Lost

7 3 0
                                    

Tugas mingguan Dreamlights_
Tema : Horor/Hantu
Penulis : Dhi
Partner : Nazna_D
Jumlah kata : 300 kata



"Bun–nda ...," sapaku lirih.

Tak ada balasan. Beliau hanya memandang sekilas, lalu membuang pandangannya begitu saja. Semarah itukah beliau padaku?

Aku tahu, kesalahan yang telah kuperbuat sungguh menggores batinnya. Namun, sudah tak lagi ada kata 'maaf' kah, untukku? Ya, sepertinya begitu. Sebab, sudah tiga hari  beliau mendiamkanku.

Ckleekk ... kyeek ....

Perlahan kubuka pintu kamar yang didiami beliau. Tampak Bunda tengah merebahkan diri, dengan punggung yang mengarah ke pintu.

"Bunda, pasti lelah," gumamku seraya merapikan surai beliau yang terhambur menutupi wajah.

Gurat kesedihan menggelayut jelas di wajahnya. Tiba-tiba bibirnya berteriak, "Fany ... Bunda merindukanmu, Nak."

Takut terpergok. Aku segera bersembunyi di balik tirai, dan hanya berani mengintip.

"Bunda!"

Seorang wanita muda—yang masih mengenakan sneli, bertuliskan dr. Hanada Brigtdya—tampak tergopoh-gopoh menuju kamar Bunda.

"Ada apa, Bun?" tanya Mbak Nada—kakakku.

Seulas senyum terbit dari wajah Bunda.

"Nggak papa, Nad. Bunda ngerasa tadi Fany di sini."

"Bunda kangen, ya, sama Fany?"

Bunda mengangguk sembari tersenyum.

"Besok, kita ke rumah Fany. Sekarang, Bunda istirahat lagi."

Mendengar kalimat itu, menimbulkan tanya dalam benakku. "Rumah?! Apa mereka malu, lalu ingin mengasingkanku ke tempat lain?"

Aku tak bisa memejamkan mata. Hingga keesokan paginya, aku mengikuti mereka secara diam-diam. Dan sampailah kami di area parkir, 'Taman Abadi'.

Kami berjalan menyusuri tempat peristirahatan terakhir. Lalu berhenti di pusara yang masih basah dan berhiaskan bunga duka. Seketika Bunda menangis tersedu. Tangannya mengusap nisan dengan nama; Tiffany Hyacinta.

Ya Tuhan! Air mataku luruh begitu saja. Ingatanku berputar. Aku benar-benar menyesal atas semuanya. Andai saja, aku mendengarkan semua larangan Bunda ....

"Tiffany Hyacinta! Jangan sekali-sekali berpikir untuk menambah dosa, Nak!"

"Bunda, tuh, gak tau, gimana rasanya jadi aku!"

Cih! Aku yakin, Bunda hanya tak ingin menambah malu, jika aku sampai melakukan aborsi. Bukan karena dosa.

Bodohnya! Aku melakukan hal itu, sampai harus meregang nyawa. "Jadi, aku sudah ...."

Drabble Mingguan DLHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin