Ting!

Jennie melirik ponsel malas-malasan.

Jeff Enterprise
Ke kantor saya, tidak pakai lama.

Jennie mengerenyit walau ia tau sepertinya itu adalah nomor Mr. Jung biarpun namanya menggunakan nama perusahaan pria itu.

Me
capek!

Jeff Enterprise
Tidak pakai lama.

Huh sial, memangnya ia siapa menyuruh-nyuruh Jennie seenak itu. Ya kalau dijawab pasti jawabannya 'Owner Jeff Enterprise loh! Jangan macam-macam!' mau dia Presiden atau Raja di suatu negara kalaupun memang tidak ada hak mengurusi hidup orang mengapa juga Jennie harus melakukannya.

Jennie menggeram, percuma saja kalau ia menggerutu tidak akan ada ujungnya karena mau dilihat bagaimanapun juga tak ada alasan untuk Jennie menolak perintah Mr. Jung karena rumah nya juga lumayan jauh dari sini.

Jennie memutar bola matanya malas lalu membuka maps location dan mencari-cari keberadaan kantor Mr. Jung.

Jennie melongo lalu mendongak "Hah? Bodoh, di depan aku kantornya. "

Ia lalu menyebrang dengan hati-hati ketika rambu sudah memperbolehkan penyebrangan. Ia bergegas menuju kantor Jeff Enterprise  dan menerobos masuk tanpa melewati protokol pemeriksaan security terlebih dahulu, mengindahkan teriakan security yang mengatainya tidak punya sopan santun.

Toh untuk apa juga diperiksa, dia bahkan dipanggil secara langsung oleh pemiliknya, iya kan?.

Jennie memasuki lobi utama yang sangat-sangat... Ah sudahlah. Pokoknya begitu, Jennie hanya bisa melongo dan cepat-cepat menanyai ruangan Mr. Jung.

Ia mengerenyit, kalau biasanya orang yang memiliki jabatan penting di kantor pasti ruangannya akan berada di paling atas upaya memiliki pemandangan yang bagus dan setidaknya harus menaiki lift. Namun Mr. Jung berbeda, ruangan nya berada dibawah basemen yang jauh di dalamnya lagi.

"Ada-ada saja paman tua. "

Ia akhirnya menjatuhkan putusan untuk menaiki lift yang agak menarik perhatiannya, lift tersebut berwarna hitam dan diatasnya terdapat panel layar yang berisi slide kehebatan-kehebatan teknologi Geotech yang baru dirilis beberapa hari lalu.

Jennie tidak menyadari bahwa beberapa karyawan berseru dan meneriaki nya begitu ia memasuki lift hitam tersebut. Dia dengan santainya menekan lantai paling bawah yang mengeluarkan titik cahaya berwarna emas.

"Wah.." gumam Jennie begitu memasuki lantai bawah tersebut, terkesan mewah dan memamerkan teknologi mutakhir.

Lantai marmer yang terdapat lampu berwarna neon bila kita menginjaknya. Jangan lupakan juga tadi sensasi saat menaiki lift—Jennie merasa kalau liftnya tidak bekerja karena benar-benar tidak ada rasa kalau kubus lift sedang turun.

"Kenapa sih?" Sewot Jennie begitu para pekerja khusus di lantai bawah meliriknya aneh sekaligus terkejut.

Misalnya seperti ini :

Itu mengapa anak kecil ke sini?

Kok remaja tanggung dilantai bawah?

Itu anak siapa tersesat?

Baru bangun tidur nyawa nya mungkin belum terkumpul hingga nyasar, mungkin?

Sekiranya seperti itu.

Jennie mengendikkan bahu tidak peduli, ia memilih berjalan menuju setapak ubin berwarna hitam yang ia yakini jika ia tekan tombol tersembunyi atau apapun itu pasti ubin tersebut bergerak kebawah dan membawanya ke suatu ruangan. Dan ruangan itu pastilah ruangan Mr. Jung

Tepat sekali, di depan matanya ada Mr. Jung yang sedang berbincang dengan bawahannya.

"Halo, paman. " sapa Jennie iseng.

Mr. Jung menoleh singkat dan mengangguk lalu mengkode agar karyawan nya itu untuk pergi melanjutkan aktifitas nya.

"Lelah?" Tanya Mr. Jung sudut bibirnya terangkat bermakna.

Jennie mendengkus, ia tahu Mr. Jung saat ini tengah mengejeknya karena terlalu lebay. Tapi darimana juga pria itu tahu kalau lokasinya tidak jauh dari kantor Jeff Enterprise?

"Tahu darimana kalo aku dekat dari sini?"

Mr. Jung mengendikkan bahu, pria itu memilih berjalan masuk ke ruangannya yang demi apapun Jennie tidak menyangka bila ruangan pria itu tersembunyi dibalik layar tiga dimensi.

Jennie ingin mengumpat saking terpananya, namun ia tahan begitu Mr
Jung menyodorkan ia segelas es lemon.

Tanpa pikir panjang, Jennie meneguk nya sembari mendudukkan diri di sofa ruangan sang Owner.

"Haus sekali" ujar Mr. Jung mendengkus geli.

Sepertinya ia sengaja memberi Jennie es lemon, mengetahui kalau gadis itu minum Sampanye ternyata hanya untuk pencitraan.

"Nah, disini tersedia wi-fi tidak?" Tanya Jennie mengeluarkan ponselnya sesudah menaruh gelas yang telah kosong.

Mr. Jung mengerenyit, Jennie ini pura-pura bodoh atau memang tidak tahu? Anak kecil pun saat memasuki gedung Jeff Enterprise sudah bisa mengira kalau gedung tersebut lah pusat internet dan teknologi, bahkan gelombang radiasi internet dari satelit 'J' menuju gedung Jeff Enterprise.

"Bercanda-bercanda, tahu kok Mr. Jung" Ujar Jennie yang gurauan nya sama sekali membuat Mr. Jung menatapnya sedatar mungkin.

"Kenapa menyuruh aku ke sini?" Jennie bertanya.

Mr. Jung lagi-lagi mengendik, tak tahu kalau ia memang tidak niat menjawab atau memang ia lupa alasannya.

"Kamu tidak ada niat mau menerima lamaran saya?"

Jennie menggeleng tegas "No, no and no. "

"Semua perempuan pasti mau dinikahkan oleh laki-laki yang sudah mengambil malam pertama mereka, tapi kenapa kamu tidak mau?"

Jennie merenung sejenak lalu ia menghela nafas "Kan, hanya make out tidak sampak berhubungan 'itu' " sangkal Jennie yang benar adanya.

Mr. Jung melonggarkan dasinya yang terasa mencekik. Sialan sekali, Jennie hampir meleleh melihatnya.

"Semua perempuan ingin hidup bersama saya, tapi kenapa kamu tidak?" Mr. Jungbertanya lagi dengan nada yang lebih mendesak.

Jennie meringis, hey ayolah kalau Mr. Jung memang ada di kehidupan nyata ia tentu tidak akan menolak yang ada Jennie malah mengejar nya.

Namun, mengingat kapal favoritnya, Jennie harus berjuang.

"Nah, kenapa tidak sama perempuan yang mau sama Mr. Jung saja? Kenapa harus aku? Kan aku mah masih sekolah, masih kecil, masih bodoh. " ujar Jennie memberikan alasan yang masuk akal untuknya.

Mr. Jung terlihat menggeleng mantap, ia mencondongkan tubuhnya.

"Karena saya maunya sama kamu. "

Demi Choi Ro Min yang sangat Jennie benci, astaga rasanya ia mau meninggal saja saat matanya bertatap langsung dengan iris hitam gelap milik Mr. Jung.

"Kenapa?" Tanya Jennie.

Mr. Jung memejamkan mata, mengingat kembali kejadian malam itu yang membuatnya sangat malas berurusan dengan perempuan lain selain gadis remaja setengah dewasa di hadapannya ini.

"Kamu mengerti saya"

O 7
[Unknown Character]

Unknown Character [revision on progress]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora