45. Extra Part

Mulai dari awal
                                    

"Diandra."

"Boleh aku minta nomor hape kamu, Diandra?"

"No."

"Kenapa?"

"Karena aku sudah memiliki kekasih."

"Well, aku yakin kekasih kamu itu gak sekeren aku."

Diandra tersenyum. "Dia emang gak sekeren kamu. Tapi dia lebih keren dari kamu."

Pintu kafe terbuka. Beberapa pasang mata fokus pada Xavier tanpa menoleh sedikitpun. Pandangannya menyapu ruangan kafe, mencari sosok istrinya, dan terbelalak mendapati kehadiran seorang pria yang duduk di hadapan istrinya.

Dengan santai, Xavier berjalan mendekati Diandra dan menyentuh pundaknya. Pria itu tersentak. Wangi parfum Xavier yang mahal itu tercium sampai hidungnya, bahkan wajah tampan Xavier dan postur tubuhnya yang proporsional itu juga mampu membuatnya insecure.

"Sayang, jadi gini kelakuan kamu kalo aku tinggal dinas keluar negeri? Kamu malah asik disini? Anak kita kamu serahin ke baby sitter? Kamu malah asik-asikan hangout sama laki-laki model begini? Emangnya fasilitas rumah sama mobil sport yang aku kasih gak cukup buat kamu?" sapanya lembut.

"Ini gak seperti yang kamu pikir kok, Sayang. Aku cuma mau makan sebentar aja, dia datang dan langsung duduk di depan aku. Bahkan dia bilang kekasih aku gak sekeren dia waktu aku bilang aku udah punya kekasih." jawab Diandra santai, melanjutkan drama mereka.

"Oh ya?"

"Iya. Gimana dong, Sayang? Katanya kamu gak sekeren dia."

Xavier menaruh kunci mobil sportnya di atas meja, dompet dan handphonenya di samping barang-barang milik pria itu. Dengan malu, pria itu mengambil kunci mobilnya.

"Maaf, Diandra."

Setelah mengucapkan permintaan maaf, pria itu pergi dari kafe.

Dengan sebal, Xavier menjatuhkan dirinya di kursi. "Kamu tuh bener-bener gak bisa aku tinggal ya. Gak dulu, gak sekarang!" keluhnya.

Diandra tertawa, "So, dont make me waiting too long."

"Rasanya aku mau ngurung kamu aja di rumah. Biar cuma aku yang bisa milikkin kamu sepenuhnya."

Diandra tidak menjawab. Dia menatap Xavier datar yang langsung membuat Xavier salah tingkah. Diandra-nya itu memang tidak suka dikekang.

"Oh ya, besok temenin aku ambil baju seragam nikahan Edo ya." pinta Diandra yang diangguki Xavier.

Setelah makan, mereka langsung pulang ke rumah. Tiba-tiba Diandra merasa mual.

Deg! Diandra mengingat-ingat kapan terakhir dia datang bulan. Dia sudah telat dua minggu dari tanggal seharusnya.

Diandra mengambil test pack yang sengaja ia simpan dilemari dan mencobanya.

Xavier fokus pada hasil test pack di tangan Diandra yang menandakan dua garis merah. Pandangannya berpindah pada dua bola mata Diandra yang berkaca-kaca. Dia menerawang jauh.

Flashback...

"
orang tua Diandra, Bro?"
Saat itu pertama kalinya bagi Xavier mengubah pandangannya pada Diandra. Ternyata Diandra adalah gadis kecilnya yang selama ini dia cari.

"Nanti kalau waktunya sudah tepat, kalian akan tahu siapa sebenarnya gue. Nanti kalo gue punya pacar, langsung gue kenalin!"
Saat itu wajah Diandra terlintas di pikirannya.

Saat dia tanding basket one on one dengan Erland, untuk pertama kalinya matanya dan Diandra bertemu. Membuatnya melempar senyumannya pada gadis itu.

"Sorry, Di, gue reflek!" ucapnya.
"Iya." jawab Diandra.
Itu pertama kalinya Xavier memeluk Diandra. Meskipun tanpa sengaja, namun membuat jantung Xavier berdetak cepat.

"Lu suka gue, Di?" pertanyaan Xavier membuat kening Diandra mengerut. Kedua tangannya mencoba mendorong Xavier dan sia-sia. "Kenapa lu ganggu?" Diandra masih bingung dengan ucapan Xavier. "Lu mulai ganggu hidup gue."
Xavier mulai frustasi karena bayangan Diandra tidak mau hilang dari kepalanya.

"Sekarang sama Erland, Di?" pertanyaan itu dilayangkan seseorang pada Diandra ketika dia baru keluar dari toilet. Xavier bersandar sambil melipat kedua tangannya.
Untuk pertama kalinya dia merasakan cemburu.

"Gue suka lu, Di."
"Jadi pacar gue ya, Di."
"Kamu mau jadi calon istri aku, Diandra?"
"Be my wife, Babe."

Flashback off...

Mengingat itu semua, entah sudah berapa kali Xavier meminta Diandra menjadi miliknya. Rasanya itu tidak pernah cukup untuk menggambarkan kebahagiaannya saat ini.

Diandra mampu mengimbanginya. Mampu memberikan kebahagiaan lebih dari apa yang ia inginkan. Diandra mampu melakukan sesuatu diluar ekspektasinya. Diandra, wanitanya yang paling hebat.

"Makasih sayang." Xavier menghujani Diandra dengan ciuman.

"WOHOOOO!!! I WILL BECOME A FATHER!!!"

* * *

END...

Me And The Six PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang