41. Pertemuan Yang Diminta Ayah

En başından başla
                                    

Sarapan berjalan dengan baik, obrolan-obrolan ringan, dan celotehan anak-anak. Sesekali Darren dan Andra juga membahas tentang bisnis. Hanya Daisy yang tidak banyak bicara dan sibuk melayani mau anak-anak dan sesekali menyuapkan makanan ke mulutnya.

Melihat bagaimana Daisy sibuk mengurusi anak-anak terlebih dahulu dibanding dirinya sendiri, memang bukan pemandangan yang pertama Darren lihat. Tapi, baru kali ini dia merasa sangat kecil. Dia merasa sangat tidak berguna untuk anak-anaknya. Jika seorang pria merasa bangga karena dia mencari uang untuk keluarganya, dan mengabaikan anak-anaknya, dia sama sekali tidak berhak merasa bangga, karena tugas menjadi seorang ibu lebih sulit dari itu.

Seorang ibu akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anaknya, itu juga yang menjadi pegangan Darren saat ini. Darren yakin Daisy tidak akan keras hati mengenai tawaran kebersamaan darinya jika menyangkut tentang anak-anak. Darren yakin Daisy akan menerimanya kembali jika itu demi anak-anak. Biarlah dia bertindak licik dengan menggunakan anak-anak untuk membuat mereka kembali bersama. Dengan cara apaun Darren akan membuat Daisy kembali padanya dan membuat keluarga sempurna untuk kedua anak mereka.

"Hari ini, kita ajak anak-anak ke rumah bunda." ucap Darren tiba-tiba setelah tinggal hanya mereka berdua dan anak-anak saja di meja itu.

"Tidak bisakah kau hanya bermain dengan anak-anak di rumah saja?" tanya Daisy. Dia merasa tidak nyaman merepotkan Sashmita dengan anak-anaknya. Meskipun Sashmita pasti sangat senang menyambut kehadiran kedua cucunya, tapi tetap saja. Ini akhir pekan, bukan hanya ada Sashmita di rumah keluarga Mawarman tapi pasti ada anggota keluarga lain. Meskipun anak-anak sudah bertemu dengan anggota keluarga Mawarman yang lain kecuali Rajendra Mawarman, tapi Daisy sungkan membiarkan anak-anak berinteraksi dengan mereka. Terutama dengan Revan, setelah perbincangan terakhir mereka beberapa hari lalu.

"Ayah ingin bertemu denganmu dan anak-anak." ucap Darren.

Daisy mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan Darren, Rajendra Mawarman tidak pernah menjadi bahan pembicaraan diantara mereka. Bahkan saat Daisy masih tinggal di rumah keluarga Mawarman, pertemuan dengan kepala keluarga Mawarman dapat di hitung jari. Rajendra memang tidak menolak kehadiran Daisy secara terang-terang tapi, pria itu bersikap tidak peduli dan tidak mau tahu. Seingat Daisy, mereka belum pernah bicara satu sama lain.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi pada ayah, selama ini dia terlihat tidak peduli sama sekali, tiba-tiba saja saat makan malam tadi malam dia ingin bertemu denganmu dan anak-anak." Ucap Darren menjelaskan, jangankan Daisy, dia juga heran kenapa tiba-tiba ayahnya ingin bertemu dengan Daisy dan anak-anak.

"Bunda setuju?" tanya Daisy menginat sejak awal sepertinya Sashmita juga tidak terlalu berniat memperkenalkannya dan anak-anak pada Rajendra Mawarman.

"Bunda bilang, dia tidak memaksa jika kamu tidak menginginkan pertemuan itu." Jawab Darren.

"Tapi, aku pikir tidak ada salahnya membawa anak-anak bertemu kakeknya." Ucap Darren.

"Karena hari ini jadwalmu bertemu dengan anak-anak, kamu bisa lakukan sesukamu. Kamu bisa membawa mereka ke rumah orangtuamu." ucap Daisy setelah beberapa menit dia berpikir. Darren benar, walau bagaimanapun Rajendra adalah kakek dari anak-anak. Rasanya tidak bijaksana jika melarang kakek dan cucunya bertemu.

"Ini bukan hanya tentang anak-anak, tapi juga tentangmu, ayah juga ingin bertemu denganmu." ucapa Darren.

"Aku bukan lagi bagian dari keluargamu, urusan kita sudah selesai..."

"Kamu masih bagian dari keluargaku, kamu masih istriku ingat?" tanya Darren menekankan kata 'istri' saat bicara.

"Tapi..."

"Jika kamu tidak mau, tidak masalah kita tidak usah bertemu dengan ayahku." Ucap Darren beralih menatap anak-anak.

"Hari ini kalian mau jalan-jalan kemana?" tanya Darren pada anak-anak.

"Darren..." desis Daisy sedikit kesal, karena Darren mengakhiri pembicaraan diantara mereka begitu saja. Sejujurnya, Daisy tidak mau Darren mengambil keputusan hanya karena dirinya. Sejak kapan keputusannya berpengaruh pada keputusan pria itu. Nampaknya desisan Daisy bukan hanya di dengar oleh si pemilik nama tapi juga oleh anak-anak yang sekarang fokus menatapnya.

"Darren siapa ma?" tanya Rescha yang terdengar lucu mengucapkan nama 'Darren' karena Rescha belum benar-benar fasih menyebut 'r'.

"Nama papa nak." jawab Darren yang membuat kedua bocah itu mengangguk seolah mengerti.

"Jadi, kalau ada yang tanya Echa sama Atta anak siapa, jawab anaknya papa Darren yah." ucap Darren lagi yang langsung di protes oleh Rescha karena Rescha anaknya mama. Akhirnya pembahasan ke rumah orangtua Darren harus di panding dulu oleh obrolan membujuk Rescha agar mau menjadi anak mama dan papa Darren juga bukan hanya anak mama saja.

Sementara anak-anak dengan pembicaraan tak pentingnya bersama sang ayah, Daisy membereskan sisa makanan mereka dan membantu pegawaianya melayani pelanggan. Andra dan Abhi juga ikut membantu, pelanggan di akhir pekan memang terkadang lebih ramai.

"Kita akan bermain di rumahku saja." ucap Darren menuntun kedua anaknya di tangan kanan dan kirinya.

"Bukannya kamu akan membawa mereka ke rumah orangtuamu." ucap Daisy.

"Kamukan tidak mau, jadi kita tidak jadi pergi." ucap Darren membuat Daisy menghela napas.

"Baiklah, ayo kita berkunjung ke rumah orangtuamu." ucap Daisy pada akhirnya. Setelah berpikir, Daisy pikir bersikap keras kepala terasa kurang tepat jika menghadapi orangtua. Anak-anak berhak bertemu dengan kakek dan nenek mereka, terlepas dari kisah tidak menyenangkan antara dirinya dan orang-orang itu. Niatnya untuk berdamai dengan masa lalu, membuat dia harus mengambil langkah ini agar dia benar-benar bisa berdamai. Mungkin jika dia sudah benar-benar berdamai dengan seluruh masa lalunya, dia juga bisa membawa anak-anak bertemu Adric. Pria yang terikat ikatan darah dengannya itu juga, berhak untuk tahu tentang cucu-cucunya.

"Kalau begitu, tunggu apalagi, ayo kita berangkat." ucap Darren bersemangat.

"Kita pulang dulu ke rumah Andra sebelum berangkat, anak-anak belum mandi." ucap Daisy.

"Kita pulang ke rumahku saja, rumahku sejalan dengan rumah bunda." tawar Darren.

"Anak-anak harus mandi dan berganti pakaian, kau tidak lihat mereka hanya mengenakan piama di lapisi jaket?" tanya Daisy tidak habis pikir dengan tawaran Darren.

"Baju anak-anak dan perlengkapan mereka ada di rumahku." ucap Darren.

"Terap tidak bisa, kalau kamu tidak bisa mengantar, tidak apa-apa, aku akan pulang bersama Andra dan kamu bisa menjemput kami di rumah Andra." ucap Daisy.

"Kenapa tidak bisa?" tanya Darren. Entahlah, kapan mereka akan sepakat satu hal dengan mudah.

"Aku memiliki semuanya di rumah...pakaian dan perlengkapan kedua anak kita aku sudah menyiapkannya...pakaianmu dan perlengkapanmupun, aku sudah menyiapkan semuanya. Tidak bisakah pulang ke rumah kita saja?"

Daisy, Undeniable DestinyHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin