FOURTEEN

2.5K 459 73
                                    

Felix menyusuri lorong sepi dengan lelehan air matanya yang sedari tadi mengalir deras, sejujurnya ia tidak menuntut banyak pada Hyunjin, ia hanya ingin di mengerti sedikit saja olehnya, bahkan ia rela memberikan segalanya Hyunjin masih tak menger...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Felix menyusuri lorong sepi dengan lelehan air matanya yang sedari tadi mengalir deras, sejujurnya ia tidak menuntut banyak pada Hyunjin, ia hanya ingin di mengerti sedikit saja olehnya, bahkan ia rela memberikan segalanya Hyunjin masih tak mengerti akan dirinya juga.

Tentu saja ia lelah, mencoba memahami pria itu berkali kali namun tetap saja mendapatkan balasan yang tidak setimpal dengan apa yang di lakukan nya.

Langkahnya berhenti di sayap kanan kediaman keluarga Hwang, benar benar sepi disini suasananya juga tenang dan nyaman, pandangan Felix mengarah pada hamparan perdesaan di hadapannya seketika ia menangis lagi merindukan orang tuanya juga seluruh kerabatnya di desa sana.

Tidak ada lagi yang ia miliki disini, seluruh keluarganya di bantai habis malam itu di hadapannya, malam itu ia berhasil lari berkat titahan ibunya. Ia berhasil selamat dari pembantaian kaum nya yang di lakukan oleh Hyunjin, alpha nya sendiri.

"Seharusnya aku tidak mengingat lagi itu." Ia menggumam pelan, sungguh rasanya amat menakutkan kala benaknya memutar jelas memori lama yang mati matian ia lupakan.

"Tapi anehnya aku masih mencintainya." Felix meremat pagar besi pembatas di hadapannya, ia melirik ke arah perutnya yang sedikit menyembul di balik pakaian nya, senyum nya terangkat saat lengan nya menyentuh permukaan perutnya itu.

"Kau bisa kedinginan." Ia berjengit kaget saat sebuah mantel bertengger di bahunya, memang angin berhembus cukup dingin dan Felix hanya menggunakan piyama tipis.

"Apa yang kau lakukan di sini Jeongin?." Jelas sekali pria itu datang tiba tiba, ia terkekeh pelan sambil menatap ke arah perdesaan dengan manik tajamnya.

"Bahkan aku disini sudah sampai terlebih dahulu di banding dirimu."

"Ck! Kau menguping gumaman ku tadi?." Ia menggeleng cepat, Felix menghela nafas lega seraya merapatkan mantel pemberian Jeongin.

"Soal di ruang makan tadi, seharusnya kau tidak berbicara begitu pada Hyunjin. Bagaimanapun juga dia adalah kakakmu, hormati dia." Jeongin terbahak pelan, Felix mengernyit heran menatap ke arah pemuda yang berdiri tegap di sampingnya.

"Kau tau Felix? Bahkan dia tidak pantas di sebut seorang kakak, melindungi dirinya sendiri saja tidak bisa apalagi melindungi ku dan menjadi seorang pemimpin?."

"Tapi aku percaya pada kekuatan nya! Hyunjin bisa memimpin negara dan melindungi nya dengan baik, kau juga harus percaya akan kekuatan nya Jeongin!." Felix berujar kesal, pandangan nya menatap tajam ke arah Jeongin yang menatapnya dengan pandangan datar nya, sesaat ia mendelik sebelum mencubit pipi gembil Felix yang semakin chubby ketika mengandung.

"Tentu saja itu tidak akan terjadi sayang, aku dan dia akan tetap bersaing sampai kapanpun."

"Jangan pegang pegang! Somi akan melihatnya dan juga Hyunjin akan salah paham!." Wajah Jeongin mendekat ke wajah Felix hingga kini wajah Felix memerah padam.

Nefarious. [✅]Where stories live. Discover now