35. When We Were 25 yo

Start from the beginning
                                    

"Nanti gue kabarin ya. Sepuluh menit lagi gue ada rapat. Ini aja lagi mau baca materi."

"Yaudah, nanti kabarin gue. Jaga kesehatan ya, Honey. Inget, minggu depan kita wisuda!"

"Iya, Divaaa Sayang."

"Selamat bekerja, Ibu Manajer."

"Bye, Div."

Setelah menutup telepon dari Diva, Diandra membaca sekilas materi rapat hari ini. Rapat tentang rencana anggaran untuk tahun depan dengan tim divisi keuangan.

* * *

Pesawat dengan tujuan London-Indonesia mendarat mulus di Bandara International Soekarno-Hatta. Erland yang didampingi seorang pria berbadan tinggi dan tegap turun dari dari pesawat.

"Xavier koma, udah beberapa tahun gak ada kabar dari orang tua Xavier di Jerman. Terakhir gue liat Diandra bener-bener frustasi, mogok makan, sampe masuk rumah sakit. Tapi akhirnya dia bangkit, dia lanjut kuliah S2 bareng gue. Tapi dia gak seceria dulu, maksud gue, dia terlihat tertawa, tapi dari matanya sebaliknya. Dia gak pernah terlihat sedih lagi semenjak saat itu, tapi dia yang gak terlihat sedih itu justru bikin gue sedih, Land, dia nyimpen itu sendiri. Gue ngerasa kayak gak berguna buat dia."

Erland terngiang kata-kata Diva saat Erland tanpa sengaja menghubunginya karena ingin tahu keadaan teman-temannya.

Dia akhirnya memilih resign dari tempat kerjanya setelah menyelesaikan studi S2nya dan menerima tawaran orang tuanya untuk mengambil alih perusahaan keluarganya yang memang berada di Indonesia itu.

"Gam, saya mau ke suatu tempat. Kamu urus koper ya. Sama saya mau pake mobil." ucap Erland pada pria yang mendampinginya.

"Baik, sebentar pak, saya hubungi sopir di luar untuk segera menyiapkan mobil untuk anda."

Erland langsung keluar begitu Gama memberikan instruksi kalau mobil sudah siap dan terparkir di luar.

Secepat kilat Erland mengendarai mobilnya menuju kantor Diandra. Dia sudah tidak sabar lagi ingin melihat keadaan orang yang pernah atau mungkin masih di dalam hatinya.

Begitu memarkirkan mobilnya, waktu menunjukan pukul 12.10 tepat sekali harusnya waktu istirahat Diandra. Dia menghubungi Diandra yang tidak dapat sahutan. Selang beberapa menit kemudian, Diandra menghubungi.

"Erland, sorry, baru selesai rapat banget. Apa kabar?"

Sempet-sempetnya lu masih nanyain kabar gue, Diandra! Kata Erland dalam hati.

"Makan siang bareng yuk."

Diandra tertawa, "Lo ngeledek? Boleh! Tapi emang di London masih jam makan siang?"

Tak ada sahutan dari Erland. Diandra mengerutkan kening, lalu dia melihat kembali nomor Erland yang di hubungi barusan. Benar-benar kode telepon Indonesia.

"Well, gimana? Ada waktu makan siang bareng, Ibu Diandra?" tanya Erland sekali lagi begitu tahu kalau Diandra menyadari kalau ajakannya serius.

"Anya, saya minta tolong kamu salin notulen rapat saya. Kamu kerjakan habis makan siang juga gak apa-apa. Saya mau makan siang di luar. Nanti selesai makan siang, notulennya tolong kamu taruh di meja saya."

"Baik, Bu."

"Makasih, Anya."

Erland mendengarkan Diandra sedang berbicara dengan seseorang bernama Anya. Mungkin sekertarisnya.

"Where are you?"

"Basement."

"I'll be there."

Detak jantung Erland seketika berdetak kencang ketika Diandra menutup sambungan teleponnya dan sedang menuju tempatnya berada.

Bahkan nafasnya nyaris tersendat ketika dia melihat sosok Diandra dari kejauhan. Bahkan tanpa sadar, begitu Diandra masuk ke dalam mobil dan duduk di sampingnya, dia menarik Diandra ke dalam pelukannya dan memeluknya erat seakan rasa rindunya selama ini terbayarkan.

* * *

"Kamu beneran gak apa-apa?" tanya Davin cemas. Berawal dari Diandra yang dirawat, hubungan Diandra dan Davin membaik. Semenjak saat itu, mereka berteman baik. Bahkan tak lupa Davin mengingatkan mantan kekasihnya itu untuk minum vitamin dan menjaga kondisinya.

"Gak apa-apa, Dav. Makasih vitaminnya. Hari ini ada cerita seru gak?"

Semenjak hubungan Davin dan Diandra membaik, mereka saling bercerita satu sama lain tentang hal-hal seru yang mereka lalui hari itu.

"Aku gak ada. Masih kayak biasa aja. Kamu ada?"

Diandra mengangguk. "Temenku yang kerja dan kuliah di London tadi suprise me. Tiba-tiba dia tadi siang ngajak lunch dan udah di kantor aku ternyata."

"Kamu kangen dia?"

"Jelas kangen dong!"

Davin mendengarkan Diandra yang antusias bercerita. Dia cuma tersenyum sambil mengacak-acak rambut Diandra.

* * *

X : pria bernama Davin datang ke rumah Miss D. Terlihat memberikan bungkusan kecil, diduga vitamin

Ternyata dia masih belum menyerah.

Me : pantau terus. Kirim video
X : send video

Diandra tengah bercerita dengan antusias dan Davin terlihat mendengarkan dengan sabar. Matanya tidak lepas dari Diandra. Bibirnya tersenyum tulus. Dia mengacak-acak gemas rambut Diandra.

Pikirannya kacau. Hatinya terbakar. Begini rasanya melihat Diandra tanpa seorang Xavier.

* * *

Me And The Six PrinceWhere stories live. Discover now