CN-3

1.7K 221 68
                                    

"Ga, kami tungguin lo di anak tangga sana ya."

"Semangat belajarnya, kuping kiri lo tutupin dulu deh Ga. biar kalau materinya masuk di kuping sebelah kanan, gak bisa keluar di kuping kiri, kan udah di tutupin."

"Lah benar juga lo Lang, kok selama ini gak kepikiran gitu ya kalau lagi belajar." Nega hanya menatap malas Elang serta Danu yang malah membenarkan saran ngaur dari Elang. Sementara Alfin hanya tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepala.

"Ya udah gue masuk dulu," setelah mengucapkan kata itu Nega langsung melenggang memasuki sebuah ruangan yang menjadi tempat kelas tambahan dilaksanakan. Ya, Nega terpaksa menerima tawaran kelas tambahan ini setelah berpikir cukup keras. Namun sepertinya tidak salah kalau dicoba, Nega hanya berniat untuk mencoba dulu beberapa minggu ini, jika ia rasa tidak begitu berguna ia sudah berniat untuk berhenti saja.

Melihat Nega yang sudah masuk ke dalam ruangan, Alfin, Elang dan Danu bergegas menuju anak tangga untuk menunggu Nega. Mereka sudah berjanji untuk menunggu Nega menyelesaikan kelas tambahannya. Sebenarnya Nega sudah sering sekali melarang mereka dan meminta untuk pulang saja duluan, tapi ketiganya kompak menolak. Selain ingin menemani Nega, mereka juga bisa memanfaatkan waktu itu untuk memanfaatkan wifi sekolah untuk bermain game bersama.

"Eh gimana kalau kita nungguin Nega di kantin aja?" Usul Danu. Elang yang baru mendudukkan tubuhnya di anak tangga tampak mengangguk setuju. Alfin yang baru saja mengeluarkan ponselnya dari dalam kantong hanya menatap mereka berdua sesaat hingga ikut buka suara.

"Eh, kalian gak ingat kita bilang ke Nega kalau minsalnya kita bakal nunggu disini?"

"Ya kan tinggal chat Nega buat kasih tau."

"Lo temenan sama Nega baru kemarin sore ya?" Tanya Alfin menimpali ucapan Elang.

"Lo tau kan kalau minsalnya Nega jarang banget ngecek hp. Lagi pula kalaupun dia baca emangnya dia bakal ingat? Kita nungguin dia aja belum tentu dia ingat." Danu dan Elang kompak menepuk dahinya, bagaimana bisa mereka melupakan hal itu. Akhirnya keduanya langsung mengambil posisi duduk masing-masing sambil mengeluarkan ponselnya menyusul Alfin yang terlebih dahulu memulai permainan.

***

Nega memasuki ruangan sembari mengedarkan pandangannya, cukup ramai ternyata. Namun di luar ekspektasi Nega yang mengira bahwa kelas ini akan menjadi kelas yang sangat sepi diisi dengan anak-anak yang serius belajar, kelas ternyata lebih bising dibandingkan kelasnya yang sudah terkenal sebagai kelas paling ribut satu sekolahan karena ulahnya dan teman-teman.

Ada anak-anak yang sedang bermain gitar, ada yang tidur di atas meja, ada yang bergosip ria, dan ada juga yang serius belajar, ya hanya beberapa dibagian pojok ruangan seolah mencari ketenangan dari kebisingan ruangan ini. 'Kelas tambahan macam apa ini,' pikir Nega.

"Lo suruh teman-teman lo diam dong! Teman-teman gue lagi belajar."

"Kok lo sewot sih, gak usah ngurusin orang lain. Kalau mau belajar ya belajar aja."

"Lo bawa teman-teman lo masuk ke dalam kelas ini cuma buat rusuh aja. Mending gak usah."

"Ribet banget lo jadi cewek." Pandangan Nega terfokus pada dua orang yang tampak sedang beradu mulut di depan kelas membuat suasana kelas semakin bising. Nega menghebuskan nafasnya kasar, sepertinya keputusan yang sangat salah menerima tawaran masuk ke kelas ini. Bukan hanya pelupa, bisa-bisa ia menjadi tuli karena berlama-lama di ruangan ini.

Nega yang memang masih berada di depan pintu kembali memegang ganggang pintu memutuskan untuk keluar, "Aaawwwww..." suara teriakan itu membuat Nega menghentikan aksinya kemudian melihat ke asal suara. Terlihat gadis yang tadi sedang beradu mulut dengan lelaki tadi kini tersungkur di lantai.

Crazy NegaWhere stories live. Discover now