10: Dia Begitu Sempurna

Start from the beginning
                                    

Senekat ini Dhuha untuk melamarnya? Apakah Dhuha tidak salah melakukan ini semua?

"Sebentar lagi kamu sudah boleh meninggalkan kantor, tidak usah izin lagi biar saya yang mengatasi. Langsunglah ke rumah sakit sebab ibumu sudah ada di sana. Assalamualaikum." Setelah mengatakan itu dengan singkat, padat, dan jelas, Dhuha langsung meninggalkan Auliya sendirian yang masih mematung. Auliya bingung dengan keadaan.

Beberapa detik kemudian Auliya langsung tersenyum seraya memegangi dadanya yang seperti sedang ada konser di dalam sana.

Dag dig dug. Itu terasa seperti 3 kali lebih cepat dari biasanya. Perasaan Auliya menghangat. Benarkah Dhuha sungguh memperjuangkannya seperti ini? Bagi Auliya ini sangat spesial, bagaimana tidak, seorang Dhuha yang bagi Auliya mampu untuk mendapatkan perempuan yang lebih baik darinya kini dengan bersungguh-sungguh bahkan rela meluangkan waktunya yang begitu berharga hanya untuk meminta restu dari ayahnya Auliya.

Ini sungguh spesial sekali. Auliya tidak akan pernah melupakan momen ini. Sederhana, namun bermakna.

✨✨

"Apa kamu serius dengan putri saya, Nak Dhuha?" tanya lelaki paruh baya itu. Tubuhnya terlihat lebih kurus, matanya terlihat lebih sayu, bahkan tubuhnya pun bergetar dan suara pun sudah tak jelas lagi. Begitulah kondisi ayahnya Auliya saat ini.

Auliya menangis jika dia melihat kondisi ayahnya yang semakin hari semakin terlihat menurun, Auliya berdoa semoga Allah mengasihaninya untuk terus memberikan kesempatan Auliya untuk berbakti.

"Demi Allah saya katakan, Pak. Saya benar-benar serius dengan Auliya. Saya tidak akan tega untuk menyakitinya karena saya memang mencintainya, Pak. Saya jaga kesucian cinta ini agar kelak Allah tidak akan murka terhadap saya dan rasa cinta saya kepada putri Bapak." Dhuha meyakinkan dengan apa yang memang selama ini dia lakukan. Menjaga kesucian cintanya hingga dia pun tak berani untuk mendekati Auliya yang notabene adalah karyawannya. Andai Dhuha tipe lelaki yang suka tebar pesona, mungkin Auliya sudah Dhuha pepet terus-menerus. Nyatanya, Dhuha tetap bersikap profesional jika berada di kantor, pun saat dia benar-benar serius dengan Auliya dia langsung nyatakan itu di depan orang tua Auliya. Meminta restu dan melamar Auliya, bukan menyatakan cinta untuk mengajak pacaran yang sama sekali belum memiliki ikatan apa-apa. Bahkan, berani mengatasnamakan cinta padahal jalannya saja sudah salah. Untungnya, Dhuha tahu hukum semua itu dan Dhuha tidak ingin memupuk dosanya dengan cara yang salah. Sudah tahu berdosa, seharusnya dihindari dan dijauhi, bukannya saat sudah tahu berdosa mala pura-pura tidak tahu dan menganggap semaunya biasa saja. Sayangnya, setan tak pernah memberi toleransi jika ingin menggoda.

Setan akan menjerumuskan manusia sejauh-jauhnya. Tidak ada kata kasihan apalagi memikirkan manusia. Setan mah, jika berhasil maka dia akan senang bukan main. Jika kita tak mau dijerumuskan setan, jangan mau mengikuti kata setan. Perkataan setan 100% semuanya sesat.

Ya, namanya juga setan.

"Apa kamu berani bersumpah untuk tidak akan pernah menyakitinya dan untuk selalu mencintai dan membimbingnya. Menjadi tempatnya berteduh, menjadi rumah untuk Auliya di saat dia membutuhkan dekap dari seorang ayah. Apakah kamu siap untuk menuntun Auliya agar selalu berada pada jalan ketaatan dan jalan yang diridai Allah. Apakah kamu siap untuk semua itu, Nak?" tanya lelaki paruh baya itu dengan bergetar. Lelaki paruh baya itu kembali teringat perkataan dokter pagi tadi kalau dirinya sudah benar-benar berada pada titik akhir. Di mana semua pengobatan yang dilakukan tak akan bisa membuatnya sembuh total, hanya saja mampu mengurangi sedikit rasa sakitnya dan semua rasa sakit itu tetap ada tinggal kitanya kembalikan pada takdir Allah.

"Insya Allah, saya akan menjaga Auliya semampu saya. Semaksimal mungkin saya akan membimbingnya, semaksimal mungkin saya akan menjadi rumah tempatnya pulang, kehangatan tempatnya saat membutuhkan sandaran, dan sosok yang akan membahagiakan Auliya, semaksimal mungkin. Insya Allah saya akan belajar untuk melakukannya."

Hati Auliya kembali menghangat. Lagi-lagi rasa cintanya pada Dhuha seakan memberi energi positif padanya. Dhuha, lelaki yang Auliya cintai sudah sejak beberapa tahun yang lalu.

"Baiklah, silakan berjanji di atas Al-Qur'an kalau kamu sungguh tidak akan menyakiti Auliya dan tidak akan meninggalkannya dalam kesedihan. Berjanjilah kamu akan selalu membimbingnya dan mengasihinya," pinta sang ayah. Auliya menangis semakin jadi melihat Dhuha yang menyanggupi permintaan ayahnya.

"Pak Dhuha, ini bukan hal yang mudah. Apakah Bapak yakin untuk bersumpah, Pak. Sumpah ini bukan sekedar sumpah biasa. Allah sebagai saksinya," ucap Auliya berhati-hati. Dia takut jika Dhuha tak mampu untuk menyanggupinya. Auliya takut, jika semua itu akan Dhuha langgar dikemudian hari.

Dhuha tersenyum seraya mengangguk, "Insyaa Allah, Auliya. Niat saya baik untuk menyempurnakan separuh agama saya dan mencintaimu karena Allah. Saya berani bersumpah atas nama Allah bahwa saya akan bertanggung jawab semaksimal mungkin atas diri seorang perempuan bernama Syahidah Auliya' Arrafi binti Muhammad Firman. Saya benar-benar bersungguh-sungguh atas apa yang saya ucapkan." Dhuha berkata demikian dengan sangat mantap.

Firman--ayahnya Auliya menangis tersedu-sedu mendengar kesungguhan dari Dhuha. Dengan pelan dia mengucapkan kalau dia merestui Dhuha untuk menikahi Auliya. Mungkin, Dhuha adalah lelaki dari doa yang selalu seorang ayah panjatkan untuk putrinya. Berdoa, semoga kelak ada seorang lelaki yang benar-benar serius akan menikahi putrinya dan bertanggung jawab atas apa pun yang ada dari putrinya.

"Atas nama Allah, saya merestui kamu menikahi putri saya jika memang kamu siap bertanggung jawab untuk selalu membimbingnya dan jangan pernah sakiti dia. Dia adalah perempuan berharga, permata hati ayahnya. Tolong, jangan sakiti dia."

Auliya langsung berhambur memeluk lelaki yang terbaring di atas bangsal rumah sakit itu. "Ayah, Auliya sayang Ayah. Auliya sungguh menyayangi Ayah." Dengan lembut Auliya mencium punggung tangan ayahnya dengan khidmat. Dalam hati Auliya berkata bahwa dia sangat bersyukur Allah jadikan seorang lelaki bagai malaikat ini sebagai sosok ayahnya. Sebagai perantara pelindungnya selama ini. Betapa pun Auliya berusaha untuk menjadi sosok yang mandiri, sejatinya seorang anak perempuan tetaplah sangat membutuhkan pelukan hangat dari seorang ayah.

Cinta kasih dari sosok lelaki cinta pertamanya adalah sosok yang selalu dibutuhkan oleh semua anak perempuan. Sosok ayah yang bijaksana.

✨✨

-Utamakan Salat dan Membaca Al-Qur'an dalam Segala Hal-

✨✨

Assalamualaikum Sahabat Spiritual Indahnursf. Alhamdulillah akhirnya Nday bisa update Dhuha lagi. Terima kasih banyak yang sudah mendukung cerita Dhuha sejauh ini dan yang sudah menyempatkan waktunya untuk menjadi saksi dari Dhuha dan Auliya.

Oh iya, jangan lupa mampir ke akun Dreame Nday, ya. Karena ada 4 cerita yang Nday tulis juga di sana. Insya Allah enggak kalah bagusnya dari cerita lainnya.

Jangan lupa juga tinggalkan jejak dengan cara votes, dan berikan komentar terbaiknya, ya.

Komentar sebanyak-banyaknya ya jika ingin cerita ini segera update lagi.

Follow IG: Indahnsf_
Penerbit: cahaya_publisher
Toko buku: Cahaya__bookstore

Salam sayang,
Indahnursf ✨

DhuhaWhere stories live. Discover now