bunga mawar, disini kami juga menyiapkan mawar putih. Ini memang sangat familiar dan mudah ditanam. Ada juga bunga violet dan anggrek. Anda bisa pilih dan saya akan membawakan bibitnya." Penjual itu menawarkan dengan ramah. Kau memperhatikan bunga-bunga itu lebih serius.

Kau kemudian teralihkan dengan bunga berwarna putih dengan kelopak panjang dan memiliki putik kuning panjang ditengahnya. Terlihat unik dan belum pernah kau lihat. "Apa nama bunga itu?"

Penjual melihat kearah yang kau tunjuk. "Ah! Itu bunga Kruisseil. Bunga itu baru ditemukan beberapa tahun belakangan ini, yang menemukannya adalah sepasang adik kakak yang tinggal dipegunungan. Tapi bunga ini memiliki kisah sedih." Kau mengernyitkan dahimu, "Kisah sedih?"

Penjual itu mengangguk. "Adik kakak yang tinggal dipegunungan bernama Kruis dan Sally. Saat mereka bermain dihutan dekat pegunungan tersebut, dan disana mereka menemukan bunga itu. Adiknya yang bernama Sally memaksa kakaknya untuk mengambil bunga itu hingga Kruis menurutinya dan mencopot bunga itu dengan paksa. Akarnya tercabut dan saat mereka sampai dirumah, bunga itu sudah layu dan hampir mati. Adiknya menangis dan kakaknya keluar lagi untuk menemukan bunga itu. Tapi kakaknya tak kunjung pulang sampai malam hingga orang tua mereka mencari dibantu para warga untuk mencari Kruis. Tapi keesokan paginya, adiknya menemukan bahwa kakaknya berada ditaman belakang dan sudah tewas. Tumbuhan layu yang dibawa kakaknya itu tertancap dimata kanan kakaknya dan tumbuh subur dengan kelopak yang berubah berwarna merah."

"Tapi saat bunga itu dicabut dan ditanam dengan benar dipot. Tanaman itu kembali berwarna putih dan selanjutnya semua bunga Kruisseil berwarna putih. Kematian kakaknya masih menjadi misteri dan nama bunga itu diambil dari nama kakaknya."

Penjual menyelesaikan kisahnya dengan tersenyum padamu. "Faktanya, bunga Kruisseil sebenarnya hanya ada satu hingga bunga itu tumbuh subur dengan darah kakaknya."

"Mengerikan." Kau bergidik ngeri. "Bagaimana cara merawatnya?"

"Sama saja dengan merawat bunga lain. Bedanya, ia harus ditanam dipot atau akarnya akan menyebar dan membunuh tanaman lain." Penjual menjelaskan lagi. Kau mengangguk mengerti, "baiklah, aku beli satu."

"Tapi bunga ini sedikit mahal, apa tidak apa-apa?" Penjual itu mengecek sekali lagi. "Ya, tidak apa-apa," Jawabmu.

Penjual itu segera pergi untuk mengambil bibit bunga.

Kau menatap bunga itu lebih lama, "Mengerikan."

To Be Continued...

A/n:

Satu chapter penuh hanya untuk jalan-jalan.

Maafkan aku...

Salam,
Ruru

『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔Kde žijí příběhy. Začni objevovat