Chapter 5

516K 32.6K 3.5K
                                    

Selamat membaca😁

Setelah tiba di mansion, Vega sudah bersiap keluar dari mobil sembari menggendong Leandro. Tapi saat ia membuka pintu mobil, tiba-tiba tangannya dicekal oleh Edgar.

"Aku saja yang memindahkan Leandro ke kamar," tukas Edgar datar.

Edgar berjalan memutari mobil dan mengambil Leandro dari pangkuan Vega.

Kemudian mereka berdua memasuki rumah bersama dan melangkah menuju kamar Leandro. Setibanya di kamar, Edgar memindahkan tubuh Leandro ke atas tempat tidur. Sedangkan Vega melepas sepatu dan kaos kaki yang dipakai Leandro.

Edgar duduk di pinggir ranjang sembari menatap lekat wajah Leandro yang tengah terlelap.

"Aku akan ke kamarku sebentar," tutur Vega melangkah keluar dari kamar Leandro.

Edgar hanya diam tidak bersuara. Ia masih memandangi Leandro intens.

Vega segera membersihkan diri dengan cepat. Karena ia merasa cemas dan tidak tenang meninggalkan Leandro bersama dengan Edgar. Meskipun Edgar adalah ayah Leandro, tapi tetap saja ia khawatir.

Setelah memakai baju, Vega bergegas kembali ke kamar Leandro.

"Kau masih di sini?" Vega bertanya basa-basi saat mendapati Edgar masih berada di kamar Leandro.

"Aku ingin tidur di sini," tutur Edgar singkat.

Raut wajah Vega terlihat keberatan. "Kalau begitu, aku akan tidur di kamarku," tuturnya sembari membalik tubuhnya.

"Mommy." Suara serak Leandro menghentikan langkah Vega.

Vega kembali membalik tubuhnya sembari tersenyum lembut ke arah Leandro.

"Leo ingin tidur dengan Mommy," pintanya sembari memasang wajah memelas.

Vega melirik ke arah Edgar yang hanya memasang wajah tanpa ekspresi.

Ia tidak ingin tidur bersama dengan pria itu. Tidak ada yang tau apa yang akan Edgar lakukan saat ia tertidur. Bisa saja dia diam-diam menusukkan pisau di perutnya.

Vega menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran buruk yang memenuhi benaknya.

"Emm ... Leo siang ini tidur dengan Daddy, ya?"

Leandro terlihat seperti ingin menangis karena takut harus tidur dengan Edgar. 

Vega yang menyadari ketakutan dalam diri Leandro, segera mendekati Leandro dan duduk di pinggir tempat tidur.

Leandro memegang tangan Vega erat sembari menatapnya dengan tatapan penuh harap agar Vega tidak meninggalkannya dengan Edgar.

"Mommy ...," lirih Leandro tampak memohon.

"Leandro! Berhenti merengek dan kembali tidur sekarang!" titah Edgar tegas.

Leandro terkesiap dan memeluk pinggang Vega erat.

"Apa yang kau lakukan? Kau menakuti Leo!" desis Vega tidak suka sembari memeluk tubuh mungil yang saat ini gemetaran.

"Kenapa kau takut padaku? Aku tidak akan membunuhmu," tukas Edgar dingin.

"Edgar! Apa kau tidak bisa bicara baik-baik dengan Leandro? Leo masih kecil, jangan memperlakukan dia kasar seperti ini."

Edgar berdecak.

"Sudahlah, aku ingin tidur. Kalian berdua sama-sama berisik," pungkasnya kesal sembari membaringkan tubuhnya di atas kasur.

"Kenapa kau tidak kembali ke kantormu?" Vega bertanya dengan nada ketus.

"Aku lelah, dan sekarang aku ingin istirahat."

"Seharusnya kau membersihkan diri sebelum tidur."

"Aku sudah mencuci tangan dan kakiku."

Vega menghela napas pelan. Kemudian tatapannya beralih ke arah Leandro. "Sekarang Leo tidur lagi, ya," tutur Vega tersenyum lembut.

Leandro menatap Vega dengan tatapan ragu. "Mom," lirihnya melirik ke arah Edgar ketakutan. Jelas sekali jika Leandro tidak ingin tidur di sebelah Edgar. Padahal Vega sendiri juga keberatan jika harus tidur berdekatan dengan Edgar.

Bagaimana ini?

Akhirnya setelah meyakinkan dirinya sendiri jika tidak akan terjadi apa-apa, Vega mengalah dan tidur di tengah memunggungi Edgar.
Lalu ia memeluk Leandro sembari menggusap-usap punggungnya. Perlahan Vega juga mulai mengantuk dan tertidur.

Beberapa menit kemudian, Vega dikejutkan oleh tangan besar yang sekarang melingkar erat di pinggangnya. Saat Vega ingin berteriak, mulutnya sudah lebih dulu dibekap oleh Edgar.

"Ssshhtt! Jangan berisik, nanti Leandro bangun," bisik Edgar penuh penekanan dan tetap membekap mulut Vega.

Vega bisa merasakan hembusan napas Edgar yang tidak beraturan menerpa telinganya.

"Kau terlalu sibuk mengurus Leandro sampai kau lupa untuk mengurus suamimu sendiri," tutur Edgar dengan nada suara berat sembari menyentuh paha Vega dengan gerakan pelan.

Vega terkesiap, lalu melepas tangan Edgar sekuat tenaga. "Edgar!" pekiknya dengan wajah yang merah padam karena Edgar telah kurang ajar menyentuh tubuhnya.

"Aku akan mengurungmu jika sampai Leandro terbangun," desis Edgar mengintimidasi dan mengunci tubuh Vega dengan kaki dan lengan kekarnya.

"Akh!" Vega memekik kesal karena tidak bisa melepaskan diri dari kurungan Edgar.

Edgar tersenyum sinis. "Kau tidak akan bisa lepas dariku."

Tangan Edgar bergerak naik ke atas dan membelai pinggang Vega dengan sentuhan sensual. "Kau tau, semalam aku bermimpi bercinta denganmu," bisiknya serak sembari mengigit telinga Vega.

Vega memejamkan matanya dalam-dalam sembari terus berusaha melepaskan diri.

"Ouh, relaks, Baby girl."

Edgar terkekeh. "Bagaimana jika sekarang kita wujudkan mimpi itu, hem?"

"Leandro juga pasti ingin memiliki adik. Seperti katamu, dia sangat kesepian."

Vega terhenyak. Tubuhnya seketika merinding mendengar ucapan Edgar. Ia tidak ingin memiliki anak dengan seorang pembunuh. Ia tidak ingin di tubuh anaknya mengalir darah seorang psikopat.

"Jika kau tidak melepaskanku, aku akan berteriak!"

Edgar tidak menggubris ancaman Vega, ia justru semakin ingin menggoda Vega dengan mengatakan hal-hal yang membuat Vega merasa risih. "Bagaimana jika kita melakukannya di kamarku? Di sana kedap suara, tidak ada seorang pun yang akan mendengar desahanmu saat bercinta denganku."

"Aku pastikan kau akan berteriak saat milikku masuk ke dalam milikmu."

"Edgar cukup! Aku tidak ingin mendengarnya lagi!"

Edgar tersenyum tipis. "Jika kau sudah merasakan milikku. Kau bahkan akan memintanya lebih dulu," tuturnya serak sembari menjilat leher Vega.

Bulu tengkuk Vega meremang saat merasakan lidah Edgar menjilat lehernya. Entah mendapatkan kekuatan dari mana, Vega berhasil melepaskan diri dari Edgar. Ia bergegas loncat turun dari tempat tidur dan berlari keluar dari kamar Leandro dengan perasaan campur aduk, antara marah dan takut secara bersamaan.

"Kau tidak akan bisa pergi jauh dari mansion ku."

Edgar terkekeh sembari merubah posisinya menjadi telentang dengan kedua tangan yang berada di bawah kepala. Tatapannya menerawang jauh menembus langit-langit kamar. Padahal awalnya ia hanya ingin memeluk Vega, tapi karena melihat reaksi Vega yang heboh seperti itu. Ia justru ingin menggoda Vega, dan tidak sengaja mengatakan sesuatu hal yang terlalu vulgar.

Seutas senyuman terpatri di wajah dinginnya. Satu hal yang ia tau, sekarang hari-harinya tidak akan membosankan dan hambar seperti dulu lagi.

TBC.

Untuk yang belum follow silahkan follow dulu, karena untuk chapter berikutnya akan di privat😁😁😁😁

Stepmother ✓ Where stories live. Discover now