22 : let it all go

Mulai dari awal
                                        

"Heh, cebol, kasih atau atau jadi bantet seumur hidup?"

"Apaan, kok ngatain sih?! Lagian gue tuh masih masa pertumbuhan ya!"

"Makanya kasih tahu," Hyunjin menoyor pelan kepala Beomgyu.

Beomgyu manyun, "T-tapi jangan marah..."

Tadinya Hyunjin mau mengelak, tapi batal dan pilih mengiyakan. "Enggak lah, gue gak akan pernah bisa marah sama elo."

Beomgyu berkedip menatap Hyunjin di sampingnya. Digigitnya bibir bawahnya sesaat guna menahan cengiran konyol, sebelum berbicara, "Selamat karena... kak Hyunjin bisa akur sama Jeongin."

Langkah Hyunjin spontan berhenti. Dia menoleh dan berhadapan dengan Beomgyu yang juga ikut berhenti.

"Gue gak pernah berantem sama Jeongin."

Beomgyu menjilat bibir bawahnya. "I-iya sih, tapi kalian juga gak saling banyak ngomong sebelumnya. Gue gak ada maksud apa-apa, i-intinya gue ikut seneng."

Beomgyu mengalihkan wajah sesudahnya dan secara tidak sadar mengambil langkah lebih cepat hingga berakhir berjalan di langkah lebih dahulu dari Hyunjin.

Dalam hati, dia merutuk; tolol, bukan gitu maksudnya! Tapi gak sepenuhnya salah sih, tapi.... TETEP BUKAN GITU DOANG, AHELAH!

Beomgyu berharap semoga Hyunjin memikirkan ucapannya dengan apa adanya. Bisa dibuat gugu-gaga(?) kalau Hyunjin meminta penjelasan. Beomgyu bakal pilih menceburkan diri ke danau saja daripada bicara lebih jauh lagi.

"Gyu," panggil Hyunjin membuat yang muda menoleh.

"Y-ya?"

Hyunjin menatapnya dengan senyum. "Makasih."

"A-apanya?"

"Udah ngerecokin hidup gue."

Beomgyu melengos pelan. "Apaan sih," mendadak hawa panas di tubuhnya serasa naik ke permukaan wajahnya.

Hyunjin tertawa pelan dan meraih Beomgyu perlahan supaya mendekat. "Sini bentar, ada yang mau gue bilang."

Tanpa banyak pilihan, Beomgyu menurut. Dia memutar tubuhnya berhadapan dengan Hyunjin yang satu tangannya bertautan dengannya.

"Kalau lo lagi gak pakai kacamata, semuanya jadi kelihatan jelas." kata Hyunjin sambil menyibak poni Beomgyu yang mulai panjang dari yang terakhir kali diingatnya.

Yang lebih muda tidak membalas, meski pun tidak mengerti titik hubungan dari ucapannya, sebab Beomgyu juga punya perasaan kalau bukan cuman itu yang Hyunjin maksudkan.

Kendati rasanya Beomgyu ingin menyelanya karena takut oleh efek geli di perutnya buat kurang nyaman. Namun... dia lebih banyak berharap dan membiarkan debaran jantungnya yang terjebak dalam tempo semakin cepat.

"Gyu," Beomgyu berkedip sekali pada satu panggilan pendek itu. "mengenal lo udah berarti segalanya buat gue, buat Jeongin... buat kita. Dan gak ada cara lain buat gak berakhir sayang sama lo."

A-apa?

Tanpa memberikan kesempatan bagi Beomgyu untuk memaknai—apalagi merespon—kata-kata barusan, tangan Hyunjin yang masih bertahan di wajah Beomgyu, menariknya mendekat perlahan agar Hyunjin mudah mendaratkan nuansa hangat di dahi.

Tungkai Beomgyu dibuat bakal serasa ambruk oleh gemetar seketika.

Lantas tidak sampai di sana, Hyunjin menurunkan wajahnya dan berbisik tepat di samping telinga Beomgyu. "Makasih banyak Gyu,"

Beomgyu siap pingsan kapan saja. Lupa memaknai rangkaian ucapan Hyunjin yang kemudian membawa harapan tidak pasti dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Click On ╏ C. Beomgyu (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang