Hari 30, Nama yang Melintang di Sanubari

202 83 143
                                    

Melodi indah yang lalu-lalang,
setelah dipikir terkadang hidupku jenaka.
Menalikan persepsi dan emosi,
aku sebaiknya mencari pelepas gundah.

Rawan kecewa, tentu saja.
Lagipula hati dibuka sukarela,
bukankah mungkin sekali untuk merapuh?

Pada jiwa-jiwa yang ingin mengakhiri:
Patah hati bukan sebuah cela,
lebih tepatnya ia membuka celah
yang mana menahan diri dari celaka.

Hati memilih tempatnya sendiri.

Karena itulah aku percaya pada satu sosok.
Aku, tidak ingin menyerah mencintai.
Aku, tidak ingin takut merasa.
Dan bila aku harus jatuh cinta lagi,
bahkan setelah aku tertikam resah,
yang masih punya kesempatan adalah kamu.

(Dengar, namamu selalu jadi favoritku.)

Haihaii
Tiba juga di akhir Lintang!
Terima kasih sudah menyelesaikan rangkaian ini.
Apalagi untuk kalian yang sudah baca dari KLM Series #1: Kelana. Means a lot!
Bagaimana pendapat kalian tentang puisi-puisi di Lintang? Aku harap kalian suka ya
Berkunjung? Membaca ulang? Atau apresiasi, komentar tentang cerita, bahkan cuma sapaan hangat di kolom komentar/wall? Apapun itu akan selalu diterima kapanpun^^

Salam hangat untuk kalian!✨
—semoga bertemu di lain kesempatan :)

KLM #2: Lintang | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang