Lovebird 10

60.2K 2.4K 92
                                    

Sebetulnya cerita ini udah selesai jauh-jauh hari tapi tetep masih aja ada yang kurang kalo menyangkut Fere-Dina. Udah aku usahain perbaikan di sana sini hasilnya tetep sama. ~GAK PUAS~
Tapi-tapi-tapi aku harap readers semua bisa menikmatinya.

Melati POV

"Suster apa pasien yang bernama Ibu Dina sudah datang?" Hari ini pasien sudah tidak ada lagi aku tinggal menunggu Dina sahabatku yang akan memeriksakan kandunganya yang sudah menginjak bulan ke sembilan dan tinggal menunggu hitungan hari dia akan melahirkan.

"Sepertinya belum Dokter." Jawab suster Susi dari arah pintu masuk, bagaimana sih, Dina ini tadi dia bilang jam satu siang akan datang tapi ini sudah jam dua lebih belum juga datang padahal pasien sudah tidak ada lagi, seharusnya aku sudah bisa pulang sekarang tapi aku harus menunggu dia, pekerjaan menunggu memang menjengkelkan dan bikin kesal. Iseng, ku ambil ponsel yang sengaja aku simpan di saku jas dokter yang biasa aku kenakan supaya lebih mudah kalau ada apa-apa. Sambil menunggu Dina aku mulai menggeser tanda kunci di ponselku untuk melihat barang kali ada pesan atau email yang masuk, tidak ada satupun yang masuk. Padahal biasanya Fio yang selalu mengabarkan semua kegiatannya tiap hari sampai aku hapal di luar kepala kegiatannya itu.

Hmm, kemana anak itu? kangen juga sudah hampir empat hari ini dia tidak menghubungiku dan memberi kabar apapun. Aku sudah mencoba menghubungi ponselnya tapi tidak aktif, kemana sebenarnya Fio. Apakah dia sakit? tidak biasanya dia mematikan ponselnya sampai berhari-hari seperti ini. Kalau aku mencoba menghubungi Nino untuk menayakan kabar Fio yang ada malah dia nanti kege-eran karena tiba-tiba dapat telepon dariku. Sekarang ini hidupku sudah cukup tenang dan damai karena Nino tidak pernah lagi menggangu ketenaganku, setelah pesan terakhir yang aku kirim ketika dia menanyakan arti nama Suar Artydes yang sebenarnya tidak ada arti khusus aku hanya memberikan nama itu berdasarkan kelahirannya, Tydes lahir tiga desember dan Suar aku ambil dari  kata pelita yang artinya penerang semoga saja dengan kehadiran Tydes bisa menjadi penerang di dalam keluarganya Nino.

"Asik bener yang lagi ngelamun." Tiba-tiba saja Dina berdiri di depan pintu masuk ruang praktekku dengan megusap perutnya yang membuncit.

Aku tersenyum melihat orang yang aku tunggu-tunggu dari tadi baru saja datang "Ini sudah jam berapa Nyonya, kenapa baru datang. Aku hampir mati kebosanan nungguin kamu." Ku hampiri Dina yang semakin cantik saja semenjak hamil. "Apa kabarnya Din? kangen juga beberapa minggu gak ketemu, Fere mana?" Seperti biasa Dina tidak akan pernah sendiri memeriksakan kandungannya. Sesibuk apapun Fere dia tidak akan pernah melewatkan jadwal periksa kandungan Dina. Pernah suatu hari ketika kehamilan Dina menginjak empat bulan, dia terjatuh dan mengalami pendarahan meski tidak sampai membahayakan kandungannya, Fere yang kala itu berada di Irlandia utara untuk menghadiri pertemuan bisnis yang sangat penting langsung terbang pulang ke Indonesia karena khawatir dengan kondisi istrinya.

Kalau melihat betapa Fere sangat mencintai Dina, sampai apapun akan di lakukannya untuk  kebahagian istrinya, aku jadi mulai berpikir ternyata tidak semua laki-laki sebajingan Ayah tapi kalau aku kembali melihat fakta yang ada, laki-laki seperti Fere itu sangat jarang. Ya, satu berbanding seribu dan sembilan ratus sembilan puluh sembilan adalah bajingan termasuk Nino, dia bukan tipikal laki-laki yang setia dengan satu wanita.

"Baik, Fere masih di parkiran. Sorry ya, Mel telat mulu kalau janji sama kamu. Abisnya nungguin Fere pulang dari vietnam dulu."

"Ke vietnam. Bisnis hotelnya lagi ya, Din."

"He-eh, rencananya dia mau bikin hotel di sana, jadinya dia terus bolak-balik kesana ngurusin surat-suratnya. Susah juga kalau ngambil  arsitek dari Indonesia ribet izinnya." Aku hanya tersenyum sambil mempersiapkan sfigmomanometer untuk mengukur tensi darah Dina

LOVEBIRDWhere stories live. Discover now