•••

"Ini di mana?" tanya Donghyuck dengan alis berkerut. Rasanya dekat hotel tak ada tempat seperti ini.

"Seongsan Ilchulbong," jawab Jisung santai. "Aku coba cari di internet dan kutemukan tempat ini."

"Untuk apa kita ke sini?" tanya Donghyuck bingung.

Pikirnya, pria jangkung ini akan membawanya kembali ke hotel lalu melakukan kegiatan panas dengannya. Well, bukannya Donghyuck mau. Terlihat jalang sekali. Namun, untuk kali ini Donghyuck tak masalah kalau hal itu harus terjadi, mungkin ia bisa melupakan soal Jeno untuk beberapa saat.

Donghyuck tercekat saat salah satu lengannya digenggam pelan. Dilihatnya Jisung yang tengah tersenyum padanya dengan rambut diterpa angin. Tampan, Donghyuck baru menyadarinya.

"Ayo jalan-jalan," ucapan Jisung membuyarkan lamunan Donghyuck. Ditariknya tangan Donghyuck pelan kemudian keduanya berjalan beriringan.

Udara sore memang menyegarkan ditambah dengan pemandangan hijau yang begitu menenangkan. Donghyuck menikmatinya, meskipun hanya sekedar berjalan-jalan menapaki tangga. Banyak pengunjung yang datang ke tempat ini. Ada yang bersama keluargaーah, Donghyuck jadi ingat keluarganyaー bersama teman dan bersama pasanganーsekarang Donghyuck jadi ingat Jeno.

Jisung sempat mengajak Donghyuck istirahat sebentar namun Donghyuck menolak. Ia ingin cepat sampai ke atas sana.

Hingga sore menjelang malam, barulah keduanya istirahat di atas puncak. Jisung sedang menelpon, sementara Donghyuck asik melihat pemandangan dari atas sana.

"Tidak dingin?"

Donghyuck mendongak, terkejut lantaran tubuhnya sudah dibalut baju hangat yang dikenakan Jisung sebelumnya. Donghyuck tak menjawab, ia memandang langit yang sudah mulai oranye, matahari akan terbenam sebentar lagi.

"Ji.." Donghyuck memanggil pelan dan Jisung langsung menoleh.

"Menurutmu Huang Renjun bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

"Ya bagaimana," Donghyuck menunduk. "Dia baik?"

"Entahlah, aku bahkan baru tadi bertemu dengannya."

Donghyuck tak bersuara lagi. Lama hening menerpa keduanya. Jisung sibuk memandangi Donghyuck yang masih menunduk sambil memainkan jemarinya.

"Aku ingin marah sebenarnya," Donghyuck kembali bersuara.

"Bagaimana Jeno membohongiku satu tahun ke belakang. Itu sungguh keterlaluan. Namun, kalau dipikir-pikir kembali, bukankah aku sama saja dengannya? Aku tidur dengan pria lain di belakangnya." Donghyuck tersenyum getir.

"Itu sama saja aku bermain di belakangnya bukan? Jadi aku sama saja selingkuh darinya."

"Hyung.."

Donghyuck mendongak, menatap Jisung yang juga menatapnya.

"Kau tak selingkuh darinya. Apa selama ini saat aku menyentuhmu kau menerimanya?"

Pertanyaan Jisung membungkam yang lebih tua.

"Sekali pun iya, kau tak mungkin menyebut nama Jeno dalam desahanmu."

Donghyuck tercekat bagaimana bisa ia tidak menyadari hal itu?

"Kau baru menyadarinya bukan?" Jisung tersenyum pedih. "Tubuhmu menerima sentuhanku tapi hatimu tidak. Hatimu terus memilih Jeno sampai aku tak punya kesempatan untuk masuk ke dalamnya,"

Jisung merapikan baju hangat Donghyuck kemudian memegang kedua bahunya.

"Jadi, marahlah sepuasmu. Luapkan apa yang ada dalam hatimu. Karena kau dan Jeno berbeda. Jeno memang menyakitimu, ia mencintai Renjun pada saat ia masih memilikimu. Kau berhak marah untuk itu."

Donghyuck diam, ucapan Jisung telak mengenai dasar hatinya. Bagaimana pria itu seolah tahu bahwa hatinya memang butuh luapan. Jisung memeluk Donghyuck, mengusap punggung belakangnya pelan.

"Jika kau memang tak mampu, maka biarkan hanya aku yang tahu betapa rapuhnya seorang Lee Donghyuck. Kau bisa meluapkan semuanya padaku. Amarahmu, rasa sakitmu, semuanya, apa pun.

Donghyuck mengeratkan pelukannya pada Jisung, menenggelamkan wajahnya pada dada yang lebih muda. Jisung bisa merasakan bajunya basah dan ia hanya tersenyum saat bahu Donghyuck bergetar pelan.

Donghyuck menangis untuk kedua kalinya.

Dan kembali hanya Jisung yang melihat betapa rapuhnya seorang Lee Donghyuck.

Hingga dirasa Donghyuck sudah mulai tenang, Jisung melepas pelukan mereka. Mengusap lembut pipi basah Donghyuck kemudian merapikan rambutnya yang menempel di sekitar dahi.

Jisung menatap dalam Donghyuck. Matahari yang mulai tenggelam memantulkan cahaya keorenan di wajahnya dan Jisung kembali memuja pria manis di hadapannya.

Begitu cantik dengan kilatan mata yang berair, memancarkan warna oranye karena pantulan matahari. Bagaimana rambut hitamnya terbang diterpa angin, juga tubuh mungilnya yang dibalut dengan baju hangat kebesaran milik Jisung.

Jisung sudah menetapkan. Bahwa hanya Lee Donghyuck yang ia cintai.

Jisung mengecup ranum Donghyuck. Kemudian beralih mengecup pucuk hidungnya kemudian keningnya.

"Dan jika kau sudah merasa cukup untuk meluapkan semuanya. Lupakan semua rasa sakitmu atas segalanya, termasuk Jenoー










ーdan saat hal itu terjadi, maka saat itulah aku akan menjadikanmu milikku. Kupastikan tak ada lagi yang bisa menyakitimu setelahnya."

To be continued
.
.

Baby? || JihyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang