[some scenes may a mature content]
Baca novel romantis dan sad ending emang sedih banget, terlebih lagi, alurnya terngiang-ngiang di kepala sampai-sampai ngelakuin hal sesuatu aja mood jadi down banget, iya kan?.
And hell!, Nini bangun di kehidupan...
"Kok kamu yang sewot sih?!, Ini kan gara-gara kalian juga, tidak sopan sama orang lebih tua begitu!"
"Loh?, Temen saya kan sudah baik-baik mau merapikannya lagi, mata anda gak perlu begitu dong!"
"Kamu tuh masih bocah! Gak usah ngomong begitu sama orang yang lebih tua, jangan mentang-mentang kamu orang kaya ya kamu pikir saya takut?"
Irene melangkah maju hendak menjambak, wanita tadi. Bisa saja sih sebenarnya ia bilang kalau Mall nya ini juga milik Jeff Enterprise, semua orang juga tau itu. Tapi mereka kan tidak tau kalau Irene adalah sepupu Owner nya.
"Dasar tua !" gertak Irene kemudian menjambak rambut Wanita tersebut dengan agresif, tak mau kalah Wanita berseragam Sellespromotion tersebut kemudian mencakar lengan Irene hingga tergores dan mengeluarkan darah sedikit.
Irene makin mengamuk hingga membuat rambut wanita tadi rontok beberapa saja. Yakin sekali pasti itu pusing.
"Hah, tua! Asal anda tau ya! Aku bisa aja melapor ke Mr. Jung Jaehyun langsung dengan perilaku anda yang gak sopan memandang pengunjung seperti itu!, Gaya nya aja sok profesional tapi tidak tau attitude!"
Wanita itu menggeram "Kamu! Gaya nyas aja pakai duit orang tua belanja sana-sini ngatain orang gak punya attitude, bercermin lah bocah!" Wanita itu lalu mendorong kepala Irene hingga tertoyor karena sudah gemas ingin menampar.
Jennie dan Lisa tercengang, keduanya itu berdiri kemudian menjauhkan Irene dari wanita SPG yang ngamuk.
"Brengsek, sakit, aku laporkan ke Paman Jae tahu rasa!" Sumpah Irene kemudian pergi mengikuti kedua sahabatnya yang telah selesai merapihkan kotak-kotak sepatu.
Mereka bertiga berlari hingga menetap di lobi utama dengan nafas terengah-engah.
Jennie tertawa hambar "Duh, aku yang menjatuhkan, kamu yang ribut."
Irene mencak-mencak ditempatnya "Gak sopan banget dia itu! Sama pengunjung mata nya kayak menilai kita dulu, gak punya attitude!"
"Laporkan saja ke Paman Jae." hasut Lisa yang diangguki Irene dengan mantap.
"Ah, nanti saat di Hotel Roobert aku akan bilang."
"Tidak perlu sampai segitunya, kasihan mereka kerja dan cari uang, masa harus sampai dipecat gara-gara kita ?" usul Jennie yang makin panas dingin mendengar nama Mr. Jung.
Irene melongo dan Lisa tak habis pikir dengan sahabat mereka itu.
"Sejak kapan kamu jadi begini? Setau aku kamu paling semangat buat masalah ke orang-orang." cibir Irene
"Sudah lah, lebih baik sekarang kita cari dress untuk nanti." Lisa menggandeng dua teman bar-barnya itu ke mobil mereka dan berniat mencari Mall lain.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jennie menggeleng-geleng pelan begitu dirinya dan dua teman ia sampai di depan pintu lobby Hotel Roobert Seoul yang agaknya ramai orang-orang kalangan atas, sama layaknya ia pergi ke Toretto White club.
Atmosfer-atmosfer mahal yang tidak pernah Jennie hirup selama enam belas tahun hidup. Bayangkan saja, padahal dia baru tiga minggu hidup bergelimang harta dan belum tau tata cara bercengkrama dengan sesama kelas atas.
Sebenarnya kalau dirunut, ia justru anak nya kelas atas.
Irene celingak-celinguk mencari kakak sepupunya yang sudah pasti sedang berbaur dengan pebisnis lain. Ketiga gadis itu berjuang mati-matian agar terlihat cantik juga elegan namun masih terlihat muda agar gampang dikenali.
Fashionista nya sudah pasti Lisa.
Jennie meremas tangannya yang sudah berkeringat, ia meraih segelas sampanye yang langsung ditahan Lisa.
"Kamu bodoh atau idiot? Aku tau kamu sudah berpengalaman tapi gak jadi terus-terusan, begini." peringat nya geram dengan kelakuan bodoh Jennie.
"Kamu ikut Irene saja sana, aku disini." Bisik Jennie mendesak.
"Loh, kenapa?"
"Bad mood." jawab Jennie cepat.
Lisa menggeleng kemudian duduk disamping Jennie dengan tangan yang sibuk menggulir layar ponsel. Gadis itu sibuk meng update sosial media nya, pamer bila ia datang ke acara Elf Art and Music.
Jennie berdehem, ia bingung. Mengapa hidupnya harus saja ada acara-acara semacam ini, banyak sekali event yang harus didatangi.
Jennie berharap Mr. Jung benar-benar lupa siapa ia, karena mungkin karakter cerita memang dibuat sesuai alur.
"Itu dia Paman Jae!" pekik Lisa pelan saat melihat Irene membawa kakak sepupunya itu ke arah mereka berdua.
Masih dengan niat ingin melaporkan kejadian di Mall sewaktu itu. Jennie makin panas dingin dibuatnya ketika Lisa memaksa ia agar balik badan untuk berhadapan dengan Owner Jeff Enterprise.
"Halo, Paman Jae" sapa Lisa ramah, ia mengisyaratkan agar Jennie ikut manyapa.
Dengan segenap keberaniannya yang tersisa lima persen dari seribu persen Jennie membalikkan badan dan membungkuk cepat.
"Halo, Paman Jae" Jennie menghirup nafas dalam-dalam dan mendongak.
Manik coklat nya bertemu dengan iris Abu-abu gelap milik Mr. Jung yang tampannya sangat tidak manusiawi dan sialnya Jennie lemas karena terpesona.
Jaehyun terdiam sebentar dengan netra yang tidak lepas dari Jennie, ia lalu tersenyum kecil dihadapan dua teman adik sepupunya itu.
"Jadi, paman...." Irene mulai bercerita panjang dengan Lisa yang antusias mengangguk. Jennie terpaksa sedikit menyahut-nyahut dengan kaku, berusaha tidak terlihat menyembunyikan sesuatu.
Ia menghela nafas panjang, kemudian melirik Jaehyun yang kebetulan sedang menatap ke arahnya. Meneguk ludah kasar lalu menampilkan senyum terbaik yang pada akhirnya malah terlihat senyum paksa.
"Lagi juga dia melihat ke arah Jennie begitu banget! Ya aku kan jadi kesal, sok tau menilai-nilai kita begitu padahal Jennie sudah baik-baik mau merapikan tanpa protes apa-apa." jelas Irene masih jengkel dengan wanita SPG sewaktu itu.
Jennie menghela nafas gusar ditempatnya, ia bergerak gelisah namun tetap menampilkan senyum terbaiknya.
"Tunggu, Irene, saya pinjam teman kamu, ya." Jaehyun menjeda Irene yang mana dibalas respon aneh oleh adik sepupu nya itu.
Jennie terisak dalam hatinya.
"Ikut saya." Jaehyun menarik Jennie pelan menujulift ekslusif di dekat lorong.
Jaehyun melonggarkan dasinya yang sedikit mencekik. Pria itu bersandar di dinding lift sembari menatap gerak-gerik Jennie yang kewalahan. Antara bingung, panik, dan ingin menangis.
"Paman mau culik saya , ya?" Tanya Jennie dengan suara parau.
Jaehyun menautkan alisnya "Menurut kamu?"
"Pasti di interogasi."
Jaehyun terkekeh pelan yang mana membuat Jennie tambah ingin menangis. Melihat wajah gadis tersebut yang sepertinya merasa dihakimi maka Jaehyun mendekat menarik Jennie pelan, pria itu menaruh dagunya dipundak Jennie.
Membeku, Jennie meremas dua tangannya meredam tangisan sebelum Jaehyun mengamit jarinya dan menuntun lengan Jennie ke dada pria itu yang berdebar.
"Kamu selalu kabur setiap saya cari, tapi ternyata hari ini kamu yang menghampiri saya."