Lovebird 20

49.8K 2.4K 40
                                    

Terlalu banyak pekerjaan yang harus di selesaikan membuat aku tidak bisa berpikir dan otak tidak bisa di ajak buat nulis, padahal readers yang setia menunggu updatean ceritaku sudah nagih-nagih minta cepetan di post.

Dan hasilnya Taaadaa....... Cukup mengecewakan, aku yakin kalian semua yang baca tidak puas dengan hasilnya termasuk aku yang nulisnya........heheheh.

Sekarang, aku update ceritanya lebih cepet, Ya, itung-itung buat nebus dosa yang kemaren...........

^Ok, enjoy it.^

Melati POV

Ini adalah hari ke empat aku tinggal di rumah megah Nino dan jujur aku merasa tidak nyaman tinggal di sini, bukan hanya Ibunya Nino yang terlampau ramah, semua penghuni rumah ini juga terlalu baik, mereka semua menyempurnakan kebohongan ini tapi itu terlalu berlebihan dan membuat siapapun yang melihatnya akan curiga.

Seperti sore ini, aku pulang sedikit terlambat karena harus mengunjungi Ibu dan Bapak di panti asuhan, kalau boleh memilih aku lebih suka menghabiskan waktuku di sana ketimbang harus pulang kesini dan berakting  memerankan seorang istri yang baik dan penuh pengertian untuk pria mesum seperti Nino.

Ku parkirkan mobil di garasi dan lebih memilih jalan samping yang langsung berhubungan dengan ruang makan, tidak ada siapa-siapa hanya ada Tinah di dapur yang sedang memasak untuk makan malam, biasanya kalau Tinah sedang memasak Nyonya rumah tidak pernah beranjak dari dapur memberi intruksi ini dan itu, tapi kali ini dia tidak ada di tempat.

"Nyonya mana Tinah kok gak terlihat?" Tanya ku sambil celingukan mencari keberadaan Ibunya Nino.

"Eh, Bu Dokter. Baru pulang Bu? Nyonya sedang di dalam ada tamu." Tinah sedikit kaget, dia baru  menyadari kehadiranku.

"Siapa?" Aku masuk kedapur dan membuka kulkas untuk mengambil air mineral dingin.

"Tadi Fio bilang adiknya Bapak, kalau tidak salah."

Itu pasti Luca, dia datang lebih cepat dari perkiraan untuk menjemput mamanya. Senangnya,  aku tidak harus berakting dan berpura-pura lagi. Toh, Ibunya Nino akan pulang lebih cepat. Aku sudah sangat rindu dengan apartementku yang sepi, tanpa sadar aku tersenyum sendiri menyongsong kebebasanku, tidak akan ada lagi Nino yang selalu menggangu tidurku, tidak akan ada Nino yang selalu mencari-cari alasan untuk tidur satu ranjang denganku dan tidak akan ada lagi  Nino yang mencuri-curi kesempatan.

"Istri yang baik memang harus seperti itu, berada di dapur menjelang suaminya pulang." Mamanya Nino masuk ke dapur, dia tersenyum ke arah ku dan melihat menu apa saja yang di masak Tinah untuk makan malam mereka.

"Ma-ma." Walau sulit aku harus membiasakan diri memanggilnya mama.

"Baru pulang Mel?" Tanyanya ramah seperti biasa. Meski terkadang aku sering melihat dia selalu menatapku penuh penilaian.

"Ya." Ku letakan gelas yang masih berisi air meneral dan menghampiri Tinah.

"Hidup lima bulan dengannya, kamu pasti tau makanan kesukaan Nino."

Deg, aku mulai waspada. Mamanya Nino pasti sudah mulai curiga, aku tidak tau makanan apa saja yang paling di sukai dan di benci Nino karena kami tidak pernah membahas soal makanan dan aku baru empat hari tinggal dengannya bukan lima bulan.

"Apa kamu tau kalau Nino tidak suka dengan bawang Merah?" Pengetahuan baru bagi ku selain dasi yang tersimpul semua di lemari aku juga baru tau kalau Nino tidak suka bawang Merah.

"Dia tidak akan memakan masakan yang memakai bawang merah. itu berlaku dari dari Nino kecil padahal mama tidak pernah  membiasakannya seperti itu."

LOVEBIRDWhere stories live. Discover now