RETNO ANDARA

21 7 12
                                    

Retno Andara, terlahir dari keluarga berada. Bukan pejabat, melainkan karena orang tuanya memiliki usaha bakery di kota Semarang. Retno sebagai anak tunggal mau tidak mau harus meneruskan usaha tersebut. Tidak sulit bagi Retno yang memiliki hobby masak melanjutkan bisnis kuliner keluarga. Retno makin bersinar dengan kepandaian dan cantik fisiknya. Keturunan darah Jerman dari sang mama tampak jelas di mata indahnya.

Retno membuka cabang kuenya di terminal besar kota Semarang. Sengaja dia ingin mengelola salah satu cabang, untuk mengukur kemampuannya. Sore itu, Retno sedang berjalan menuju tokonya, dengan bawaan lumayan banyak. Sebenarnya dia bisa naik mobil dan sampai di depan tokonya. Namun hari itu, semen di depan tokonya belum selesai di garap. Terpaksa Retno naik taksi lewat jalan memutar.

Mendekati jalan berlubang, Retno melihat seorang nenek limbung saat melewati jalan tidak rata itu.
"Nenek mau ke mana? Saya bantu, ya?"
Meskipun agak kepayahan karena barang bawaan, Retno memapah dengan telaten.

"Mbak saya bantu, ya?" Tiba-tiba ada pria muda, datang dan membantunya. Tanpa banyak bicara atau menunggu jawaban, gerakannya gesit mengambil alih sang nenek untuk dipapahnya.

"Nek, tunggu sampai dijemput keluarganya di sini, ya? Jangan ke mana-mana, nanti kesasar." Pria itu berbicara banyak hal. Tak lama datang seorang pria dengan penampilan eksekutif muda. Sepertinya itu cucunya.

Retno hendak pergi tetapi panggilan Bara menundanya.
"Mbak, barangnya masih ada di saya dua plastik," seru Bara.
"Oiya, makasih banyak ya, Mas?" Retno sangat berterima kasih.

Retno bergegas pergi ke tokonya. Di sana sudah menunggu beberapa orang. Semua detail persiapan lengkap dan lancar.

***

Pertemuan pertama berlanjut pada pertemuan berikutnya. Hingga satu saat baik Bara maupun Retno menyadari kalau mereka saling mencintai. Mengingat orang tua Retno sangat demokratis, Retno tidak mengkhawatirkan apa pun.

Namun dari sisi Bara, Ayah agak keberatan. Dia merasa tidak pantas berbesan dengan keluarga Retno yang berada. Meskipun warung kopi sudah berubah menjadi kios sendiri dan lebih nyaman, tidak bisa dibandingkan dengan usaha bakery.

"Mas, sampaikan ke Ayah, kalau orang tuaku tidak mempedulikan soal harta atau tahta. Mereka juga sudah mengenalmu. Tidak ada masalah. Tolong coba dibujuk lagi," bujuk Retno saat Bara ingin mundur dari hubungannya.

Bara berpikir lagi, dan meminta ayahnya untuk memberinya kesempatan sekali saja. Ayahnya harus bertemu keluarga Retno. Hanya itu cara meyakinkan Ayah, tentang bagaimana keluarganya.

Akhirnya mereka bertemu, dan cara itu berhasil. Waktu dan tempat sudah dibicarakan. Bara pikir semua akan mulus seperti jalan tol, tetapi mendadak Ayah ambruk, ternyata penyakit lama Ayah kambuh. Sekarang lebih parah, karena komplikasi antara kolesterol, hipertensi, dan usia senjanya.

Ayah merasa sudah lelah, dia ingin menyaksikan Bara menikah. Semua prosesi diajukan. Serba mendadak dan seadanya. Sederhana tetapi ritual yang khidmat dan penuh haru. Tepat setelah akad nikah selesai, dilanjutkan sungkem meminta doa restu, Ayah menghembuskan napas terakhirnya.

Bara ingat pesan Ibu ke Ayah sesaat sebelum meninggal, beliau tidak ingin ada kesedihan. Maka di hari Ayah meninggal, Bara sekuat tenaga menahan tangis dan kesedihan yang meronta dan bergejolak ingin keluar dari tempatnya.

Retno yang menangis tersedu melihat betapa kuatnya Bara. Tak sedetikpun dia meninggalkan suaminya hingga proses pemakaman selesai.
***
Waktu berjalan hingga semua berubah. Kios dijual, Retno melanjutkan usaha bakery keluarga bersama Bara. Mereka memadukan resep kue dan kopi andalan Bara. Dua hal spesial dari dua keluarga yang berhasil menarik antusias konsumen.

Dengan usaha keras, semua berkembang pesat. Retno hamil anak pertama, kabar itu menjadi kebahagiaan keluarga besar, dan karyawan.

Kebahagiaan yang tampak tiada duka itu, menumbuhkan iri seseorang. Igo, seseorang dari masa lalu Retno, menyimpan sakit hati saat Retno menolaknya di kampus dulu. Igo merasa Bara tidak lebih baik darinya.

Bertambah dendam juga, saat dia nekat melamar bersama kedua orang tuanya ditolak juga oleh Retno. Bara api di hatinya dibiarkan terus menyala, dan membara hingga dendam kesumat menguasai diri.

***

Bara meneruskan mimpinya saat dana sudah terkumpul. Dia ingin sekolah di bidang perfilman. Semua dia wujudkan dengan usaha keras, dan semangat tinggi. Sehingga tepat pada waktunya sekolah selesai, gelar sarjana juga disandangnya.

Usaha bakery lancar, putri sehat dan lucu, istri cantik dan mencintainya, lalu menyelesaikan pendidikan. Nikmat mana lagi yang akan kau dustakan? Bersyukur tanpa henti, hanya itu yang bisa dilakukan.

Nikmat dunia tidak selamanya akan mulus seperti jalan tol tanpa hambatan. Selalu ada tanjakan atau jalan berlubang. Harmonisnya keluarga, kepercayaan yang selma ini terjalin digoyahkan kabar perselingkuhan.

Putri mereka Dania menginjak usia tujuh tahun. Penghasilan bertambah dengan Bara membuat rumah produksi. Tangan dinginnya berhasil membuat film dan sinetron berkualitas. Selalu menghadirkan ide kreatif.

Lalu mulai datang teror. Dari telepon dan pesan tertulis. Awalnya Bara tidak menggubris teror itu. Terakhir datang amplop coklat ke kantor Bara.

Dengan tangan gemetar, Bara membuka amplop dan mengeluarkan isinya. Tidak percaya rasanya, seseorang yang dicintainya tega melakukan itu. Bara langsung membuang foto itu. Harga dirinya turun seketika. Retno Andara, yang telah memberinya Dania, yang selama ini mendampingi tanpa mengeluh, ternyata menyimpan ketidakpuasan. Sehingga dia mencari kepuasan dengan pria lain.

Pertengkaran hebat terjadi. Mbok Yamin segera membawa Dania ke kamarnya. Dua belah pihak tidak mau mengalah. Bara tetap tidak bisa merubah apa yang ada di hatinya. Retno bersalah dengan semua bukti yang entah dari mana sumbernya. Bukti itu datang bukan cuma sekali, namun ada beberapa foto yang tidak bisa Retno pungkiri.

Itulah hari terakhir Retno ada di rumah mereka. Retno memilih pergi daripada mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya. Sedangkan Bara tetap pada pendiriannya. Tidak ada sedikit pun niatnya menahan perempuan yang pernah menjadi separuh hidupnya.

***

Akhirnya terbuka masa lalu yang menyakitkan. Satu clue mulai tampak. Mungkinkah tersangka tokoh di bab ini?

Sebentar lagi menuju ending, makin deg deg ser ngetiknya.

Oke, selamat membaca dan saya tetap menunggu vote dan komentar kalian.
Makasih.

OUR MEMORIES ( TAMAT )Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon