| CHAPTER 25 |RAMBUT RONTOK

Bắt đầu từ đầu
                                    

"Bang mainnya jangan jauh-jauh." Ucap Cakrawala yang dihiraukan Maratungga.

Maratungga berdiri tegak membiarkan deburan ombak menyapu kakinya. Sementara Cakrawala sibuk memasang peralatan melukis. Maratungga bilang, ia akan melukis di pantai.

"Aah... Udaranya sangat segar!" Ia merentangkan kedua tangannya. Angin sepoy-sepoy menghantam tubuh Maratungga, menciptakan sensasi segar yang jarang ia dapatkan.

Usai menata peralatan melukis, Cakrawala berlari menghampiri Maratungga.

"Bang Mara seneng ya?" tanya Cakrawala seraya tersenyum.

Terlihat dari ekspresi Maratungga, sepertinya sih dia senang. Sangat senang.

"Biasa aja." Jawab Maratungga.

Maratungga berjalan menuju peralatan lukisnya. Cakrawala mengikuti dari belakang.

"Lo ngapain ngikutin gue?" tanya Maratungga.

"Mau jagain abang."

"Ck! Nggak perlu. Lo mending sana deh, jauh-jauh dari gue." Maratungga mendorong Cakrawala hingga cowok itu tergeser beberapa langkah.

Cakrawala menggeleng kukuh. Ia tetap berjalan di belakang Maratungga meskipun sebelumnya sudah ditolak.

"Lo budek ya?! Gue bilang pergi! Tolol!"

Bruk

Cakrawala terjatuh karena Maratungga mendorongnya terlalu kuat.

"Bisanya cuma ngrusak mood aja." Gerutu Maratungga sambil berjalan meninggalkan Cakrawala yang masih terduduk di atas pasir.

———

Sayup-sayup Cakrawala mendengar suara mobil memasuki pelataran rumah. Dan ketika ia mengintip dari korden ruang tamu, itu adalah Tigu.

Cakrawala tersenyum senang. "Abang! Ayah pulang!" Seru Cakrawala. Ia terlihat sangat gembira.

Maratungga keluar dari kamar, berjalan pelan menuju ruang tamu. Sementara Cakrawala sudah berlari untuk membukakan pintu, dia terlihat seperti seorang anak kecil.

Ceklek

"Ayah udah pulang? Cakra—"

"Minggir ah!" Tigu mendorong Cakrawala. Ia menghampiri Maratungga, kemudian memeluk putranya dengan sangat erat.

Tigu melepas pelukannya. "Bulan ini Ayah bakalan lebih sering di rumah," ujarnya.

Maratungga mengangguk.

Cakrawala berdiri di belakang Tigu, memandang dengan penuh harap. "Ayah, Cakra juga pengen dipeluk."

Namun harapan hanyalah harapan. Jangankan untuk memeluk, melihat keberadaan Cakrawala saja Tigu tidak mau. Tigu berjalan sambil merangkul Maratungga, meninggalkan Cakrawala yang hanya berdiri di depan pintu.

"Yah, udah lama nggak main game. Ngegame yuk!" ajak Maratungga.

"Game apa?"

2. NOT ME ✔️ Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ