Lovebird 22

56.3K 2.6K 94
                                    

Buat yang jomblo dan gak ada teman malam minggu, aku temenin dech..........
Biar gak sendirian meratapi nasib, mending baca cerita aku.
Maaf bgt nih lammmaaaaaaa
Updatenya. Kehilangan ide men....

Ok, enjoy it.

Nino menatap Tydes yang sedang tertidur nyenyak di dalam boks bayinya, semenjak Mamanya  tinggal di rumah untuk sementara waktu, pekerjaan Nino sedikit berkurang dia tidak perlu lagi menjaga Tydes sampai Tydes benar-benar tertidur, dia juga bisa mengerjakan apapun tanpa ada gangguan termasuk mengerjakan pekerjaan kantor yang di bawanya ke rumah tanpa perlu khawatir Tydes menangis meminta perhatiannya. Intinya Nino merasa terbantu, tapi meskipun pekerjaannya sedikit ringan, Nino tetap tidak menyukainya karena sampai hari ini Mamanya masih kekeuh dengan pendiriannya tidak merestui hubungan Nino dengan Melati.

Ditariknya napas dengan kuat sambil memikirkan cara apa lagi yang akan dia lakukan untuk membuat Mamanya luluh dan merestui hubungannya.

Ini sudah dua hari Melati pergi meninggalkan rumah, dua hari yang menyiksa bagi Nino karena Melati melarangnya untuk menemuinya sampai Mama benar-benar memberi izin dan merestui hubungan mereka. Sebetulnya Nino tidak peduli Mamanya memberi izin atau tidak. Toh, selama ini Mamanya tidak pernah ikut campur dalam urusannya tapi entah kenapa, di saat Nino ingin serius dengan satu orang perempuan Mamanya datang dan ikut mencampuri urusannya hanya karena Melati adalah anak dari seorang perempuan yang menurut Mama tidak punya malu karena dia telah merebut calon suaminya. Mungkin Mama masih sakit hati dan kecewa dengan kejadian tiga puluh tahun yang lalu dimana pria yang sangat dicintainya lebih memilih menuruti keinginan keluarganya di banding dengan kebahagiannya sendiri. Dan Melati adalah korbannya, korban dari keegoisan orang-orang yang mengaku sudah dewasa dan sudah banyak memakan asam-garam kehidupan.

Nino masih berdiam diri ketika secara tiba-tiba seseorang menyentuh lengannya. "Daddy belum tidur?" Tanyanya dengan memberikan sedikit senyuman.

"Belum." Jawab Nino dengan menatap Fio sekilas dan kembali menatap Tydes, tapi sedetik kemudian Nino menatap putrinya dari atas sampai bawah, dia berbalik dan benar-benar menatap putrinya yang sudah berpakaian rapi bukan memakai baju tidur seperti biasanya.

"Mau kemana kamu? kabur?" Tanyanya, Fio hanya menggelengkan kepala dan membetulkan resleting jaket yang dipakainya.

"Fio mau pamit. Fio mau pindah." Jawabnya dengan ringan membuat Nino heran dan sedikit menautkan alisnya.

"Pindah?"

"Ya, Fio akan pindah sementara ke rumah Tante Mel sampai Oma pulang ke Balikpapan."

"Kenapa? kamu sudah tidak betah tinggal di rumah?" Fio hanya mengangkat bahunya acuh.

"Karena Oma?" Nino semakin ingin tahu, kenapa Fio lebih memilih pergi.

"Ya."

"Apa Oma sudah tau?" Kembali Nino bertanya, tapi Fio hanya  menggeleng kemudian dia  berjongkok membetulkan tali sneakers yang di pakainya.

"Tante Mel tau?" Sekali lagi Nino bertanya tanpa mengalihkan tatapannya.

"Belum. Fio mau ngasih kejutan." Fio berdiri dan menatap Ayahnya yang sedang menatapnya curiga.

"Biar Daddy tebak, Kamu pasti akan bilang bertengkar dengan Oma, marahan dengan Daddy sampai akhirnya kamu memutuskan meninggalkan rumah. Begitu?"

"Jadi Daddy sudah tau rencana Fio?" Fio cemberut, tanpa dibilangpun Ayahnya sudah tahu rencananya.

Nino tersenyum, kemudian mengacak-acak rambut indah Fio. "Kamu ini."

"Bukan seperti itu Daddy, Fio hanya tidak ingin Tante Mel pergi lagi seperti tiga bulan yang lalu. Kalau Fio tinggal di sana, setidaknya Fio bisa tau kemana Tante Mel pergi."

LOVEBIRDWhere stories live. Discover now