BAB 13

1.8K 332 35
                                    

"Tugas kalian berikutnya adalah menemui anak terpilih sebelum kalian."

"Untuk apa?" tanya Tanra.

"Lakukan saja," ucap Nyai Rondo.

"Tetapi ..."

Tanra baru saja hendak menyampaikan celotehan panjangnya, mempertanyakan ini dan itu. Tetapi Nala menahan pria itu.

"Bukannya kita sudah tahu soal ini," ucap Nala. "Lumbang juga bilang kan Tan. Lagipun kau juga harus ingat kata-kata Nyai Roro Salamba, Tan," tegur Nala.

Tanra mengembuskan napas berat. Dia baru saja mengingat ucapan Nyai Roro Salamba dengan jelas : Rondo pasti menyimpan banyak rahasia kepada kalian semua anak terpilih. Mereka mengira kalian seperti ternak sapi. Perempuan itu memang sok, aku akui itu. Tetapi akan kuberitahukan alasannya sekarang agar kalian tak kebingungan lagi. Ada beberapa hal yang tidak boleh kalian ketahui karena itu bisa mengubah garis takdir dan karena energi kalian dibutuhkan lebih, kalian hanya perlu menjalankan apa yang harusnya kalian jalankan. Begitulah kiranya. Karena semakin banyak yang kalian ketahui, maka akan semakin besar kalian mengubah takdir. Selain itu, kalian bisa membuat orang lain menjadi korban.

"Bagaimana cara kami menemui mereka semua?" tanya Tanra setelah emosinya teredam sempurna. "Kami tak mungkin keluar dari Archipelagos Nyai, sangat membutuhkan waktu. Alasan studi tur? Anak-anak lain akan curiga dan pastinya banyak yang iri kami sering keluar dengan alasan itu."

Nyai Rondo tersenyum. "Kalian harus mencari petunjuknya sendiri."

Tanra mengembuskan napas berat. Lagi.

"Baiklah," ucap Nala. "Terima kasih sebelumnya Nyai."

"Aku yakin kalian tidak akan pulang dari Turangi dengan tangan kosong. Aku tak akan bertanya kalian habis dapat informasi apa, aku bosan mendengar cerita," ucap perempuan itu, sok asik sendiri, lalu menunjukkan korannya. "Tetapi berita ini, akan menyebar kemana-mana. Huh ... pasti para buronan itu menginginkan kalian dan oh ya, hasil autopsi jasad Markus Bambong sudah keluar. Lexan, kau tinggal sekejap dulu. Aku ingin bertanya-tanya sesuatu."

Keenam anak lain saling melemparkan pandangan.

"Jadi kami boleh pergi—sekarang?" tanya Bastian agak gagap.

"Ya, kalian berenam. Oh kecuali jika Lexan ingin membaca surat untuk penggemarnya. Kau boleh pergi."

Jelas lebih penting bagi Lexan mendengar Nyai Rondo daripada membaca surat penggemar. Anak-anak lain melangkahkan kakinya keluar dengan diam, padahal mereka tahu tak ada satu pun dari surat penggemar yang dibaca Lexan dan hadiahnya sudah bertumpuk untuk didonasikan kepada penyihir yang membutuhkan.

"Mereka bahas apa, ya?" Ayu bertanya, saat mereka menuruni tangga spiral.

"Pasti tentang kekuatan Lexan yang itu," ucap Tanra. "Mata biru yang masih jadi misteri yang berhasil membunuh buronan level lima semester lalu saat kita masih di Poraran."

"Bagaimana dengan kekuatan Sanja?" tanya Ayu lagi, saat mereka sudah berada di gerbang Terhon.

"Mungkin karena Sanja tak ada hubungannya dengan Markus Bambong," timpal Nala, mereka hanya menerka-nerka.

Di dalam ruang Kepala Sekolah, kini hanya ada Nyai Rondo dan Lexan. Mereka membahas tentang hasil autopsi dari jasad Markus Bambong. Buronan level lima yang berhasil di bunuh Lexan oleh kekuatan mata biru tua dan pedang menjurus panjang dalam sekejap yang mengaliri listrik hingga membuat tubuh Markus Bambong hangus.

Kekuatan yang luar biasa itu menarik perhatian Nyai Rondo. "Kau bukan anak sembarangan Lexan, di antara tujuh anak lain, perkembanganmu untuk mengendalikan kekuatan adalah yang paling pesat. Aku juga harusnya memanggil Sanja kemari, tetapi dia sepertinya diaktifkan oleh pria bertopeng yang kau katakan saat kalian masih di tingkatan dua. Kurasa Sanja juga sudah tahu soal kekuatan Imangnya lewat Lumbang.

ARCHIPELAGOS 3 (Wizarding School in Nusantara)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang