Diandra mengerutkan kening. Pria itu melepaskan tangannya dari bibir Diandra, dan mendekatkan wajahnya pada Diandra. Diandra tahu maksudnya, namun secara sadar, dia memalingkan wajahnya.

Pria itu tersenyum, "Sekarang gue tau jawabannya. Gue gak akan maksa lu lagi. Maafin gue soal barusan ya, Di."

Diandra mengangguk. Dia tahu Erland tidak sejahat itu. Dia mengerti Erland butuh jawaban. Dia merasa bersalah karena tidak dapat tegas memberi jawaban pada Erland yang secara tidak langsung menggantungkan perasaannya.

"Sarapan bareng yuk!" ajaknya.

Diandra mengangguk. Mereka berdua keluar dari kamar dan menuju restorasi.

Xavier baru saja menaruh dua piring nasi beserta lauknya di atas meja. Pandangannya tanpa sengaja melihat Erland dan Diandra yang sedang menuju restorasi sambil berbincang. Xavier berdiri diambang pintu untuk menjemput Diandra makan bersamanya, namun Erland menghalangi. Suasana sedikit tegang.

"Kita makan bertiga, oke?" pinta Diandra.

"Gue udah ambilin buat lu, Di," ucap Xavier.

Diandra tersenyum. Kedua tangannya menggandeng Xavier dan Erland dan memaksa kedua pria tampan itu untuk duduk. Karena Xavier sudah mengambil makanan berat untuknya, Diandra mengambil makanan berat untuk Erland, dan buah pencuci mulut untuk mereka bertiga.

Entah mengapa Diandra merasa, ketika mereka sedang cemburu satu sama lain, terkadang mereka terlihat seperti bocah lima tahun yang sedang merengek minta dibelikan permen. Diandra harus bersikap netral dengan mereka berdua.

Sambil mengambil buah pencuci mulut, Diandra melirik meja makan mereka. Sebenarnya di meja itu juga ada Edo dan Bima, serta kursi kosong untuk Sisy, karena dia akan menyusul sarapan setelah mandi. Lalu pandangannya bergantian ke arah Xavier dan Erland. Sesekali tersenyum.

* * *

Milly masih cemberut menunggu Rivan bangun tidur. Dia sudah wangi dan sudah lapar, namun Rivan belum menghubunginya.

Baru saja Milly memutuskan untuk sarapan sendiri, seseorang memencet bel kamarnya. Rivan tersenyum sumringah.

"Pagi!" sapanya tanpa merasa bersalah.

"Hmmm."

"Maaf, Sayang, aku cape banget."

"Hmmm."

"Kalo sekali masih jawab gitu, aku cium nih!"

"Hmmm."

Cup! Rivan mengecup sekilas bibir Milly. Membuat Milly terbelalak.

"Rivaaaan!"

"Kenapa, Sayang?"

"Ini kan di luar kamar! Kalo ada yang liat gimana?"

"Maunya di dalam kamar aja?"

"Ngarang!" Milly mengambil kartu kamar hotelnya dan menutup pintunya. "Yaudah, ayo sarapan!" akhirnya dia mengalah. Rivan memang paling tidak bisa membuatnya marah lama-lama.

Suasana macam apa ini?
Sesampainya di restorasi, Milly dan Rivan di kejutkan dengan suasana hening, di meja makan, Xavier dan Erland yang sedang cari perhatian dengan Diandra, Diandra yang kewalahan menghadapi dua orang itu, Edo dan Bima apalagi Sisy yang terlihat malas melihatnya.

"Guys, gue udah kenyang!"
"Gue juga jadi gak nafsu makan!"
"Balik ke kamar aja yuk!"

Edo, Bima, dan Sisy mengeluh melihat kelakuan kedua temannya itu.

"Guys, gue mual disuruh makan terus, oke?!" tegas Diandra. Membuat Xavier dan Erland berhenti menyuapinya.

Diandra menatap dua pria tampan itu geram. "Edo, mau temenin gue jalan-jalan sebentar?"
Semua orang menatap Edo.

"Kenapa gak sama g..."

"Enggak!" Diandra memotong ucapan Erland.

Edo yang ditatap tajam dengan kedua sahabatnya itu cuma bisa tersenyum. "Boleh! Yuk!" jawabnya.

"Gue ikut!" sambar Erland.

"Boleh, sama gue yuk, Kak!" jawab Sisy.

"Nah, iya tuh! Lo ajak Sisy jalan-jalan aja, Land!" Diandra menambahi.

"Lu aja sendiri, Sy!" Erland bangkit dari duduknya dan pergi dari tempat itu.

"Sama gue aja, mau gak, Sy?" tanya Xavier.

"Gak mau!" tolak Sisy. Dia bangkit dan pergi dari tempat itu.

"Lu mau pergi sama Edo jam berapa, Di? Boleh gue ngomong sebentar?"

"Sama gue?" tanya Edo.

"Sama Diandra." tanpa menunggu aba-aba, Xavier menarik Diandra dan pergi dari tempat itu.

Hah! Kok gue kesel ya ngeliat Diandra sering ditarik-tarik gitu! Ucap Edo dalam hati.

* * *

Me And The Six PrinceOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz