Lovebird 16

45.2K 2.5K 144
                                    

Fio keluar dari kamar Tydes yang baru saja tertidur setelah sepanjang sore ini rewel dan menagis, Fio hampir saja kewalahan menghadapi kerewelan Tydes akhir-akhir ini kalau saja Tinah tidak membantunya mungkin dia tidak akan sanggup merawat Tydes sendirian karena Ibu Ismi hanya bekerja sampai jam empat sore jadi selanjutnya Fio yang mengambil alih tugas Ibu Ismi, harusnya Nino Ayahnya yang mengurus Tydes dari sore sampai malam tapi sepertinya Nino sudah tidak peduli lagi dengan Tydes, dia sekarang sibuk dengan dirinya sendiri setelah Melati memutuskan untuk pergi.

Dengan langkah gontai karena lelah Fio berjalan menuju ruang keluarga dimana biasanya dia dan Ayahnya duduk sambil mengajak Tydes bermain, Fio menatap isi rumahnya yang sepi, tidak ada seorangpun yang berkeliaran di rumahnya, jam di dinding sudah menunjukan hampir tengah malam dan Ayahnya belum juga pulang, ini memang bukan kali pertama Nino pulang telat sudah hampir tiga bulan ini Nino tidak pernah lagi pulang sore, dia selalu pulang lebih dari jam dua belas malam bahkan terkadang menjelang subuh baru pulang. Sebetulnya Fio merasa terpukul dengan keadaan ini, kalau boleh meminta Fio ingin memutar balikkan waktu ke tiga bulan yang lalu, dimana Ayahnya selalu tersenyum dan sangat perhatian padanya, Ayahnya yang tidak pernah lupa mencium puncak kepalanya kalau dia akan berangkat kerja, Ayahnya yang selalu memberikan pelukan hangat dan bilang bahwa dia sangat menyanginya, Ayahnya yang berubah menjadi lebih baik semenjak dia mengenal Melati dokter kesayangannya.

Fio terduduk lemas di atas lantai yang dingin, dia menagis, menyesali semua yang telah di lakukannya, menyesali permintaannya pada Melati, menyesali keinginan hatinya. Kalau pada akhirnya akan seperti ini, Fio tidak akan pernah meminta Melati untuk meninggalkan Ayahnya, Fio akan mengalah dan membiarkan ayahnya bahagia bersama Melati, meski mungkin dirinya tidak akan pernah mendapatkan perhatian Ayahnya lagi, tapi lebih baik seperti itu di banding dengan keadaan sekarang ini.

Fio tertunduk, dia kembali sendiri seperti sebelum-sebelumnya, hidup dirumah yang besar dan kosong tidak ada kehangatan sedikitpun, tidak ada seorangpun yang menyayanginya. Fio takut sangat takut untuk kehilangan semuanya, dia tidak ingin kehilangan kebahagiannya, dia tidak ingin kehilangan kasih sayang Ayahnya dan dia juga tidak ingin kehilangan sosok Melati orang yang selama ini telah membantunya dan menjadi tumpahan segala keluh kesahnya, hanya Melati satu-satunya orang yang peduli dengan apapun yang rasakannya. Tiba-tiba saja Fio merasakan kerinduan yang amat sangat pada sosok Dokter cantik yang selalu di banggakannya itu. Melati tidak pernah lagi bisa di hubungi sejak Fio memintanya untuk meninggalkan Ayahnya, dia seperti di telan bumi tanpa ada seorangpun yang tahu keberadaannya, satu-satunya cara bagi Fio untuk meminta maaf dan berkeluh kesah tentang kedaan Ayahnya yaitu dengan mengirimi Melati email meskipun Melati tidak pernah membalasnya. Mungkin dia marah tapi Fio tetap berharap Melati akan pulang dan mau memaafkan kesalahannya.

Brukk.......Tiba-tiba Fio mendengar suara seseorang terjatuh dan di susul dengan umpatan-umpatan halus seorang wanita, Fio berdiri dan mengusap air mata dengan tangannya, dia berjalan menghampiri suara bising yang berasal dari ruang tamu, di lihatnya Ayahnya berusaha berdiri dengan di gandeng seorang wanita sexy yang berpakaian sangat minim dan ketat sampai terlihat jelas lekuk tubuhnya. Fio diam mematung menatap Ayahnya dengan menelan ludah, Ayahnya memang sering pulang larut malam dan sedikit mabuk tapi tidak pernah pulang sampai diantar wanita jalang seperti ini.

"Duhh....kamu kenapa sih, biasanya tidak seperti ini. Mabuk dan lepas kontrol."Si wanita  kembali mengumpat dan berusaha mengangkat tubuh Nino yang sempoyongan.

"Semua karena kamu Mel, kenapa kamu tega ninggalin aku." ucap Nino dengan sedih dan Fio kembali menitikkan air matanya dengan tangan bergetar hebat, melihat Ayahnya yang meratapi kepergian Melati. Semua adalah salahnya.

"Hai, kenapa masih diam di situ, tunjukin kamar Ayah kamu cepat, berat sekali ini." Dengan sedikit gugup Fio membantu wanita yang belum di ketahui namanya itu, memapah Ayahnya menuju kamar tidurnya.

LOVEBIRDWhere stories live. Discover now