Asa hanya merasa takut diserang.

Bayangkan saja, jika kalian berada di posisi Asa. Kebanyakan dari kalian pasti juga akan melakukan hal yang sama. Karena sifat manusia memang seperti itu, terkadang mereka terpaksa egois untuk menyelamatkan diri sendiri.

"Asa!" Clara mengejar Asa hingga mereka berhenti di selasar samping.

"Jangan sentuh aku, Ra!" Asa menepis tangan Clara. Tidak kasar memang, tetapi sangat jelas jika Asa tidak mau berurusan dengan Clara lagi.

"Asa! Kamu juga punya sweater nothing itu, kan?" desak Clara masih terisak.

"Jadi maksud kamu, yang ada di video pekob itu aku?!" sentak Asa sangat kasar.

"Bukan gitu, Sa! Aku cuma pengen mereka tau kalo yang ada di video itu bukan aku, yang punya sweater nothing ungu nggak cuma aku. Kamu juga punya, Sa. Itu kan sweater couple pertama kita--"

"Nggak usah ngada-ngada kamu! Aku nggak pernah make tuh sweater! Berhenti nuduh aku tanpa bukti, Ra!"

"Aku enggak nuduh kamu, Sa. Aku cuma pengen mereka berhenti gangguin aku--"

"Kalo gitu, kenapa kamu nggak pergi aja?!"

Drrttt!

Ponsel Asa bergetar singkat, membuat Asa tersentak dari lamunannya. Gadis itu segera membuka ponselnya di tengah-tengah aktivitas Bu Inul yang sedang mengajar materi konseling.

Rey Atharrazka

Gue bilang berhenti ikut olimpiade! Kasih surat pengunduran diri lo ke Pak Selamat sekarang!
07.31 am

Iya, Rey.
11.32 am

"Asa!" tegur Bu Inul. "Ada yang menarik di ponsel kamu?"

"Eng-enggak, Bu--"

"Lagi cari job kalik, Bu. Jadi perek, atau pembunuh bayaran. Huuuu," Sorakan beberapa anak mulai bersahut-sahutan.

"Diam kalian semua!" Bu Inul memukul papan putih menggunakan penghapus papan. "Jangan brisik!"

"Asa, simpan ponsel kamu sampai jam istirahat nanti. Jangan main di dalam kelas, atau nanti saya sita."

DASA (END)Where stories live. Discover now