42. Meet your parent (2)

Comenzar desde el principio
                                    

"Nafsu banget, Bro, ninjunya? Ada yang ngelamar Diandra lagi?" sindir Erland.

"Latihan tinju sambil mikirin Diandra."

"Gimana maksudnya? Samsaknya pura-pura jadi Diandra?"

"Ngaco!"

Erland tertawa karena ketololannya. "Ya abisnya gue biasanya kalo lagi kesel dan pengen mukul orang, gue lampiasin ke samsak. Samsak di rumah gue penuh sama foto muka lu."

"Bangs*t! Lu kesini mau ngajakin gue duel tinju?"

"Ngegas banget, Bro! Gue cuma mau nginep doang. Kangen."

"Najis! Sana pulang!"

"Yah, tega amat, Bro! Yaudah deh, gue pulang. Padahal ada yang mau gue kasih tau soal Diandra. Penting! Tapi karena gue gak boleh nginep, gue kasih tau Bima aja lah. Siapa tau..."

"Oke! Berapa lama nginepnya?" Xavier memotong kalimat sahabatnya.

"Seminggu boleh?"

"Engga! Semalem aja! Atau lu sekarang angkat kaki!"

"Yaelah, sensi bener. Yaudah deal!"

"Bro, sebenernya waktu itu gue minta Diandra supaya jadi milik gue."

Malam itu, saat mereka sedang fokus main playstation, dan Erland hampir kalah, dia melempar satu kalimat yang membuat Xavier gagal fokus. Hingga Erland berhasil mencetak gol.

"Lu sengaja?" tanya Xavier sengit.

Erland tertawa melihat Xavier geram. "Sengaja! Tapi yang gue bilang tadi beneran."

"Rasanya pengen gue lenyapin orang-orang yang berani-beraninya minta Diandra supaya jadi miliknya!"

"Bucin! Sadis amat!"

"Oke. Terus?"

"Terus apa?"

"Terus Diandra gimana?"

"Dia nangis, terus terharu, terus gue ngasih dia cincin, terus kita tunangan."

"Ini pasti akal-akalan lu! Yakin gue!"

Erland tertawa. "Sensi banget, Bro! Seperti yang gue duga sih, dia nolak gue."

"Karena?"

"Karena gue terlalu ganteng katanya. Terus dia insecure sama gue."

Xavier diam. Tidak terlihat geram lagi. Dia memikirkan sesuatu.

"Sebenernya ada satu kejadian waktu gue nyusul dia ke Samarinda minggu lalu."

"Apa?"

"Waktu itu, gue, Diandra, sama orang tuanya liburan ke Berau. Gue minta bantuan Om Andra sama Tante Ivo buat baikan sama Diandra. Sampe disana hubungan kita udah membaik. Bahkan Diandra udah bisa senyum lagi ke gue. Kita balik ke Jakarta bareng, sampe satu insiden."

Flashback...

"Xavier? Oh my god! Is that you?!" seorang perempuan berambut pirang, berkulit putih, cantik dan seksi menyapa Xavier ketika Xavier dan Diandra baru saja landing di Bandara Soekarno Hatta dan menunggu kopernya.

Perempuan itu langsung mencium pipi Xavier tanpa peduli ada Diandra di sampingnya. Xavier salah tingkah.

"Carmen? What are you doing?"

"Im here to meet you, Babe. I miss you so much."

"Uhm, Carmen, she is Diandra, she..."

"Oh, Im Xavier's friend." Diandra memotong ucapan Xavier. Xavier kecewa dengan jawaban Diandra.

"Diandra? I think I've heard that name."

"Oh, there are many names Diandra in this world, right?"

Carmen tertawa mendengar ucapan Diandra, lalu melirik Xavier yang menatap Dindra fokus. Sepertinya Carmen ingat dimana dia mendengar nama Diandra.

"Carmen, she is Diandra. My girl. I love her so much." ucap Xavier sambil menunjukkan foto dirinya dan Diandra bersama di handphonenya.

Carmen menutup mulutnya, dia terkejut. Sepertinya dia salah bicara tadi. Dia sedikit banyak tahu cultur orang Indonesia. Dia tadi mencium pipi Xavier saking senangnya karena tanpa sengaja bertemu Xavier disini.

Carmen dan Xavier cukup dekat ketika di Jerman. Dia adalah sahabat Xavier. Namun Carmen sendiri sudah mempunyai pacar yang adalah teman Xavier dari Indonesia yang juga kuliah di Jerman. Carmen kesini untuk menemui pacarnya.

"Diandra, Im so sorry, I..."

"Oh, it's okay Carmen. Cause you have met Xavier, spend your time, I will go to the toilet."

"Diandra..."

Xavier menatap kepergian Diandra, lalu berpindah pada Carmen yang sepertinya paham situasi.

"Xavier, Im sorry."

"It's okay, Carmen. I will explain to her. Did Roland have picked you up?"

"Yes. He's arrived."

"Okay. Meet him! I still waiting for my suitcase."

"Oke, bye Xavier."

"Bye."

Flashback off...

"Terus dia salah paham dong?"

"Kayaknya sih gitu. Soalnya abis dari toilet, dia jadi jutek lagi."

"Bro, kalo lu liat gue cium pipi Diandra, perasaan lu gimana?"

"Lu mau gue tonjok?"

Erland tertawa, "Mungkin aja Diandra di toilet nonjok pintu kamar mandi!"

"Lu kok ngelanturnya jauh, Bro?"

"Dia lagi jeles, lu juga sering ngajarin dia bela diri kan? Bisa jadi dia nonjok pintu karena liat lu di cium cewek. Lu aja mau nonjok gue kan katanya?"

"Hah! Kapan salah pahamnya berakhir?!"

"Kalo Diandra mau nerima cinta gue dan ninggalin lu!"

"Besok lu sarapan aer putih aja ya, Bro?"

"Tega amat!"

"Lu kalo dateng kesini sekalian bawa makanan kek! Katanya kaya!"

"Justru karena gue gak suka menghamburkan uang, makanya gue kaya!"

"Koret!"

"Biarin!"

* * *

Me And The Six PrinceDonde viven las historias. Descúbrelo ahora