21 - Dunia Luar

3.5K 613 24
                                    

Kau membuka jendela saat matahari telah terang. Sesekali menghirup udara segar dengan tenang karena itu sangat dibutuhkan. Dan suara burung bercicitan cukup merdu untuk kau dengar.

Kau melihat kebawah dan mendapati seseorang bertopi hijau sedang menyiram tanaman. Ia sepertinya sadar sedang ditatap dan menoleh kearahmu. Setelah itu dia tersenyum riang, "Pagi, tidur kakak nyenyak?"

Kau mengangguk kecil, "Tentu, sedang menyiram tanaman ya?" Kau melihat bunga berkelopak putih yang familiar. "Itu Kruisseil?"

Pertanyaanmu membuat Duri mengangguk sambil tertawa kecil. "Iya, bunganya indah, terima kasih." Dia berhenti menyiram bunga Kruisseil tersebut. "Kakak sebaiknya segera sarapan. Kak Gempa tadi membuat kari." Dia menunjukkan jempol padamu dengan wajah bangga. Sepertinya kari itu cukup disukai oleh ketujuh kembar ini.

"Baik, aku akan segera sarapan." Kau beranjak dari depan jendela dan menemukan Blaze berdiri didepan pintu. Dia terlihat senang sedangkan kau cemberut, "Sudah kubilang, ketuk pintunya dulu." Blaze tertawa, "Aku sudah mengetuk pintu, tapi kakak tidak menjawab."

Kau menghela nafas dan berjalan kearah pintu. "Jadi? Ada apa?" Blaze berjalan mengikutimu saat kau berjalan keluar dari kamar. Ia menggeleng, "Tidak ada, aku hanya ingin membangunkan kakak saja."

Melihatnya yang seperti itu, kau mengalihkan pandanganmu dari Blaze. "Begitu."

Saat turun dari atas dan menuju dapur. Ada Halilintar sedang meminum coklat panas dan Taufan yang membuat minuman sambil tersenyum melihatmu. "Mau kubuatkan coklat?" Tanyanya padamu, kau mengangguk sebagai jawaban.

Blaze sudah duluan pergi darimu dan pergi keluar saat seseorang berbadan gempal memanggilnya. Saat kau duduk, Halilintar yang berada didepanmu menyodorkan sepiring kari kepadamu. "Makanlah."

"Kak! Aku pergi main dulu ya." Blaze melambai didepan pintu. "Siang nanti pulanglah, jangan lama-lama." Blaze terkekeh, "Siap. Ayo Gopal." Blaze dan temannya yang bernama Gopal itu menghilang dari depan pintu.

"Ini coklatnya." Taufan sudah siap dengan coklat panasnya dan memberimu senyuman. "Silahkan."

Kau memperhatikan minuman itu. "Tidak ada obat tidur kan?" Mendengar hal itu, Taufan tertawa sambil memegangi perutnya. "Tidak kok, itu sudah beda cerita." Dia memasang wajah yang meyakinkan. Kau akhirnya meminumnya dan memasang wajah sedikit senang.

Kau mulai memakan karimu sebelum tiba-tiba muncul Ais disampingmu sambil memeluk boneka paus besar yang kau berikan waktu itu. "Wah, aku juga mau kari lagi dan coklat panas." Taufan datang dan menunjukkan jari telunjuk yang digoyang kekiri dan kanan. "Tidak Ais, kau tadi sudah minum tiga gelas coklat panas. Nanti kau malah gendut seperti dulu." Ais merengut mendengar penuturan Taufan hingga menyerah dan berbaring disofa.

Kau lanjut memakan karimu sampai habis dan kembali meminum coklat panasnya.

Halilintar berdiri dan beranjak keluar rumah tepat saat Duri baru mau masuk. "Kak Halilintar mau kemana?" Halilintar memakai sepatunya dan keluar, "Hanya mencari udara segar." Kemudian dia pergi begitu saja. Kau membiarkannya karena sekarang dia belum terlalu bermasalah.

Sekarang yang jadi masalah adalah Solar.

Tapi dari tadi, kau tidak menemukan Solar dimanapun. "Dimana Solar?"

"Ah, kalo Solar sepertinya masih dikamar. Dia belum keluar dari tadi pagi. Kudengar dia Diskors selama seminggu." Taufan bergumam. Kau hanya diam mendengar penuturan Taufan.

***

Kau membuka pintu kamar yang bertuliskan 'Duri dan Solar' dipintunya. Didalam sana, kau menemukan Solar yang sedang membaca buku dimeja belajar. Dia sama sekali tidak menoleh meski ada seseorang yang masuk.

Kau melangkah masuk dan mendekati Solar sambil menaruh sepiring kari. Dia baru menoleh dan menyadari bahwa itu adalah dirimu. Dahinya tampak berkerut, "Apa yang kau inginkan?"

Kau mengendikkan bahu, "Tidak ada, hanya membawakan sepiring kari." Dia tidak membalas dan membaca buku tanpa memperdulikanmu disampingnya. Kau melihat buku-buku itu, "Kulihat kau berulang-ulang membaca buku itu." Dia masih diam. "Tidak mau ke perpustakaan?"

Dia menghela nafas dan melihatmu dengan wajah bosan. "Kenapa? Kau mau menyogokku dengan buku agar aku memanggilmu 'kakak' seperti kakakku yang lain padamu?" Kau melihat keatas, "Huh! Entahlah, aku hanya merasa kasihan padamu."

Dia mengerutkan keningnya. "Kau diskors selama seminggu ya? Nilaimu bakal hancur tuh." Kau tersenyum mengejek sehingga membuatnya kesal. "Lebih baik kau pergi saja."

"Tidak bisa!" Kau tiba-tiba menyentak dan membuatnya sedikit tersentak. Kau kembali tertawa kecil, "Duniamu memang sempit ya."

"Apa kau tidak pernah memperhatikan dunia ini lebih detail lagi? Kulihat kau terus membaca buku-buku itu dimanapun kau berada. Walaupun sedang berkumpul, kau hanya membaca buku, kau seperti tidak ada." Ucapanmu membuatnya bingung, "Lalu kenapa? Ini bahkan tidak ada urusannya denganmu."

"Sepertinya kau bahkan tidak tau apa yang terjadi dengan saudaramu." Solar hanya diam mendengar perkataanmu. Sepertinya hal itu benar, Solar sama sekali tidak mengetahui apa saja yang dialami oleh kakak-kakaknya. Masalah-masalah yang kau dan lainnya alami, dia tidak mengetahui hal itu dan hanya mengurung diri didalam kamar sambil membaca buku yang sudah berulang-ulang kali dibaca.

"Kau mau tahu apa yang terjadi pada Blaze? Dia dipancing sehingga melakukan kekerasan berulang kali hingga akhirnya dia hampir dikeluarkan dari sekolah. Aku menyuruhnya merekam semua ucapan anak itu dan menjadikannya bukti. Anak itu dikeluarkan dari sekolah dan sekarang sedang koma." Kau menjelaskan hal itu tapi Solar hanya diam mendengarkan.

"Kau tau apa yang terjadi pada Duri? Kebun yang susah payah dia bangun, dihancurkan oleh seseorang. Dia dituduh melakukan pencurian bibit dan tanaman digudang tanaman. Aku memberikan uang ganti rugi pada pembimbing klub berkebun dan menyuruhnya untuk membuat hal itu sebenarnya tidak pernah terjadi."

"Lalu apa kau tau yang terjadi pada Ais? Dia menyamar jadi Duri dan menghancurkan kebun karena ingin menyelamatkan Duri. Dia dibully hampir setiap hari oleh trio berbadan besar dan tidak ada yang membantunya. Aku merekam kejadian saat dia terbully dan meminta tolong pada Yaya dan Ying untuk memberikan video itu pada guru."

"Dan kau tau apa yang terjadi pada Taufan? Skateboardnya dicuri sehingga Taufan mengamuk dan kabur dari rumah. Skateboardnya disimpan didalam gudang dan saat aku masuk kesana untuk mengambilnya, pintu gudang dikunci dan dibakar oleh orang-orang yang tidak kukenal."

Solar masih tetap diam.

"Dan kau tau apa? Semua masalah ini direncakan oleh seorang perempuan yang ingin menghancurkan kalian semua dengan alasan yang tidak kuketahui."

Kepalamu terasa pusing karena memikirkan banyak hal. Kau membuka gorden dan jendela tepat dihadapan Solar dan membuat Solar melihatmu dengan bingung.

Angin berhembus menerbangkan gorden dan lembaran kertas didalam buku. Rambut Solar dan rambutmu juga berterbangan. Cahaya matahari menerangkan seisi kamar yang tadinya gelap. Dengan lembut, angin mengelus wajah kalian berdua dengan pelan.

Kau tersenyum kecil, "Biar aku perlihatkan dunia luar padamu, Solar."

To be continued...

A/n:

Hmm,, agak dramatis chapter ini.

Kalian suka yang begini?

Salam,
Ruru

『 Save Them 』 BoBoiBoy ✔Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin