I Love You

15.6K 731 8
                                    

"Gara, makan!"

"Hmm"

"Gara, makan sih. Keburu dingin ini"

"No, mami. Gak enak, pahit"

Mami mendecak kesal. Sifat manja anaknya mulai kumat. Ia memang sudah terbiasa dengan hal itu, namun saat ini Gara butuh asupan makan. Jadi mau tak mau, manjanya Gara membuat mami jengkel setengah mati, sebab anak itu tidak memikirkan kesehatannya.

"Sedikit, Gara" bujuk mami.

"Nggak, mami. Lagian aku masih sibuk ini" sahut Gara cuek, tanpa menatap mami sedari tadi. Dia sibuk dengan layar kecil di hadapannya. Sesekali jarinya mengetik sesuatu disana.

"Mami males ah ngurus kamu lagi. Jangan ngadu ke mami kalau kamu sakit loh, ya" ancam mami. Sementara Gara tetap acuh tak acuh.

"Makan deh, bang. Manja banget sih" sindir seorang pria yang sejak tadi hanya mendengarkan dua orang itu berbicara. Dia mematikan ponselnya dan bersedekap dada. Memandang Gara dengan tatapan jengahnya.

"Kamu lapar, Raff? Itu dimakan aja, gih" sahut Gara asal.

Raffa mendengus keras dan melirik mami yang juga menghendikkan bahunya pasrah. Tidak ada papi sih, biasanya hanya dengan pelototan papi, Gara langsung kicep dan melakukan apa yang ia suruh.

"Ck, sumpah deh bang. Itu kerjaan sudah ada yang handle. Tugas abang sekarang cuma pulihin kesehatan. Nurut aja kenapa sih" omel Raffa. Heran deh. Ini siapa yang lebih tua coba. Kenapa jadi Raffa berasa nasehatin adiknya.

"Sudah sehat ini. Aku cuma males makan. Bukan gak mau. Nanti juga kalau lapar pasti makan, kok"

"Mami bilangin papi kali, ya" cetus mami tiba-tiba. Wanita paruh baya itu mengerling pada Raffa.

"Bilangin aja, tante. Atau suruh om Tomi kesini. Biar tau kelakuan anaknya seperti apa sekarang" jawab Raffa mengerti 'kode' mami.

Gara memutar bola matanya malas. Sekongkol pasti. Memangnya dia anak kecil yang bisa dikelabui ancaman seperti itu.

"Halo, pi?"

Astaga, si mami benar-benar. Gara menggerutu dalam hati.

"Iya mi. Gara makan!" teriaknya kesal menghentikan ucapan mami yang sekarang tersenyum penuh kemenangan.

"Nggak jadi, pi.. Iya, bukan apa-apa kok.. Yaudah, lanjutin kerja deh. Love you too, pi"

Gara mendecih. Apa coba si mami segala pamer kemesraan. Raffa juga melempar tatapan horornya pada Gara, seolah bertanya ini-serius-mama-abang?

"Tante mesra banget deh sama om" celetuk Raffa usil. Gara menggelengkan kepalanya melihat mami tersenyum malu.

"Makanya buruan cari istri" sahut mami setelah sadar dari kondisi.

"Belum nemu yang cocok, tante. Tipe istri idaman seperti tante itu sudah langka, tau nggak" jawab Raffa. Gara mencibir mendengar penuturan sepupunya itu.

"Pasti lah belum ada yang cocok, wong tiap hari ganti terus. Kapan nemunya kalau nggak pernah serius" sinisnya.

"Apa deh, bang. Sewot amat" balas Raffa.

"Dih, situ kali yang ngerasa banget disindir"

"Iya dong, peka ini. Daripada abang, nunggu gajah bisa terbang kali ya, baru bisa peka"

Gara menatap Raffa dengan pandangan membunuh. Sedangkan yang ditatap menanggapinya enteng, tersenyum meremehkan. Mami hanya geleng-geleng kepala melihat dua pria itu saling meledek.

My Fiance? Hell No!Where stories live. Discover now