3. REALIZED IT

690 73 6
                                    

Malam itu kami habiskan untuk mengobrol selama berjam jam. Tentang sekolah, travelling selanjutnya, kencan ganda, dan lainnya. tanpa sadar sudah jam delapan. mereka segera pulang dan aku diantar Wade dan Ned ketower.

************************************
Peter pov

Sejujurnya, aku sedikit takut. Aku memang terbiasa pulang malam, tapi malam ini lebih lama dari biasanya.

Akhirnya, aku tiba ditower.

"Terimakasih wade, Ned." Ucapku berterima kasih kepada keduanya.

"Sama-sama Peter. Sampai jumpa besok. Jangan terlambat!" Jawab Wade. Sedangkan Ned melambaikan tangan kearahku.

Mereka mulai menghilang dan akupun masuk ketower.

Tony pov

Sejujurnya, aku sangat khawatir. Peter belum pulang hingga jam segini. Biasanya, ia hanya pergi hingga jam 21.00. Tapi kini sudah jam 00.30. Aku pun menunggu di ruang tamu. Hingga akhirnya Peter muncul dari pintu depan.

"Dari mana saja peter?"

"Seperti biasa."

"Tidak biasanya pulang semalam ini?"

"Peduli apa kamu?"

Aku kaget sekali mendengarnya. Sejak kapan ia jadi kasar seperti ini.

"Jangan bicara seperti itu kepadaku, Peter!" Ucapku tegas. Ia hanya mengangkat bahu lalu pergi melewatiku.

"Kau dihukum seminggu tanpa Spiderman!" Ancamku tegas.

"Oke."

"Jangan berbicara dengan nada seperti itu kepadaku, Peter!"

"Jangan berbicara kepadaku seolah kau peduli denganku!"

"Aku ayahmu!"

"Tak sepenuhnya."

"Tak ada spiderman selama sebulan!"

"Oke."

Dengan begitu, ia masuk kekamarnya dengan membanting pintu kamarnya.

Aku hanya terdiam.

'Apa aku tak salah dengar? Dia bilang aku berpura pura peduli dan bukan sepenuhnya ayahnya.' Gumamku dalam hati. Kurasa aku butuh Pepper saat ini.

Pepper pov

Aku sedang menonton TV ketika Tony mulai memasuki kamar dengan wajah sedih.

"Ada apa, honey?" Tanyaku ketika ia tiba-tiba memelukku.

"Peter." Jawab Tony dengan tatapan kosong.

"Ada apa dengan Peter?"

"Kurasa ia marah padaku."

"Untuk?"

"Entahlah. Ia pulang tengah malam lalu berkata aku berpura pura peduli dan bahwa aku tidak sepenuhnya ayahnya." Jawab Tony sedih.

"Ooh sayang. Kurasa ia hanya sedikit kelelahan. Jangan dipikirkan." Ucapku sembari memeluk Tony.

"Menurutmu mengapa ia berkata begitu padaku?" Tanya Tony.

"Kurasa... ia sedikit cemburu dengan Morgan? Seingatmu, kapan terakhir kali kalian menghabiskan waktu bersama? Seperti bekerja dilab, atau makan bersama mungkin?" Tanyaku.

"Oh tuhan, kurasa sudah bertahun tahun yang lalu. Bahkan kita tidak memberi hadiah natal tahun lalu. Aku merasa sangat bersalah." Jawab Tony mulai menangis.

"Hey, jangan menangis. Aku juga merasa bersalah pada Peter. Mungkin kita terlalu fokus pada Morgan sehingga kita mulai melupakan Peter. Bagaimana jika besok kau ajak dia bermain dilab atau mungkin sedikit berjalan jalan berdua? Itu ide bagus." Saranku.

"Baiklah. Akan kucoba besok." Jawab Tony tersenyum. Lalu memelukku sekali lagi sebelum berjalan keluar.

Tony pov

Aku berjalan kearah Lab. Lalu menyeduh kopi dan duduk. Malam itu aku menyadari betapa jauhnya aku dengan Peter sekarang. Aku memang terlalu fokus pada Morgan hingga lupa pada Peter.

Aku sudah lupa kapan terakhir kali kuajak dia berjalan jalan berdua ataupun menghabiskan waktu berdua. Bahkan aku tak memberikan kado natal tahun lalu.

Aku terus melamun hingga tertidur.

************************************

Tony pov

Keesokan paginya. Aku terbangun jam 6.00. Segera aku mandi dan sarapan.

Dimeja makan, hanya ada Avengers dimeja. Pepper sedang memandikan Morgan.

Aku mencoba mencari momen yang tepat untuk berbicara dengan Peter.
Hingga akhirnya kulihat Peter keluar dari kamarnya. Ia memakai earphone dan terlihat mencoba mengalihkan pandangan dariku.

Akhirnya kuberanikan diri menyapanya terlebih dahulu.

"Peter,"

Ia tak menoleh. Lalu kucoba memanggilnya lebih keras.

"Peter,"

Ia mulai menoleh. Tatapannya kosong dan terlihat kesal.

"Ayo sarapan."

Ia terlihat tidak yakin tetapi mengangguk. Ia berjalan kearah kursi diseberangku. Ia duduk dan mengambil roti. Aku mencoba memulai pembicaraan.

"Peter. umm, aku...." "its okay," ia segera memotong perkataanku.

"Bagaimana kalau kita bekerja dilab setelah kau pulang sekolah?"

"Tak bisa,"

"Kenapa?"

"Aku ada janji."

"Dengan?"

"Seseorang."

"Siapa..."

Sebelum kuselesaikan pertanyaanku, ia sudah berdiri dan keluar tower.

"Apa yang terjadi?" Tanya Steve.

"Kurasa dia marah denganku tentang tadi malam." Jawabku sedih.

"Itu tidak sepenuhnya salahmu. Ia remaja. Semua remaja bermasalah." Ucap Bruce menghibur.

"Kurasa aku telah melupakannya semenjak Morgan lahir. Dan sekarang ia marah kepadaku." Ucapku sedih.

"Ia hanya sedikit iri. Cobalah cari waktu yang tepat untuk berbicara hati kehati." Saran Natasha.

"Akan kucoba." Jawabku seadanya. Dan semuanya pun melakukan aktivitas masing-masing.

************************************

Makasih buat yg udh baca.
Jgn lupa vote yaa❤




JEALOUS:(((Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin