CN-2

6.6K 705 132
                                    

"Nega oh Nega, kenape engkau ganteng."

"Macam mane Nega tak ganteng."

"Pabriknya berkualitas... pabriknya berkualitas." Seisi kelas IPS 2 langsung tertawa mendengar nyanyian ketiga sahabat Nega, Danu, Elang dan Alfin yang terinspirasi dari sebuah kartun itu. Mereka bertiga memang paling bisa membuat suasana kelas menjadi ramai saat-saat tidak ada guru seperti ini. Apalagi Elang, ia selalu siap dengan gitar imajinasi dari sapu lantai dan duduk di atas meja seolah-olah seorang gitaris handal. Melihat tingkah ketiga sahabatnya itu Nega hanya mampu ikut tertawa. Terkadang ia bingung kenapa bisa berteman dengan alien-alien seperti mereka.

"Ssssstttt... kalian berisik banget sih. Kan disuruh nyata. Catat tu yang di papan tulis. Awas ya kalau pada ribut lagi, nama kalian bakal gue catat terus gue kasih ke pak Candra." Mendengar kebisingan yang mengganggu konsentrasinya membuat Ari sang ketua kelas langsung berbalik melihat si pembuat keributan dengan memasang wajah sangarnya.

"Yang suka ngadu pantatnya bisulan cop," ucap Elang menimpali. Ucapannya kembali mengundang gelak tawa. Ari memutar matanya jengah.

"Ribet banget sih lu, lagiankan kata pak Candra dikumpul minggu depan. Itu artinya masih ada waktu satu minggu lagi. Kalau bisa dikerjain nanti, kenapa harus sekarang? Bener ya?"

"Yoiii Bro." Alfin dan Elang menepuk pundak Danu seolah setuju dengan apa yang ia katakan.

Ari yang jengahpun kembali melanjutkan kegiatannya mencatat materi pelajaran yang sudah ditulis oleh sekretaris kelas. Baginya percuma bicara dengan mereka, pasti ia akan kalah. Apalagi kalau nanti anak-anak perempuan di kelas itu mulai buka suara, pasti mereka akan membela Nega habis-habisan.

"Nega..." seisi kelas langsung menoleh ke ambang pintu dimana seorang siswa yang memanggil Nega tadi berdiri.

"Santai... santai... yang dipanggil Nega doang," ucapnya membuat yang lain memalingkan pandangan darinya kecuali Nega dan teman-temannya.

"Apaan?" Tanya Nega.

"Lo dipanggil bu Susi ke ruangannya." Nega menautkan alisnya bingung. Tumben sekali guru bimbingan konseling itu memanggilnya.

"Ngapain?" Tanya Alfin.

"Ya mana gue tau. Emangnya gue google, tau segalanya," ucap siswa itu tak acuh kemudian berlalu pergi.

"Yeeee sewot banget. Gitu tuh kalau pipet aqua dikasih nyawa," ledek Elang.

Nega pun bergegas berdiri dari duduknya dan berjalan keluar kelas. Sepertinya ia tidak melakukan kesalahan apapun hari ini. Tapi entahlah jika ia melupakan sesuatu.

Nega yang berjalan melewati koridor-koridor kelas membuat mata para siswi tertuju padanya. Dari dalam kelas mereka mencuri-curi pandang melihat Nega. Ah Nega benar-benar tampan dilihat dari sisi manapun.

Baru hendak membuka pintu ruang guru, Nega mengerutkan dahinya. Sekitar 3 menit ia diam di depan pintu. Nega berdecap kesal kemudian berjalan berbalik ke kelas.

"Cepat banget Ga? Bu Susi bilang apa?" Tanya Danu saat melihat Nega di depan kelas. Mendengar ucapan Danu, Nega langsung kembali berlalu. Ketiga sahabatnya menatap kepergian Nega heran.

"Pasti si kampret lupa deh harus nemuin siapa," tebak Elang yang pasti tepat sasaran. Alfin dan Danu mengangguk setuju. Sudah bukan ha lasing lagi, bahkan mereka sudah sangat terbiasa dengan sifat pelupa Nega dan selalu siap menjadi pengingatnya.

***

"Jadi begini Nega, seperti yang kita tahu bahwa kini sekolah kita sudah bergabung dengan SMA Kartini," ucap bu Susi memulai percakapan saat Nega sudah duduk di depannya.

Crazy NegaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora