"Aku mohon, hapus, El!" Asa masih berusaha merebut ponsel Elvan, tetapi malah berakhir dengan tamparan keras di pipinya.

"Sekali lagi lo ngejalang depan cowok lain, siap-siap aja hidup lo ancur. Ngerti?!"

***

Sejak pulang sekolah, Asa tidak berhenti menggigit kukunya cemas. Gadis itu terus menggeledah kamarnya untuk mencari kamera yang mungkin Elvan pasang di tempat-tempat tersembunyi.

Asa sudah mencari di setiap sudut, dekat lampu, ventilasi, dinding, langit-langit kamar, bahkan jam dinding. Namun, benda kecil lucknut itu tidak kunjung ditemukan.

Asa mematikan lampu, lantas menyalakan kamera ponsel yang memiliki inframerah. Dia mengelilingi kamarnya dengan kamera ponsel yang menyapu ke segala arah.

Tepat di sudut dalam frame foto Tiara, terlihat benda bulat kecil bercahaya ungu dari layar ponsel.

PYAR!

Asa terduduk di lantai, ponselnya terjatuh karena tangannya bergetar. Frame foto Tiara juga pecah berkeping-keping, dan kamera tersembunyi itu akhirnya menampakkan diri.

Foto Bunda? Foto itu selalu tergeletak di sudut paling luas di kamarnya. Apa itu artinya Elvan mengintai Asa selama ini? Kenapa? Kenapa harus foto Bundanya?

Asa mengambil kertas foto muda Tiara, lalu memeluknya erat. "Maaf, Bunda. Maaf, framenya pecah. Besok Asa beliin yang lebih bagus lagi."

Tok! Tok!

Jantung Asa berdegup kencang. Malam hampir menyelimuti langit, hawa dingin mulai menerpa. Entah karena ac, atau memang suasana yang mendadak menakutkan karena kedatangan Elvan.

Tingtong! Ting!

"ASA!" panggil El mengetuk pintu secara brutal.

Asa membuka pintu setelah ketukan ke tiga puluh dua. "Lelet banget lo bukain pintu aja!"

Elvan memasuki rumah Asa dengan keadaan setengah mabuk, pria itu mengunci pintu dan langsung menyerang Asa.

Beberapa pakaian tercecer di lantai, kaus hitam Elvan bahkan terpampang nyata di tangga. Di lantai dua, celana Elvan maupun Asa sudah berserakan di sana.

Elvan menidurkan Asa di ranjang, selimut putih tipis sudah membalut tubuh telanjang Elvan yang berada di atas Asa dengan posisi push up.

Setelah membuat beberapa cupang di leher Asa, Elvan membuka bungkus pengaman dengan gigi dan tangan kanan.

Asa menahan pergerakan Elvan, dia menelan salivanya sulit, dada yang hanya bertutup bra hitam itu terus berdebar ketakutan.

"Nanti kalau aku hamil gimana, El?" tanya Asa gelisah.

"Nggak bakalan!"

"Kalau seandainya aja aku hamil gimana, El?!"

"Ya gugurin lah, gitu aja pake nanya!"

Deg! Asa benar-benar ingin berhenti sekarang juga, sungguh dia sangat ketakutan. Sepertinya, Elvan akan sangat brutal karena ia marah pada Asa.

"Buka, Sa!" suruh Elvan mengecup leher Asa dua kali.

"Jawab dulu, El! Kalau aku hamil gimana?"

"Bacot lo!" bentak Elvan. Mata Asa yang sudah memerah mulai itu kini mulai mengeluarkan air mata. Asa ingin berhenti.

"Iya iya! Ntar gue tanggungjawab!"

TBC.

Mau bilang apa ke Asa?

Mau bilang apa ke Elvan?

Mau bilang apa ke Rey?

.silahkan sampaikan.

Gimana? Sekarang udah benci belom sama Asa?

Dan kenapa Asa ga mutusin Elvan? Ya karena tau sendiri kan kayak gimana posesifnya Elvan ke Asa.

Buat pengetahuan aja, kamu para cewek yang ketemu cowok kayak Elvan, atau setidaknya udah keliatan suka ngancem-ngancem. Mending jangan dilanjutin ya, bisa bahaya. Karena sekali terikat, bakalan susah banget lepasnya. Apa lagi pihak sana udah punya bahan buat ngancem.

Vote dulu jangan lupa, dan ramein kolom komentar ya biar update setiap hari. ♥

Jangan lupa follow akunku, karena tiap update akan selalu aku umumin di wall.

Makasih banyak yang udah baca dan aktif komentar di lapak ini.
✨ ILYSM Boo ✨

DASA (END)Where stories live. Discover now