Chapter Sixteen

264 33 8
                                    

[Mature content]

Taka merapikan barang-barangnya, bersiap untuk pulang. Setelah melirik jam di pergelangan tangannya, ia menenteng tas dan keluar dari tempat menginapnya. Ia diantar oleh temannya menuju bandara.

Sesampainya di bandara, ia berpamitan pada teman-temannya sebelum masuk.

Saat sudah duduk di dalam pesawat, ia tersenyum ke arah luar. Kepalanya memutar kembali memori saat ia dan member band menaiki jet dari Honda.

Saat itu, ia ingat sekali bagaimana ekspresi Toru. Rasanya ingin tertawa saja. Setiap mengingatnya, ia tersenyum. Ya, terkadang hanya karena hal sekecil itu, dapat membuat hatinya menghangat. Ia jadi bertanya-tanya, apakah cowok itu jadi menjemputnya atau tidak.

Karena penerbangan masih cukup lama, ia memilih untuk tidur. Cukup untuk mengistirahatkan tubuhnya karena ia tidak dapat tidur dengan baik.

Penerbangan memakan waktu sekitar 19 jam 35 menit dari Paris ke Bandara Narita. Ia mengambil penerbangan bisnis. Kalau tidak salah, ia harus transit di Kairo, Mesir.

°°°

Taka menghela napas lega. Ia telah sampai di Jepang. Cukup lelah juga berada di dalam pesawat cukup lama.

Matanya melirik ke sana-sini, mencari keberadaan orang yang menjemputnya. Ia jadi berpikir, apakah penyamarannya terlalu tertutup sehingga orang itu tidak mengenalinya? Tidak mungkin, kan? Toru pasti mengenalinya.

Ia memutuskan untuk menghubungi orang itu. Di dering ketiga, dijawab.

"Ya, Mori? Ah, kau sudah sampai?"

Taka berdecak. "Kau di mana?! Kau ingin melihatku ketahuan dan dikerubungi oleh fans jika mereka sampai tahu? Cepat ke sini!"

"T-tunggu! Kau di mana? Maaf, aku pikir masih ada waktu 15 menit lagi, jadi aku ke starbucks sebentar."

Taka baru menyadari. Ya, sebetulnya ia sampai pukul 19.45 JST. Namun ia mengatakan pada Toru menjemputnya pukul 20.00 JST. Untung saja Toru sudah di kawasan bandara.

"Aku di pintu keluar yang banyak taksinya. Pakaianku hitam dari atas hingga bawah. Aku menyamar, kau tahu itu. Cepatlah! Jangan lupa pesankan aku juga satu. Aku tunggu!"

"Mori--"

Piiipp

Taka memutuskan sambungannya. Ia terkikik dalam hati.

Sepuluh menit kemudian, Toru sampai di hadapan Taka. Terlihat sekali kalau orang itu buru-buru. Ia meletakkan minuman mereka di dalam mobil sebelum mengangkat koper Taka dan meletakkannya di bagasi mobil, juga bersama tas punggungnya. Barang pentingnya Taka pegang. Keduanya pun duduk di depan. Sebelum melaju, Toru menyerahkan pesanan Taka.

Taka menyeruput minumannya sembari menikmati pemandangan. Topi, kacamata, dan maskernya telah ia buka. Dari sudut matanya, ia bisa tahu kalau Toru beberapa kali mencuri pandang. Seperti ingin mengatakan sesuatu, tetapi tidak jadi. Taka yakin, Hiro mengatakan sesuatu pada cowok di sampingnya.

Ia sengaja diam saja. Masih 'marah' kepada Toru.

"Toru-san, tolong nanti berhenti di pom bensin. Aku ingin buang air kecil."

Seketika Toru mengingat ucapan Hiro kemarin. Persis seperti yang diucapkan oleh Taka barusan. Apakah Taka benar-benar akan melakukan itu? Toru harap tidak. Sungguh, jangan sampai itu benar-benar terjadi.

Namun Toru tetap mengangguk.

"Ya."

Ia tidak mungkin tidak mengiyakan ucapan Taka. Kalau orang itu benar-benar ingin buang air kecil, jika ia tidak berhenti, bisa-bisa ia ditendang di mobil.

The Love We've Made [End]Where stories live. Discover now