2.

219K 9K 734
                                    

Anna menatap Adrian yang lebih tinggi sedikit darinya. Pipinya menggembung dengan dahi berkerut samar. Mereka berdua sedang berada di atas rooftop sekolah.

Sebelah alis laki-laki di depannya itu naik dan menatap Anna jahil. Tangannya ia silangkan di depan dada.

"Ann—"

"Kemaren udah makan satu kardus yupi ya, Anna. Hari ini ga-bo-leh." katanya dengan penekanan di kata terakhir.

"Tap—"

"Nurut atau ga boleh main ke rumah?" ancam Adrian.

Anna menonjok pelan perut Adrian. "Itukan rumah Papa bukan rumah Adrian! Adrian ga punya hak buat larang Anna main ke rumah." desis gadis itu kesal membuatnya semakin imut di mata Adrian.

Tangan kanan Adrian terulur lalu mencubit gemas pipi bulat Anna. "Batu banget sih kalo dibilanginn, hmm." katanya gemas.

"Anna pengen yupi sapi, Adriaaan." rengeknya. "Kemaren itukan Anna ngabisin yang burger, belom makan yang sapi."

"Kamu mau makan sapi? Emang bisa?" tanya Adrian sambil berlalu dari hadapan Anna dan berdiri di depan pagar pembatas, menatap ke arah lapangan di bawah yang terdapat beberapa laki-laki bermain futsal, termasuk Kelvin.

Anna mendengus kesal lalu menghentakkan kakinya. Ia menghampiri Adrian kemudian berdiri di depannya membuat mereka nyaris tidak berjarak.

"Yupi sapi Adriaan. Yu-pi sa-pi. Bukan sapiii! Ih!"

Kedua tangan Adrian bertumpu pada pagar pembatas di belakang Anna. "Nurut kenapa sih? Kalo ga nurut nanti aku gamau lagi ya jadi sahabat kamu satu-satunya."

Raut kesal Anna berubah sedih. "Yaaah, kok gitu sih." ibu jari dan jari telunjuknya menarik ujung seragam Adrian yang keluar dari celananya.

Adrian memiringkan kepalanya lalu menggigit pipi Anna pelan. "Daripada makan yupi, kamu makan aja nih pipi kamu sendiri. Kenyel-kenyel juga kok." balasnya lalu mundur dua langkah.

Anna maju dengan cepat menghampiri Adrian dan tanpa diduga menggigit pipi Adrian lumayan kencang. Hanya beberapa detik lalu kembali dilepaskan.

"Ah, awh! Anna! Nakal banget sih!" Adrian meringis sambil mengusap pipinya. Ia bisa memastikan kalau di pipinya terdapat cetakan gigi Anna.

Tubuh Anna meluruh ke lantai rooftop. Rok pendeknya tersingkap hingga menampakan paha mulusnya yang hanya terbalut hotpants.

"HUAAAA MAUU YUPIII!" jeritnya kesal.

Sontak saja teriakan Anna yang maha dahsyat itu membuat murid-murid yang ada di balkon lantai empat dan tiga menoleh ke atas. Mereka bisa melihat Anna yang merengek-rengek seperti anak kecil.

Adrian berjongkok di depan Anna lalu menarik turun roknya. Ia menatap Anna dalam membuat gadis itu terdiam dengan mata berkaca-kaca.

Anna kalau sudah menyangkut yupi akan berubah menjadi begitu menyebalkan. Seperti sekarang contohnya. Anehnya, gadis itu selalu merengek padanya, jarang sekali meminta yupi pada Naomi atau David.

"Satu aja oke."

Kepala Anna tertunduk, perlahan bergerak naik-turun.

"Peluk dulu sini."

Adrian merentangkan tangannya yang langsung disambut pelukan dari Anna. Wajah gadis itu bersembunyi di leher Adrian.

"Maaf ya Adrian, Anna nakal udah gigit Adrian tadi." gumamnya.

"Iya, gapapa."

Alya, teman sebangku Anna, menoleh ketika seseorang disebelahnya begitu semangat mengerjakan soal matematika yang diberikan oleh guru.

Anna and AdrianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang