Dava

4 1 0
                                    

Sesampainya dirumah aku langsung membersihkan diri lalu pergi makan karena cacing diperutku sudah bernyanyi untuk diberi makan.

"La kamu semalem maen game lagi yah"ucap Ibu.

"Hehe iya bu, soalnya temen Lala itu dia baru pulang pesantren nah kan dah lama tuh gak ngegame jadinya semaleman push Rank bareng"ucapku dengan santai.

"Siapa emang?"tanya Ibu sebel sih kalau Ibu dan kepo kayak gini tuh.

"Dava bu"

"Dava mana?"tanya Ibu.

"Ah Ibu gabakal kenal, udah yah Lala mau kekamar"pamitku.

Dengan santai aku membuka pintu kamar dan langsung membuka ponsel ternyata disana ada Notifikasi dari Dava memberitahu kalau malam ini mereka akan bermain game bersama lagi. Karena besok hari libur jadi kami bisa sepuasnya begadang.

Dava itu orangnya menyenangkan meskipun sedikit pendiam, bersahabat denganya itu kesempatan amat berharga karena jika dulu aku berekspetasi ingin menjadi pacarnya tapi yah mungkin seseorang yang selalu dia ceritakan bukan diriku jadi ku kubur dalam-dalam perasaan itu hingga kini kami sudah seperti sahabat. Karena aku berprinsip jika kita bersabahat dengan lawan jenis aku tidak ingin jika diantara kami memiliki perasaan yang lebih dari seorang sahabat yah begitulah prinsipku.

Lagipula kini dihatiku sudah tidak ada lagi untuk dirinya. Sekarang sudah terisi dengan orang lain yang bernama Key. Ah entahlah lelaki menyebalkan itu bisa-bisanya mengambil hatiku yang sejak lama mengagumi Dava.

Aku dan Dava sudah sejak awal masuk sekolah menengah pertama. Memang sejak awal aku yang mendekatinya itu juga terpaksa karena kami tim kelompok untuk satu bulan diberi waktu oleh guru IPS untuk membuat beberapa peta yang ada didunia dirinya memang ahli dibidang seni menggambar melenceng sekali denganku yang menyukai seni musik. Ketika satu kelompok awalnya kami canggung karena diriku yang memiliki tingkat gengsi yang full dan dirinya yang cueknya minta ampun.

Bayangkan saja jika kalian ada tipe orang yang banyak bicara dan disatukan dengan orang terlebih lelaki yang cuek. Sangat tidak menyenangkan bukan? Ah tapi itulah yang membuatku menyukainya dia selalu membuat rasa penasaran ini tumbuh setiap harinya. Makanya setiap kali dirinya mengajak untuk mengerjakan tugas itu aku selalu bersemangat. Tidak mudah untuk bisa akrab dengannya butuh waktu satu bulan barulah aku bisa mendengar suaranya, melihat senyum manisnya meskipun sangat tipis terlebih matanya yang sipit, giginya yang gingsul sama sepertiku ahhh itu bonus yang sangat banyak dan aku sangat beruntung bisa dekat dengannya meskipun rasaku tak berbalas.

Namun, setelah tugas yang diperintahkan guru IPS telah selesai dikerjakan kami kembali seperti dulu dirinya kembali menjadi Dava yang cuek jarang senyum ah entahlah dia kembali asing. Tapi setidaknya dia melakukan itu ke semua orang. Jadi aku tak memperdulikannya.

Singkat cerita aku sudah naik kelas sembilan akhirnya dari kelas tujuh aku selalu dipertemukan dengannya selama tiga tahun ini. Meskipun jarang sekali kami berbincang. Namun, karena aku menyukai game dan pada angkatanku ini sedang ramai-ramainya game online aku menyukai game itu meskipun awalnya kesulitan tapi tidak terlalu buruk. Hingga akhirnya dia melihat aku sedang memainkan game itu ketika jam istirahat, dengan spontan dia mengambil ponselku dengan memainkannya sembari berkata "Mainnya harus gini biar musuhnya gak mudah buat bunuh kamu" itulah yang terpental keluar dari mulut tipisnya disitu aku terdiam teman-temanku yang disampingku pun itu melotot tak percaya.

"Nanti malem aku kasih ID ku dan kita bisa main bareng, tenang aku jagain"ucapnya sembari memberikan ponselku ia memenangkan pertarungan di ponselku tak lupa ia memberikan senyuman itu kembali untuk kedua kalinya. Ah sungguh momen yang selaluku tunggu. Disini teman-temanku ikut berseru tak percaya mereka pun sama sepertiku mengidolakan Dava ah tapi tak apa yang penting aku dan dia bisa main bareng malam ini. "Lo beruntung banget si La ah coba gue bisa main game yah udah deket mungkin sama Dava"gerutu kim aku hanya terkekeh saja.

Setelah mendengar bel untuk pulang. Tanpa memikirkan hal lain aku langsung melesat ke gerbang sekolah karena tidak mau ketinggalan angkot seperti kemaren. Menunggu lama disekolah ah itu sangat menyebalkan. Namun saat aku hendak melangkah menuju pintu gerbang ada seseorang yang memegang tanganku.

"Pulang bareng aja"ucap Dava. Oh tuhan ini mimpi apa nggak, jika mimpi aku tak ingin terbangun disini aku masih mematung menatap Dava di depanku yang berdiri tegap nun gagah. "Ehmm"dia mendehem menyadarkanku.

"Serius"ucapku memastikan dan dirinya memberikan anggukan pasti. Kemudian aku membuntutinya menuju motor. Kami berdua melesat dari sekolah. Tapi Dava tidak langsung mengantarkanku pulang. Namun, ngajak duduk sebentar di depan danau disini suasananya hening dan damai. Aku sangat menyukai tempat ini. "Sejak kapan kamu suka ngegame?"ucap Dava memecahkan keheningan diantara kami. "Oh sejak dulu namun game baru ini menyenangkan meski aku sedikit kaku"kekehku entahlah percakapan ini membuatku salah tingkah.

Dia kemudian tersenyum melihat tingkahku, memalukan sekali tapi aku senang bisa melihat dirinya senyum kembali dan memperlihatkan gigi gingsulnya itu. "Kenapa gak ngomong ajakan bisa ngegame bareng kita"ucap Dava. Uhh yakali mana berani aku mendekatinya jika melihat ketika dirinya di dekati oleh Kim saja selalu memasang tatapan tajamnya.

"Aku tahu apa yang sedang kau pikirkan. Bahwa aku terbilang cuek dan apalah, tapi sesungguhnya aku juga jenuh dengan suasana seperti itu. Tapi ya gimana ini sifatku jika tidak menyukai orang itu ya aku akan menjauhinya"ucap Dava. Oh Tuhan kenapa dia bisa menebak pikiranku apa dia juga bisa mendengar isi hatiku seperti di film-film? Semoga saja tidak kalau dia tahu aku menyukainya dan di tidak menyukaiku maka dia akan menjauhiku. "Ah sudahlah jangan dibahas, kemarikan ponselmu"ucap Dava dengan spontan aku memberikan ponsel yang sedari tadi ku genggam.

"Ini aku telah memasukan nomorku jika ada apa-apa hubungiku saja kita teman"ucapnya sembari mengulurkan tangannya menungguku meraih tangannya itu, kemudian aku mengiyakan meskipun dengan berat hati.

Saat itulah aku dekat dengannya senang bahkan sangat, meskipun harus mengorbankan perasaanku demi persahabatan tapi tak apa aku akan selalu setia pada prinsipku. Dan aku sangat bangga dia bisa mempercayaiku untuk menjadi tempat berbagi bercertita meskipun aku selalu dihantui rasa penasaran bahwa siapa perempuan yang selalu dia ceritakan. Beruntung sekali perempuan itu sempat aku menanyakannya tapi Dava selalu bilang "nanti juga kau akan tahu" itulah kalimat yang dia berikan untuk meyakinkanku. Ah padahal aku sangat ingin mengetahui siapa wanita itu.

Complicated storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang