Chapter 12

11.6K 1.3K 244
                                    

"D-donghyuck..."

Jeno terkesiap. Melepas pelukan secara reflek ketika melihat Donghyuck tengah berdiri di hadapannya dengan Jisung di belakang.

Jeno mendekat. "Sedang apa kau di sini?" tanyanya linglung.

Donghyuck mengernyit. "Aku selalu datang ke sini kalau kau lupa,"

Dan Jeno merutuk. Bagaimana ia bisa lupa bahwa mendiang orang tua Donghyuck dimakamkan tak jauh dari sini. Bahkan ia juga lupa perihal janjinya tempo hari.

"Jadi, ingin menjelaskan sesuatu?" Donghyuck berujar tenang. Matanya menelisik sosok pria dengan surai pirang di belakang Jeno. Dan Jeno menoleh ke arah pandang Donghyuck.

Jeno menarik napas dalam kemudian berjalan mendekat. Berjongkok di depan pria yang masih menunduk, enggan memperlihatkan wajahnya. Jeno mengusap pipinya lembut, menggenggam tangannya kemudian bangkit berdiri disusul olehnya kemudian.

Keduanya mendekati Donghyuck yang masih menatap intens keduanya.

"Namanya Huang Renjun." Jeno memperkenalkan. "Diaー





















ーkekasihku."

Dan Donghyuck merasa dunianya hancur saat itu juga. Ia berusaha mencari kebohongan dari mata Jeno, namun yang bisa ia lihat hanya kilatan cinta dari matanya. Kilatan yang tak pernah Donghyuck lihat saat Jeno memandangnya.

"Sudah berapa lama?" tanya Donghyuck lagi.

Jeno tak langsung menjawab, ragu untuk mengutarakan. "Hyuck dengar-"

"Berapa lama?" ulang Donghyuck.

Renjun mendongak hendak menjawab sebelum Jeno menyela. "Satu tahun."

Dan Donghyuck ingin menangis saat itu juga. Hatinya menjerit. Pertanyaan yang terngiang dalam benaknya terjawab sudah. Ucapan Jisung ternyata benar adanya. Jeno, pria yang dipercayainya dengan sepenuh hati sudah mengecewakannya sampai dasar paling dalam.

Namun Donghyuck bukan seorang wanita. Ia tak menampar atau menyumpah serapahi Jeno maupun Renjun. Dirinya juga tak menangis meraung meminta Jeno meninggalkan Renjun dan kembali padanya. Donghyuck hanya diam, mengucek matanya yang mulai perih kemudian mengangguk.

"Baiklah." jawab Donghyuck akhirnya.

Jeno termangu, padahal ia sudah siap menerima bogeman Donghyuck sejak tadi.

Donghyuck mendekati Renjun, melepas gelang putih yang selalu ia kenakan di tangan kirinya kemudian diberikannya pada pemuda yang ternyata memiliki gigi gingsul.

"Kurasa kau lebih berhak memilikinya."

Renjun hanya bisa termangu. Kata-kata yang ingin diucapkan olehnya seakan tersangkut di tenggorokan kala melihat dengan jelas Donghyuck tersenyum tulus padanya. Tak ada kebencian ataupun amarah di dalam kilatan matanya. Dan Renjun merasakan suatu gemuruh dalam dadanya.

Setelah itu Donghyuck mundur, menatap Jeno yang juga menatapnya dengan penuh rasa sesal.

"Hyuck, dengar-"

"Lain waktu saja kudengar. Kurasa Renjun lebih membutuhkanmu saat ini. Aku melihat dirinya menangis tadi,"

Setelah itu Donghyuck pergi. Berjalan tanpa berniat menoleh. Ia tak mau melihat apa pun lagi. Dadanya sesak dan Donghyuck tidak mau Jeno melihat ia yang menyedihkan. Setidaknya, Jeno tak perlu mengasihaninya nanti.

Jeno hendak mengejar sebelum Jisung menahan bahunya dan menatapnya dengan raut tak terbaca. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Jisung menjauh. Meninggalkan Jeno dan Renjun.

Baby? || JihyuckWhere stories live. Discover now