20. Promise

3.6K 373 18
                                    

Aku abis ikut demo gaes 😂 gaya banget ya? Jadi, klo gak memuaskan ceritanya terima saja dengan lapang dada 🙆😄

Aku abis ikut demo gaes 😂 gaya banget ya? Jadi, klo gak memuaskan ceritanya terima saja dengan lapang dada 🙆😄

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nini-nini mau numpang eksis, pake ikut demo segala, ntar malem encok kumat baru tau rasa 😂

.
.
.

"Dimana istriku?"

Datang-datang Jimin langsung menanyakan keberadaan sang istri. Setelah Namjoon melapor bahwa Habin ada dirumahnya, Jimin segera menancap gas untuk menuju rumah pria berperawakan jangkung itu.

"Bisakah kau sedikit lebih tenang? Dia akan ketakutan melihatmu menjelma jadi pria kasar seperti dulu." Namjoon memperingati.

"Aku harus bertemu dengannya."

"Kau akan bertemu. Lagipula, siapa yang akan ikut campur kedalam urusan kalian? Dari awal sudah aku peringatkan, Soora hanya terlihat baik dari kemasannya, tapi akhirnya siapa yang tahu semua ini akan terjadi akibat ulah perempuan itu."

"Sudahlah, Hyeong. Cepat bawa istriku kesini!"

"Aish! Anak ini,"

Namjoon mengumpat, tapi setelah itu ia mengambil langkah untuk memanggil Habin yang sekarang tengah tertidur di kamar tamu. Ini memang sudah malam dan maafkanlah Namjoon yang tak memberikan kesempatan untuk dia beristirahat. Hanya menginginkan masalah mereka terselesaikan dengan cepat.

"Habin-ah," Namjoon memasuki kamar yang ditiduri Habin.

Mendengar suara pintu terbuka saja sudah membuatnya bangun karena memang malam ini Habin benar-benar tak bisa tidur nyenyak.

"Namjoon-ssi," Habin bangkit dari tidurnya.

"Bisa kau ikut aku?"

"Untuk?"

"Sudah, ikut saja."

Terheran-heran, Habin tetap memaksakan mengikuti langkah Namjoon yang terkesan lebar. Belum sempat mencapai tangga pertama, tubuh Habin tiba-tiba dibuat menegang, tatkala sosok yang paling dihindarinya berdiri di ruang tengah, melihatnya tajam.

"Kita pulang," Jimin tanpa basa-basi meraih pergelangan tangan Habin, namun si wanita justru langsung melepaskan pegangan mereka.

"Aku tidak mau pulang."

Jimin ingin marah sebenarnya. "Dia sudah ku usir dari rumah."

Habin mengangkat wajahnya, menggambarkan ekspresi terkejut, "bagaimana bisa kau melakukan hal itu?"

"Aku bisa melakukannya karena dia memang bukan siapa-siapaku. Bukankah aku sudah pernah bilang padamu."

Habin tak menimpali. Apa yang Jimin ucapkan memang benar, Namjoon juga bilang seperti itu. Hanya saja ... hati Soora ...

Ah, tidak-tidak. Namjoon benar. Ia tidak boleh memikirkan perasaan orang lain lagi, seperti dulu, kalau pada akhirnya ia akan tersakiti lagi. Sekarang biarlah Soora menikmati penderitaan atas ulahnya sendiri.

Jimin mengangkat dagu Habin, wanita itu diam entah apa yang dipikirkannya, tapi yang pasti mereka berdua punya banyak pikiran sekarang. Wajah lesu itu sama menatapnya, membuat Jimin merasa iba. Pasti hatinya sakit sekali. Ia ingin menyembuhkannya.

Pertemuan dua bilah bibir terjadi. Tak ada yang menolak, mereka saling menikmati pergerakkan masing-masing. Terlalu hanyut sampai melupakan bahwa ada sosok lain diantara mereka.

Namjoon yang melihatnya secara langsung mematung, sontak meneguk ludah susah payah. Ia jadi merasa canggung sendiri, sambil refleks menggaruk kepala. Ia memilih meninggalkan mereka. Membiarkan dua pasangan yang sedang bertengkar itu berdamai dengan cara yang manis.

Jimin terus melumat bibir atas Habin. Menarik pinggang sang istri agar lebih merapat. Meraba punggung Habin yang mulai terasa panas.

Semua sistem tubuhnya bergerak dengan sendirinya bersamaan dengan gerakkan yang Jimin berikan. Habin mengalungkan tangannya ke leher Jimin. Pria itu malah memperdalamnya.

Merasa cukup, Habin mendorong tubuh Jimin dan beruntunglah karena suaminya langsung menjauhkan diri hingga ciuman mereka terlepas.

Jimin menangkup kedua pipi sang istri, kedua ibu jarinya mengusap aliran air asin di pipi wanitanya. "Percaya padaku! Aku tidak akan pernah meninggalkanmu." Setelah itu merengkuh tubuh Habin. Mengusap afeksi kepala sang istri.

"Janji?" Tanya Habin meyakinkan.

"Tentu saja. Aku berjanji padamu. Jangan pergi atau menghilang lagi, ya?"

Habin mengangguk kecil di dada Jimin. Semakin mempererat lilitan tangannya pada pinggang sang suami.

...

PLAK!

lagi dan lagi. Tubuh Soora terpental ke samping akibat kuatnya tamparan sang ayah. Pria tua yang tak pantas disebut ayah tersebut bahkan menendang tubuh Soora hingga membuat wanita itu meringis.

Tak ada perlawanan yang Soora berikan. Rasanya semua rintihan dan teriakkan yang menyerukan kesakitannya tertelan begitu saja. Ini teramat sakit untuk ditangisi. Untuk apa menangisi semua yang sudah terjadi ini?

"Anak sialan," umpat ayahnya.

"Seharusnya Appa bukan menghukumkuㅡ" suara Soora keluar pelan, tatapannya kosong, "TAPI MENGHUKUM WANITA ITU!" Napas Soora berderu cepat setelah berteriak kencang. Ia melirik sang ayah dalam satu kali sentakkan, matanya melotot.

"Apa maksudmu?" Dahi Tn. Hwang berkerut.

"Dia. Wanita itu yang membuatku kehilangan Jimin. Sebenarnya dia yang menyuruhku untuk melarikan diri saat hari pernikahan. Bukan aku yang menginginkannya, Appa."

Melihat wajah bingung ayahnya Soora tersenyum dibalik tangisnya. Senyuman licik lebih tepatnya. Maafkan aku, Habin. Soora terus melafalkan kalimat itu dalam hatinya. Ia terpaksa berbohong karena sudah tak tahu cara apa lagi yang harus ditempuh untuk mendapatkan Park Jimin.

Jika tahu begini, Soora yakin ayahnya akan langsung menghabisi Jung Habin.

Biarkanlah ia egois demi kebahagiaannya!

.
.
.

Tuhh kan pendek lagi 😁

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tuhh kan pendek lagi 😁

Abis tamat ini aku ada cerita lagi gaes, tapi yang nanti bakalan serius dan gk mengecewakan, jadi ditunggu yah! 😉

Judulnya pasti ada wife-wife gitu deh 😂😂

My Ugly Wife [END]Where stories live. Discover now