4. Autumn Love

4 1 0
                                    

Di sepanjang jalan menuju tujuan, aku mengais rindu dan kasih yang berjatuhan dalam guguran pohon yang gersang.


🍁🍁🍁

Langkahku lambat seiring angin yang menerpa. Sesekali aku menoleh ke kanan dan ke kiri. Jalanan di sore hari yang basah ini rasanya begitu menusuk kulitku. Aku menghembuskan nafas pelan, lalu melirik jam tanganku. Pukul setengah 5 sore. Dan jam 5 nanti, aku harus sampai rumah. Karena Ibu sudah mewanti-wantiku untuk cepat pulang.

Deru mesin kendaraan berkeliaran di depan mata. Berulang kali tanganku melambai-lambai tanda untuk menghentikan kendaraan umun. Namun nihil. Huh, benar-benar menyebalkan. Aku sudah berulangkali melakukan hal ini, dan tak satu pun yang mau berhenti?

Naik ojol? Oh, tidak bisa. Sialnya kuotaku sudah habis. Jadi, bagaimana bisa aku memesan ojol? Sekarang aku hanya bisa pasrah pada takdir. Jika dimarahi ibu, aku siap-siap saja, kok.

Drrtt drrrtteettt ....

Drrtt drrrtteettt ....

Drrtt drrrtteettt ....

Drrtt drrrtteettt ....

Drrtt drrrtteettt ....

Drrtt drrrtteettt ....

"Hallo?"

"Aku lagi di pinggir jalan. Nunggu angkot lewat. Hm, iya, gpp."

"Terserah, sih."

"Kalau sibuk ya nggak usah." Aku menggerutu sebal dalam hati. Maunya apa, sih, nih, cowok? Jadi orang kok bingungin.

"Iya iya, Ren ...."

"Hm, bye!" Aku memutuskan panggilan sepihak.

Sebenarnya, aku tidak memaksa juga agar dia mau mengantarku pulang. Hanya saja, aku terkadang merasa seperti mulai tidak dianggap. Ah, lebay ya? Seharusnya aku tidak terlalu memusingkan hal ini. Dia 'kan sibuk dengan sahabatnya dan dunianya. Apa salahnya?

"Yasna!" Aku menoleh ke arah pemilik suara yang familiar itu.

Aku tersenyum pada Raina. "Hm, hay!" sapaku padanya yang mulai mendekat bersama mobil putihnya.

"Kamu sendirian aja?" tanyanya.

"Iya."

"Rendy ke mana?" tanyanya lagi.

"Em, katanya dia lagi sibuk sama temennya. Hm, biasalah, band."

Raina menatapku iba. "Huh, Rendy bener-bener nyebelin, ya! Nasibmu punya pacar kayak Rendy. Yuk, masuk!" Aku hanya tertawa kecil saat Raina menyinggung soal Rendy.

"Makasih, ya. Aku nggak tahu harus gimana lagi kalau nggak ada kamu," ucapku dengan tulus.

Raina mengangguk. "Oke! Sans aja, deh."

"Btw, gimana sama kuliahmu?" tanyanya saat lampu merah.

"Em, ya, baik-baik aja. Walau kadang ada masalah dikit, sih. Tapi semuanya bisa diatasi, kok."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Autumn LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang