Paint

16.4K 1K 9
                                    

"Hati-hati, sayang. Bersenang-senanglah" ucap mama sambil melambaikan tangannya.

Mobil mulai berjalan perlahan. Kalau kalian mau tau, pagi ini adalah pagi terburukku. Bagaimana tidak? Mama merencanakan kegiatanku hari ini dengan menyuruhku menemani Gara. Hah, bagus sekali. Setelah mengganggu tidur cantikku, dia akan merusak hariku. Sial.

Aku melirik Gara. Dia terlihat tenang di balik kemudinya. Oh Tuhan. Kenapa dia terlihat mempesona hanya dengan polo shirt putih dan celana sebatas lutut? Yak! Aku memukul pelan kepalaku. Sepertinya otakku sedikit bergeser.

"Ke-kenapa me-mukul kepala? Pusing?" tanyanya. Aku merutuk pelan diriku sendiri.

"Nggak. Ada nyamuk" jawabku asal.

"Hey! Ti-tidak mungkin a-ada nyamuk di- di dalam Sheggyku"

"Sheggy? Siapa Sheggy?"

"Mo-mobil i-inilah. Na-namanya Sheggy" jawabnya bangga.

Satu detik..

Dua detik..

Tiga detik..

"Hahahahaha. Pfffftttt. Ahahaha"

Astaga. Sumpah demi apa mobil sekeren ini punya nama? Dan -dan namanya Sheggy? Itu seperti nama tokoh kartun. Biar aku ingat. Kartun detektif yang ada anjingnya. Tokoh lelaki yang kelewat kurus dan berteman dengan anjing. Skubidubidu. Ya, kan? Hahaha. Ya ampun. Aku mengusap perutku yang sakit akibat tertawa.

"Ke-kenapa tertawa?" tanyanya dengan nada tidak suka.

"Tidak apa-apa. Hanya saja, apa tidak ada nama yang lebih keren dari Sheggy?" jawabku setelah tawaku agak reda.

"Me-memangnya kenapa de-dengan nama Sheggy?"

Aku menggelengkan kepalaku pelan. Tak habis pikir dengan Gara. Bisa kalian simpulkan sendiri kan kalau dia sangat kekanakan.

"Ngomong-ngomong, kita mau kemana?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan. Gara yang semula terlihat kesal, kini mulai mengembangkan senyumnya. Tuh kan. Cepat sekali berubahnya.

"Rahasia! Na-nanti ka-kamu pasti se-senang" jawabnya.

"Kasih tau aja kali. Gak usah pake rahasia segala" Dia hanya tersenyun kecil menanggapi. Haish. Memangnya ini mau kemana sih. Perasaan sudah 15 menit kita di jalan, masih belum nyampe juga. Dan jalanan tidak macet, asal kalian tau.

***

Mobil jeep Gara berhenti di depan sebuah villa. Aku mengernyitkan dahi. Villa? Kenapa Gara mengajakku kesini? Astaga! Jangan bilang dia mau--

"Ayo turun!"

Oh sialan. Otakku kenapa berpikiran negatif begini sih. Aku mengamati villa itu dari luar. Terlihat bersih dan nyaman. Apa ini salah satu villa milik keluarga Gara?

"Gara, kita ngapain coba kesini?" tanyaku setelah turun dari mobil.

"Na-nanti kamu ta-tau sendiri, kok" jawabnya sambil mengulum senyum.

"Awas aja kalau sampe macem-macem" ancamku penuh penekanan. Dia hanya terkekeh dan menggeleng pelan.

"Ayo ma-masuk" ajaknya padaku.

Villa ini lumayan besar dengan dua lantai. Halamannya juga luas dan ditumbuhi bermacam tanaman. Villa ini terawat sekali. Tapi yang aku lihat, sepertinya tak ada penghuni disini.

"Ini villa salah satu keluargaku" jelas Gara setelah mempersilahkanku masuk.

Aku mengamati ruang tamu villa ini. Nyaman. Banyak perabotan antik yang ditata sedemikian rupa disini. Hey, kenapa tidak ada satu pun foto Gara ataupun keluarganya? Yang tergantung disini hanyalah lukisan potret diri dan pemandangan.

Aku melihat Gara membawa segelas jus jeruk dan kue kering, lalu tersenyum padaku.

"Maaf hanya a-ada ini" ujarnya kikuk. "se-setelah istirahat sebentar, a-aku akan me-mengajakmu ke su-suatu tempat" tambahnya.

"Memangnya mau kemana? Oh iya, kenapa tidak ada orang disini?" tanyaku penasaran. Aneh juga sih. Masa iya dia mengajakku kesini hanya untuk minum dan makan camilan.

"Ada kok. Seorang satpam selalu menjaga tempat ini"

"villa ini memang jarang ditempati. Namun mama masih merawatnya dengan menyuruh orang mengurus tempat ini" jelasnya sambil memainkan tangannya.

Tunggu. Kalian merasa ada yang ganjil, tidak? Iya. Seperti ada sesuatu yang salah pada Gara.

"Setiap ada masalah aku juga sering kesini. Tempat ini memberiku kenyamanan dan ketenangan"

Tuh kan! Seperti bukan Gara.

Astaga. Ya Tuhan!

Gara tidak gagap. Bagaimana mungkin? Tapi aku dengar sendiri dia berbicara dengan lancar, seperti kebanyakan orang. Aku makin penasaran dengan lelaki ini.

"Gara?" Dia menoleh lalu tersenyum tipis.

"Ayo! Ikut aku" ajaknya sambil menggenggam tanganku.

***

Halaman belakang? Ngapain dia mengajakku kesini? Tapi, hey lihat. Kenapa banyak sekali ilalang disini?

"Ayo, aku punya spot yang indah buat kamu" ucap Gara.

Ayunan! Aku berlari kecil melihat ayunan itu. Wah, sudah berapa tahun aku tidak menaiki permainan ini? Dulu, aku sering memainkannya bersama dengan kak Jana. Tali ayunan ini dipenuhi sulur tanaman yang menjalar ke atas pohon.

Aku menengadahkan kepalaku. Rumah pohon! Hebat hebat! Aku mencari tangga yang menjadi penghubung rumah pohon itu. Mana?

"Nesya, disini" ujar Gara sambil menarik tangga yang terbuat dari tali tambang. "kamu dulu. Aku awasi dari bawah" tambahnya.

Aku menaiki tangga buatan itu dengan hati-hati. Untungnya ada Gara, jadinya tangga ini tidak terlalu goyang-goyang.

Hap! Sampe. Astaga. Aku seperti bocah. See. Sepertinya aku mulai tertular penyakit Gara.

Wow. Pemandangan yang terlihat dari rumah pohon ini indah sekali. Dari sini aku bisa melihat sebuah danau kecil yang dikelilingi tanaman ilalang. Lalu tak jauh dari sana ada sebuah bukit yang tak terlalu tinggi dan masih terlihat hijau.

Aku duduk di pinggir rumah pohon itu. Hah, udaranya sejuk sekali. Tunggu. Aku membutuhkan sesuatu. Tangan ini gatal ingin melakukan kebiasaanku.

"Nesya!" Aku berjengit kaget. Gara muncul dengan beberapa barang di tangannya.

"I-ini. A-aku tau ka-kamu pasti i-ingin melakukannya" ucapnya pasti. Gagap lagi ini ceritanya?

Aku menerima bungkusan paper bag di tangannya. Apa ini?

Astaga. Sketch book. Kuas. Cat.

Aku menatap Gara yang sekarang sedang tersenyum kikuk. Bagaimana lelaki ini bisa tau keinginanku?

"Terimakasih" kataku tulus.

"I-iya sama-sama"

Painting!

Astaga. Aku senang sekali. Kalau yang lain mengabadikan keindahan ini dengan kameranya. Maka, aku menggunakan caraku sendiri untuk mengamati tiap bagian ciptaan Tuhan yang selalu mempesona setiap detiknya.

My Fiance? Hell No!Where stories live. Discover now