1. Autumn Love

25 4 18
                                    

Kisah sejarah rindu kasih ini, mungkin akan tersampaikan di waktu senja umurku. Atau bahkan hingga akhir waktuku, takkan pernah tersampaikan padamu.

Ini adalah rahasia. Karena, aku dalam kisah ini, bagai bulan yang dikekang malam.

-Autumn Love-
🍁🍁🍁

Langit sudah mendung sejak dua jam yang lalu. Nampaknya, memang sudah siap untuk menumpahkan bendungan rindunya pada bumi. Ah, kenapa pula aku seperti ini? Jadi, gulana tanpa sebuah alasan yang pasti. Barangkali, karena nilaiku jelek. Iya, mungkin begitu.

Langkahku gontai menyusuri pinggir jalan raya. Sebenarnya, aku takut jika hujan datang dan membuatku jadi basah. Halte pun masih jauh. Aku mengaduh pelan saat kakiku tersandung akar besar pohon angsana. Untung saja aku tidak tersungkur. Pastinya sangat memalukan jika itu terjadi.

Sedikit rasa penyesalan ketika aku mengingat penolakanku untuk dijemput oleh supir Ayah. Seharusnya aku mau. Tidak ada gunanya juga mengeluh dan menyesal terus-terusan. Lebih baik berfikir, bagaimna caranya agar aku bisa sampai rumah sebelum hujan datang.

Dress ....

Aku segera berlari menuju ruko yang tutup. Meneduh bersama orang-orang. Sesekali mengelus lenganku dan merapatkan jaket tipisku. Mataku menatap lalu lalang kendaraan dan orang-orang yang berlarian bingung mau meneduh di mana.

"Permisi, permisi ...," ujar seseorang yang baru saja datang.

"Kamu, sih, Ren! Ck, nyesel aku pulang jalan kaki sama kamu!" gerutus seorang gadis yang berdiri di sampingku.

"Dih, gitu aja marah. Walaupun gitu, kamu sukakan? Kapan lagi coba bisa main hujan-hujanan sama aku?" kata pria di sampingnya dengan nada menggoda.

Gadis itu cemberut lucu. Menggemaskan sekali. Uh, apalagi dia cantik. "Ah, tau ah! Gelap!"

"Gelap gimana, sih? Kalau mendung, iya. Tapi, ini masih bisa lihat dunia, kok."

"Iya, juga, sih. Kalau gelap, mungkin bakalan mati lampu, terus aku gak bisa lihat kamu, dong!"

"Enggak, kok, Rain! Aku tetep bisa lihat kamu, meski kamu nggak bisa lihat aku," ujarnya mulai serius.

"Apaan, dah? Gelap gelap mana bisa lihat?"

"Bagiku, kamu itu kayak bintang. Kamu adalah pelita dalam gulitaku." Matanya menatap teduh gadis di sampingnya.

Mungkin, jika mereka sedang berdua, akan ada adegan seperti dalam novel-novel yang ku baca. Ah, sayangnya mereka salah tempat berteduh! Harusnya cari tempat lain, dan, ya! Si Pria itu akan menyatakan perasaannya pada gadis itu. Mereka tidak sadar, jika ini adalah tempat umum. Terlebih, aku ini ... jomblo.

"Hahaha, kamu, tuh, bisa aja! Pokoknya, aku gak mau jalan kaki lagi! Kakiku pegel-pegel semua! Untung ini lagi mendung! Jadi, gak kepanasan dan gerah. Bisa item dan dekil nanti!" Gadis itu memperhatikan kedua tangannya yang masih putih mulus.

Pria itu mengambil kedua tangannya perlahan. Aku meneguk ludahku dalam-dalam. Ini resiko jika aku masih memperhatikan setiap gerak-gerik mereka. Ish, kenapa juga aku sekurang kerjaan ini? Ah, memang aku lagi kurang kerjaan, sih.

"Mau kamu item kayak orang negro, dekil kayak gembel, aku tetep suka kamu."

"Ahaha ... bener, ya?" tanya gadis itu dengan mimik yang menggemaskan.

"Iya, beneran. Ah, tapi nggak usah jadi mereka. Kamu yang gini aja udah cukup."

"Iyalah! Aku kan cantik!" Pede gadis itu dengan dagu terangkat.

"Dih, pede!"

"Jadi orang harus pede!"

"Ahaha ...." Mereka berdua tertawa setelah beberapa detik saling menatap sambil menahan tawa.

Aku menggaruk tengkukku, lalu mengelusnya karena dingin. Ingin rasanya aku memanggil Balveer, dan memintanya untuk membawaku pergi dari sini. Efisien dan efektif pula.

"Eh, udah!" seru Gadis itu, saat menyadari lirikan dari beberapa orang yang merasa risih dengan drama anak sma yang sedang dimabuk asmara.

Perlahan, rintik hujan jadi lirih. Awan-awan mulai berpencar menjauh. Membiarkan cahaya matahari menyusup dan memberi kehangatan setelah hujan datang.

Orang-orang mulai berseri dan melangkahkan kakinya menuju tujuan mereka yang sempat tertunda. Begitupun aku. Aku sangat bahagia sekali. Rasanya, sangat nyaman bila aku bisa bergelung dengan selimut tebal, lalu mendengarkan alunan musik sambil bersenandung lirih.

"Rain!" panggil Pria itu pada gadis tadi.

"Apa?"

Lah, ini kenapa tali sepatuku mendadak lepas? Astaga ... aku merasa seperti seorang penguntit.

"Aku ... cinta sama kamu," ucapnya terdengar tulus. Beberapa detik hening. Aku rasa, si cewek itu sedang menatap lekat-lekat mata Pria itu. Mencari ketulusan di dalamnya.

"Ahahaha ...! Aku tahu, kamu mau ngeprank aku kayak dulu, kan? Udahlah. Kamu kalah! Nggak bisa ngeprank aku! Wleekk ...!" Ia menjulurkan lidahnya dengan ekspresi mengejek. Lalu berlari menjauhi pria itu.

Aku memdengar derap langkah gadis itu semakin jauh. Ku dengar, helaan nafas terdengar dari pria itu. Ia menarik nafas lesu. Lantas berjalan gontai menyusul gadis itu. Aku masih menunduk dan bergaya mengikat tali sepatuku. Padahal sudah selesai beberap menit yang lalu.

"Mbak, nggak apa-apa?" tanyanya. Mungkin, dia heran padaku yang sedari tadi masih berjongkok, dan menunduk ke bawah.

"Eng-enggak, Mas. Ini, tali sepatuku agak susah ikatannya." Aku masih menunduk. Dan bergaya sok kesulitan mengikat tali sepatu.

"Butuh bantuan?" tanyanya.

"Eng-enggak usah. Ini udah hampir selesai, kok!" jawabku lalu bersiap-siap untuk berdiri.

"Oh, oke. Duluan, Mbak!" Pria itu berjalan cepat, lalu berlari kecil, dan semakin kencang larinya menyusul gadis yang berhenti di toko kelontong. Gadis itu tersenyum mengejek. Seoalah-olah, dia baru saja memenangkan lomba lari bersama pria itu.

"Ayo, sini!" teriaknya, semakin membuat lari pria itu kencang.

Aku mengembuskan nafas lelah. Hari ini, mendung menceritakan tentang kisah dua insan yang salah satu perasaan dari mereka tak terbalaskan.

🍁🍁🍁

Halo hay ...!
Jangan lupakan dengan typonya, ya!

Semoga, kalian suka. Selamat menikmati dan berimajinasi dengan kisah ini.

🍁Autumn Love🍁

Hari ini, bercerita tentang gugurnya satu daun cinta seseorang.


-o0o-

Salam manis dan kenal dariku.

Sang pengangum daun maple dan kisah di musim gugur. 🍁
📝31 Juli 2020



Sampai jumpa dipart selanjutnya!:)

Autumn LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang