Chapter Nineteen

193 28 23
                                    

Taka terpatung. Ia tidak menyangka kata itu akan keluar dari mulut Toru. Apakah benar yang diinginkan Toru adalah ini?

Putus dengannya?

"Hei, kenapa kau diam, Mori?"

Taka beralih menatap Toru. Ia tidak dapat berkata apapun.

"Kenapa kau, Mori?" Toru terdiam sejenak. "AH! Maaf! Maksudku bukan begitu. Aku lupa melanjutkan ucapanku. Maksudku adalah ayo putuskan pergi kemana setelah aku sembuh."

Toru kini bisa mendapatkan tatapan membunuh dari Taka yang membuatnya ketakutan.

"Hei, jangan marah. Aku hanya bercanda."

"Tidak lucu!"

Taka beranjak keluar ruangan.

Brak!

"MORI!"

Toru terkekeh setelahnya. Sebenarnya ia hanya ingin menggoda Taka. Tenang saja, orang itu tidak akan bertahan lama di luar sana. Pasti sebentar lagi akan masuk.

Ceklek

"Toru-san, ya?"

Ternyata bukan Taka.

"Tidak perlu sok tidak mengenalku, Hiro."

Hiro tertawa. Ia berjalan ke kursi samping ranjang Toru, meletakkan sebuah bingkisan di atas meja, lalu duduk.

"Tadi Taka-nii berpesan agar aku menjagamu sebentar, dia ingin membeli minuman di mesin minuman."

Toru bernapas lega. "Kukira dia tidak kembali lagi."

Hiro terkekeh. "Makanya jangan macam-macam dengan kakakku."

Alis Toru bertaut. "Kau mendengarnya?"

Hiro mengangguk. "Dia memintaku ke sini dari sejam sebelumnya, tapi aku baru bisa sekarang. Mungkin hanya untuk menggantikannya jika dia ingin beli minuman atau ke toilet. Dia benar-benar tidak membiarkanmu sendirian di sini, tahu!"

Toru terkekeh. "Begitu rupanya."

Hiro mengeluarkan ponselnya, sedikit bermain dengan ponselnya, lalu menunjukkan sesuatu pada Toru.

"Lihat! Berita dirimu kecelakaan sudah tersebar. Fans kalian di luar negeri pun menggila." Hiro memasukkan ponselnya ke saku celana. "Andai saja mereka tahu kalau hal itu disebabkan oleh masalah cinta. Huh."

Toru tertawa. Kemudian terdengar knop pintu yang diputar, tanda ada yang masuk. Tubuh kecil Taka terlihat setelah pintu ditutup. Oh, tentunya artis seperti mereka dilindungi oleh para penjaga di depan sana, jadi tidak bisa sembarang orang masuk.

"Kenapa lihat-lihat?!" sinis Taka.

Taka memutar bola matanya saat melihat Toru yang menepuk-nepuk pinggir ranjang sebelah kirinya. Taka pun ke sana dengan wajah datarnya. Tangan kiri Toru langsung meraih tangan kanan Taka, digenggamnya dan dielusnya dengan lembut sembari tersenyum. Taka tidak tahan dengan itu. Dia tidak bisa marah lama dengan Toru jika tingkah Toru saja seperti ini.

Sementara Hiro yang sedari tadi menyaksikan adegan itu hanya dapat menyabarkan hatinya. Beginilah nasib jomblo saat melihat orang pacaran, seperti udara, tidak terlihat keberadaannya.

"Taka-nii--"

"Mori, terus bersamaku, ya."

Taka mengangguk pelan. "Iya."

Hiro menghela napas dalam-dalam.

"Toru-san--"

"Tapi kamu janji, harus cerita kalau ada apa-apa. Kamu harus jujur sama aku. Apalagi kalau ada masalah, sebisa mungkin aku membantumu."

The Love We've Made [End]Where stories live. Discover now