New Status

15.2K 977 13
                                    

Gara POV

Nesya Maudy Bachtiar.

Ah, nama itu. Aku sering tersenyum sendiri mengingatnya. Entahlah. Bahkan saat tau namanya pertama kali, aku langsung tertarik untuk mengenalnya lebih dekat.

Aku sangat bersyukur dialah perempuan yang mau papi jodohkan denganku. Aku memang tidak pernah bertemu dengannya. Pertemuan kami yang di pesta memang awal dari semuanya. Hanya saja, aku merasa sudah lama sekali kenal dengan Nesya. Dia mengingatkanku pada seseorang.

Apa aku pernah bermimpi perempuan yang mirip Nesya sebelumnya? Atau aku pernah tanpa sengaja bertemu dengannya? Atau Nesya mirip dengan mantanku? Tapi, mantan yang mana coba? Wets, bukannya songong, hanya saja ya cuma Nesya satu-satunya perempuan yang dekat denganku. Dan aku tidak punya mantan, asal kalian tau.

Ah entahlah. Mungkin Tuhan ingin menunjukkan bahwa Nesya benar-benar jodohku? Hah. Semoga saja.

"Woe, bang!" sapa seseorang menyentakkan lamunanku.

"lagi mikirin yang iya-iya ya?" tambahnya dengan pandangan menyelidik.

"Ngapain keluyuran kesini di jam kerja?" jawabku ketus. Mana ada coba karyawan seperti dia.

"Udah jam makan siang kali, bang. Makanya jangan ngelamun terus, bapak CEO yang terhormat" ejeknya. Sial. Ini siapa yang jadi bos disini coba.

"Yaudah keluar sana. Tumben gak dapet mangsa baru"

"Untuk hari ini nggak dulu, bang"

"Palingan sudah gak ada yang mau sama kamu"

"Ets. Nggak dong. Masih laku ini. Kalaupun udah gak ada cewek yang mau..."

"Apa?"

"Kan masih ada abang"

"Najis, Raff!" Aku bergidik ngeri melihat tampang Raffa yang sudah seperti banci kepanasan. Dan dengan seenaknya dia malah tertawa kencang di depanku.

Pletak!

"Adaww, sakit kali, bang!" ringisnya. Ah, jitakanku mempan juga.

"Buruan deh ada apaan. Aku sibuk. Bentar lagi ketemu klien"

"Ah, ketemu klien apa ketemu yang baru?" Raffa menaik turunkan alisnya menggoda. Ajaib memang. Perasaan barusan dia masih cemberut aja, sekarang malah balik lagi jahilnya.

"Maksudnya?"

"Halah, yang tunangan gak bilang-bilang. Kenalin dong, bang, sama tunangan barunya" Aku membulatkan mataku. Siaga satu. Tampang playboy Raffa mulai keluar.

"Biasa aja kali, bang liatnya. Nggak, aku mah anti rebut-rebut tunangan orang" Aku terkekeh pelan.

"Siapa tau" ucapku sambil menghendikkan bahuku.

"Tapi kalo abang rela sih, aku ambil juga gak papa deh"

"Nih kalo berani coba" kataku sambil mengepalkan tanganku padanya. Raffa terbahak, lalu mengubah lagi wajahnya menjadi serius.

"Serius deh bang. Jadi namanya siapa? Cantik gak? Katanya si Della, dia seorang pelukis?" tanyanya beruntun. Ah, kenapa aku jadi bersemangat menceritakan sosok seorang Nesya. Entahlah. Hanya saja aku bangga memperkenalkan dia sebagai tunanganku, milikku.

"Namanya Nesya. Dia cantik. Manis. Dan dia hebat. Tunggu sampai kamu melihat hasil coretan tangannya. Aku aja yang bukan penikmat lukisan jadi takjub melihat hasilnya" jelasku dengan senyuman. Ah, bawaannya senyum mulu kalo mikirin Nesya.

"Gitu ya, bang? Kalo gitu sih berarti.." Raffa menggantung perkataannya dengan muka serius.

"Berarti kenapa?" tanyaku datar.

My Fiance? Hell No!Where stories live. Discover now