Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Park Seonghwa as dominant
and
Kim Hongjoong as submissive
♦
Kata orang, sesuatu akan terasa berharga ketika kita kehilangannya. Dan aku baru yakin akan itu setelah kini genggaman hangatnya terlepas, tergantikan oleh kesedihan yang tak berujung.
♦
Masa SMA adalah masa keemasan bagi para remaja. Kenapa begitu? Bagi seorang pria tampan bernama Seonghwa masa itu adalah pertama kalinya ia merasakan jatuh cinta terhadap sosok kakak kelasnya yang bernama Hongjoong.
"Kak Hongjoong, mau pulang bareng?" Ajaknya pada sosok mungil yang sedang berdiri di sudut halte, menunggu busnya tiba.
Hongjoong menggeleng, atensinya masih fokus pada benda pipih di tangannya, tidak berniat melihat siapa yang mengajaknya pulang bersama. Lagi pula dari suaranya saja ia sudah mengetahui siapa itu.
"Sebentar lagi hujan turun, loh. Lebih cepat sampai rumah jika naik motor." Ajaknya lagi, kali ini mendapat sedikit atensi dari si manis yang melihat keatas di mana langit biru sudah mulai menghitam, siap menumpahkan muatannya kapan saja.
Hongjoong berpikir sejenak. Jika ia menunggu bis dan hujan turun saat ia belum sampai di rumah, maka Hongjoong harus meneduh di halte karena ia tidak membawa payung. Hongjoong benci menunggu, apalagi jika hari sudah mulai gelap.
Irisnya menatap sosok adik kelas yang setia duduk di atas motor, sesekali menepuk kursi belakang, menyuruh Hongjoong untuk naik.
Hongjoong mendengus. "Baiklah." Diterimanya ajakan pulang bersama membuat Seonghwa memekik senang di dalam hati.
Tangan Seonghwa terulur untuk memakaikan helm kepada si manis. Sementara Hongjoong nampak risih dengan helm kebesaran milik Seonghwa yang hampir menenggelamkan wajah manisnya.
"Kenapa harus pakai helm? Ini terasa ga nyaman." Protesnya berniat melepaskan kembali helm yang dikenakan, namun pergerakan tangannya segera di tahan oleh yang lebih muda.
