Tak Banyak Yang Berubah

346 64 13
                                    

Saehee, Kang Saehee. Gadis itu tengah serius mengamati dosen yang tengah mengajar di depannya. Tangannya dengan cekatan ikut menyalin tulisan cakar ayam yang tertera di papan tulis ke buku miliknya, tulisan sang dosen paruh baya itu tentunya. Sesekali ia menarik nafas panjang. Matanya melirik kearah ponselnya, mencoba menghitung detik demi detik yang harus ia lalui di dalam kelas ini. Intinya, ia bosan. Ia ingin segera keluar dari kelas pengap ini dan menghirup udara segar di taman kampus yang rimbun dan cukup luas itu.

Penantian Saehee akhirnya selesai setelah 10 menit menunggu. Ia kini telah berada di bangku taman kampusnya, menikmati semilir angin yang menainkan helaian rambutnya seraya memejamkan mata. Seolah ia tengah mengumpulkan energi semesta untuk sekedar menarik nafas dan melanjutkan hidup. Benar-benar hidup yang menyebalkan. Menjadi dewasa bukanlah sesuatu yang mudah, tidak seperti apa yang ia pikirkan dulu saat masih sekolah. Semuanya menjadi begitu rumit. Kehidupan orang dewasa memang pelik.

"Kau sendirian lagi?" Park Jimin duduk disamping Saehee, matanya menatap kearah atas,mencoba melakukan sesuatu yang Saehee lakukan.

"Sunbae tidak punya jadwal kelas hari ini?" Saehee yang masih memejamkan matanya mencoba untuk memulai percakapan dengan Park Jimin, seniornya-walaupun sebenarnya ia tidak ingin di ganggu-.

"Tidak. Aku sedang ingin menghirup udara segar disini. Aaahhh ... disini sangat nyaman." Jimin menyandarkan punggungnya kesandaran bangku panjang itu. Matanya terbuka, menoleh kearah Saehee, menatapnya dengan intensitas tinggi. Senyumnya sedikit merekah, sedetik kemudian dia menyembunyikan senyum manis itu lalu memalingkan pandangannya kearah lain.

"Aku rindu Busan," guman Saehee.

Saehee dan Jimin berasal dari kota yang sama, Busan. Mereka ada di Seoul untuk menuntut ilmu, tak sengaja bertemu, lalu berteman baik-setidaknya begitulah anggapan Jimin-.

"Apa kau ingin pulang? Bulan Desember kita mulai liburan 'kan?"

"Tidak, aku suka disini," jawab Saehee
Jimin tertawa geli, "Kau suka disini tapi kau merindukan Busan? Bukankah itu sedikit membingungkan?"

"Entahlah. Aku juga bingung." Saehee membuka matanya, menatap Jimin yang sedang tersenyum lebar karena kalimat ambigunya tadi.

"Hei, kau mau dengar saranku?"
Saehee mengangkat alisnya sebelah, menunggu kelanjutan 'saran' dari sang senior.

"Carilah beberapa orang teman di kelasmu. Apa kau tidak merasa kesepian? Kau pergi kesana-kemari sendirian. Tidak ada salahnya kan jika membuat pertemanan dengan beberapa orang. Orang-orang Seoul tidak menggigit kok," ucap Jimin.

Saran yang menyebalkan. Saehee harus berteman dengan orang-orang menyebalkan itu? Ya tuhan, buang-buang waktu. Ia tidak suka berteman dengan sekumpulan orang yang sering menatap sinis kearahnya, diam-diam membicarakan keburukannya dan mengolok-olok aksen Busannya yang masih sedikit terbawa. Saehee tidak akan mati jika tidak memiliki teman 'kan? Tidak memiliki teman bukan akhir dari segalanya, bukan kiamat, bukan akhir dunia.

Saehee mengangguk pelan, mencoba menuruti senior yang dua tahun lebih tua darinya itu. Pria imut itu sungguh perhatian, terlalu perhatian mungkin. Dia bahkan lebih cerewet dari ibu dan juga neneknya Saehee, tapi dia baik, juga imut. Salah satu hal yang Saehee suka darinya.

Ini tahun ketiganya berada di kampus swasta bergengsi ini. Tak banyak yang berubah darinya sejak ia meninggalkan Busan. Ia masih Saehee yang sama, mungkin satu-satunya yang berbeda adalah berat badannya yang turun drastis, juga gaya makeup dan penampilannya. Selebihnya, ia masih Saehee yang sama. Kang Saehee yang tidak terlalu suka bergaul, pendiam, dan suka makanan pedas. Terkadang, ia sering merenung. Bertanya pada dirinya apakah ia sudah banyak berubah atau masih sama seperti tiga tahun lalu.

"Baiklah, Oppa ada janji dengan beberapa orang kenalan. Jaga dirimu. Jangan lupa makan." Jimin bangkit dari duduknya, mengelus pelan puncak kepala Saehee.
Saehee tersenyum manis. Kata 'Oppa' yang Jimin selipkan di kalimatnya tadi sedikit menggelitik telinga Saehee. Park Jimin yang jahil.

"Baiklah, Oppa. Sampai bertemu lagi." Saehee melambaikan tangan kearah Jimin. Pria itu membalas dengan kedipan mata dan senyum manisnya, lalu perlahan menghilang dari pandangan Saehee.

Saehee kembali mencoba menikmati kesendiriannya. Menikmati semilir angin yang memainkan dedaunan hijau di sekitarnya. Ketenangan ini membuat perasaan Saehee membaik. Seolah mengusir semua kegelisahan dan awan hitam akibat pelajaran yang memusingkan, juga masalah sosialnya. Gadis itu mulai jengah mendengar desas-desus tak berarti dari rekan satu kelasnya. Dasar, sampah tukang gosip!

Dering ponsel Saehee menjeda aktivitas menenangkan jiwanya. Saehee segera mencari sumber suara nyaring tersebut didalam tasnya. Telepon dari nomor yang tidak di kenal. Saehee dengan ragu menempelkan benda itu ketelinganya, ia menunggu sang penelpon untuk buka suara.

"Kang Saehee?" suara pria menyapa pendengarannya. Saehee mengerutkan dahi, seperti tidak asing dengan suara itu, atau mungkin itu hanya perasaannya saja?

"I-iya, anda siapa?"

Terdengar kekehan pelan dari penelpon asing itu. Entah apa yang lucu. Saehee mulai memasang wajah kesal, mungkin ini adalah telepon iseng yang sengaja ditujukan padanya dari para 'haters' kesayangannya.

"Kau terlihat sangat berbeda. Aku kira aku salah orang. Kau bahkan tidak mengganti nomor ponselmu."

Saehee mulai kesal. Pria itu menggunakan bahasa informal padanya. Mungkin seseorang yang mengenalnya, atau dia juga mengenal pria itu?

"Aku sibuk, tolong jangan mengangguku."

"Sungguh? Kau hanya duduk sambil memandangi dedaunan. Apakah itu yang kau sebut kesibukan?"

Benar-benar tidak lucu! Pria itu pasti ada disekitar sini.

Saehee segera menoleh kesegala arah, mencari penelpon menjengkelkan yang sok misterius itu. Matanya berhenti pada sesosok pria dengan kemeja biru cerah, sedang memasang senyum lebar dan tatapan mata kearahnya, juga ponsel yang menempel rapat di telinganya.

Mata Saehee membulat. Mungkin ini adalah salah satu tanda bahwa dunia akan segera kiamat. Pria itu ....

"Jeon ... Jungkook?"

***

Jangan Baper! Kita Cuma MANTAN |Jeon Jungkook| [SELESAI]Where stories live. Discover now