⚠ My fu*king teacher [MinJoong]

Start from the beginning
                                    

"Ck, ini di sekolah bodoh-

-kalau dirumah akan aku panggil daddy."

Mingi menyeringai ketika mendengar ucapan murid manisnya itu. Dengan santainya ia duduk diatas meja -membuat hongjoong mendengus sebal karena ia tidak dapat menyandarkan kembali kepalanya.

"Minggir, pak. Anda mengganggu." Begitu ucapnya namun berlainan dengan tindakannya yang sekarang sudah menaruh kepalanya pada paha empuk mingi.

"Benarkah mengganggu? Kalau begitu pindahkan kepalamu dari pahaku."

Mingi berucap sembari menahan hasratnya yang ingin segera menerkam hongjoong. Lebih sialnya lagi, pria kecil dibawahnya ini sedang menggelengkan kepala diatas pahanya, berusaha mencari posisi nyaman untuk tidur namun kegiatannya itu dapat membangunkan sesuatu dalam diri mingi.

"Kim hongjoong-"

Hongjoong membuka kedua matanya dan dengan segera mengangkat kepalanya yang bersandar pada paha mingi. Menatap horor pria yang lebih tua 13 tahun darinya.

"A-apa?"

Mingi menatap hongjoong dengan tatapan yang, err- sangat menggoda? Hongjoong paham, sepertinya ia sudah membuat kesalah pada pria kelebihan hormon ini. Dengan segera bangkit berusaha kabur dari kukungan sang dominan, namun sayang tangannya sudah lebih dulu ditarik hingga tubuhnya terjatuh diatas meja.

Dengan kedua tangan yang ditahan oleh mingi.

"Pak, apa yang anda lakukan? Ini masih disekolah!"

Mingi mendekatkan wajahnya pada wajah panik hongjoong. "Aku tahu. Lalu kenapa? Kita bahkan pernah melakukannya di bios-"

"YAK!"

Bukannya merasa bersalah karena telah membuat wajah hongjoong memerah sempurna, mingi malah terkekeh lalu mengecup sang submassive singkat.

"Apa kamu ga mau menolong? Adikku sudah sangat sesak."

Hongjoong melirik kebawah. Ya, sudah terlihat sesuatu yang menggembung dibalik celana olahraga mingi. Sepertinya itu sangat sakit.

Hongjoong mendengus. "Baiklah, tapi hanya foreplay. Tidak lebih!"

Mingi tersenyum lalu mengecup sekilas bibir ranum candunya itu. "Baiklah."

Mingi melepaskan kukungannya, membiarkan hongjoong turun dari meja dan berjongkok tepat dibawahnya. Ah, pemandangan yang selalu mingi sukai. Lihatlah itu, kekasihnya sangat mirip dengan anak kucing dengan mata bulatnya.

Hongjoong melepas kacamata yang ia kenakan. Menggulung lengan baju juga membuka dua kancing kemejanya, bermaksud menggoda sang dominan.

"Are you ready, daddy?"

Mingi menyeringai, terlihat puas dengan pemandangan dihadapannya walaupun sempat terkejut karena anak kucingnya kini berubah menjadi rubah.

"Yes, baby boy."

Bisa kalian bayangkan sendiri selanjutnya apa yang mereka berdua sedang lakukan.

Jam terakhir sudah berbunyi. Hongjoong menghela nafas lega karena pelajaran matematika yang menyebalkan telah usai dan akhirnya ia dapat pulang kerumah, bertemu dengan seseorang yang sangat dirindukan.

Walaupun tiga jam yang lalu mereka baru bertemu.

Siapa peduli. Namanya rindu ya rindu. Titik.

Itu sebabnya pria manis ini berjalan cepat menyusuri koridor yang ramai. Sempat berhenti sejenak untuk melihat kedalam ruang guru, apakah pria dewasa itu masih ada di sana atau tidak.

Manik hitamnya menangkap sosok yang dirindukan, namun sosok itu sedang berbincang dengan guru sastra. Wanita, dan sangat cantik. Guru primadona yang sering dijodohkan oleh para siswa dengan mingi-nya.

Lengkungan dibibir yang semula keatas kini turun perlahan kebawah. Perasaan yang semula senang kini tergantikan oleh perasaan yang -entahlah, sulit untuk dijelaskan.

Hongjoong tahu mingi miliknya dan terkadang ingin sekali ia berbicara lewat speaker sekolah untuk mengumumkan bahwa pak mingi hanyalah miliknya seorang. Namun tidak bisa, nanti mingi akan dipecat karena melanggar aturan sekolah yang menyatakan bahwa guru dan murid tidak boleh berkencan.

Peraturan aneh. Kepala sekolah jomblo sih, makanya membuat peraturan seperti itu.

Hongjoong melangkahkan kakinya menyusuri jalanan kota dengan kepala yang menunduk kebawah. Terus seperti itu hingga ia tak sadar ada sebuah mobil berwarna hitam sedang berjalan mengiringi setiap langkahnya.

Tin... Tin....

Terkejut tentu saja. Bahkan hongjoong hampir mengumpati siapapun yang telah mengklakson tepat disampingnya. Namun kalimat sucinya tidak jadi dikeluarkan ketika tahu bahwa manusia kurang ajar yang mengagetkannya adalah mingi.

Kaca mobil diturunkan menampilkan pria dewasa di dalamnya sedang tersenyum memandangi hongjoong.

"Kenapa pulang duluan, hm?"

Bibirnya yang sudah melengkung kebawah kini semakin melengkung bersamaan dengan air mata yang jatuh dari kelopak matanya. Membuat sang pria dewasa kalang kabut dan panik, tidak mengerti dengan perubahan emosi remaja tujuh belas tahun dihadapannya.

Buru-buru mingi turun dan membawa tubuh kecil itu kedalam dekapannya.

"Shh... Shh... Jangan menangis, sayang."

Tangisan hongjoong kini berhenti tergantikan dengan sebuah isakan kecil. Masih setia memeluk erat tubuh pria yang lebih tinggi darinya, tidak berniat melepaskannya sama sekali.

Mereka terus berpelukan selama lima menit hingga hongjoong melepaskan pelukannya sendiri karena sadar bahwa mereka kini menjadi pusat perhatian.

Menarik ujung baju mingi, hongjoong berbisik. "Ayo pulang. Aku lapar."

Mingi mengusak rambut hitam hongjoong. "Baiklah. Aku akan buatkan makanan kesukaanmu, ayam kecap pedas?"

Ya, lupakanlah pikiran ingin memberitahu seisi sekolah bahwa mingi miliknya. Toh, enam bulan lagi mereka akan melihat mingi berdiri disebelahnya saat acara kelulusan.

Hongjoong tersenyum manis. "Aku mencintaimu, guru mesum."

Mingi tertawa mendengar penuturan kekasihnya. "Ya. Aku juga mencintaimu, baby boy."

End.

Ateez ship Where stories live. Discover now