Chapter 3: Under Attack and Escape [3]

217 32 11
                                    

Chapter 3

Under Attack and Escape
Bagian 3

*****

Hari semakin gelap dan Raven kembali dengan beberapa bahan makanan. Riel yang sempat tertidur di kursi menjadi terbangun karena suara langkah kaki Raven yang berisik. Riel menguap pelan, menyaksikan bagaimana pria itu menyalakan pelita yang diletakan di meja dekat Riel, mencuci bahan makanan, mulai memotong-motongnya yang kemudian memasaknya.

Riel tidak tahu harus melakukan apa. Dia hanya diam memandangi api yang bergoyang-goyang. Tidak berapa lama kemudian, Raven selesai memasak dan menghidangkan makanan di hadapan Riel.

"Makanlah."

"Aku tidak menyangka ternyata ada juga pencuri yang baik hati," ujar Riel pelan, terheran-heran dengan sikap Raven.

"Kau meledekku? Berterima kasihlah pada sisi kemanusiaanku ini," ujar Raven kemudian memakan makanannya.

"Terima kasih dan selamat makan," Riel mengatupkan tangan kemudian memakan masakan Raven.

"Tidak buruk juga," pikir Riel dalam hati.

Riel tidak terbiasa makan hanya dengan garpu. Biasanya dia makan menggunakan pisau dan garpu serta hidangan pembuka juga penutup. Tapi dengan ini saja, dia harus bersyukur.

"Kenapa kau baik padaku?" tanya Riel setelah menyelesaikan makanannya. Selama mereka makan tadi, tidak ada yang bicara.

"Aku tidak baik kepadamu. Hanya kasihan. Dilihat dari sisi mana pun kau itu orang yang manja. Tanganmu saja tidak kasar. Kau omega, kan? Kebanyakan dari mereka itu lemah."

Riel merengut, "Hei. Itu tidak sopan tahu."

Raven tidak membalas ucapan Riel dan menuangkan air putih pada gelas laki-laki itu, "Minumlah."

Riel meneguk air itu dalam diam.

"Setelah mendapatkan tongkatmu kembali, apa yang akan kau lakukan?" tanya Raven.

"Mencari sesuatu yang bisa mengalahkan kegelapan yang menyerang istana," jawab Riel tanpa memandang pria itu.

"Kau ingin mengalahkan kegelapan?" kemudian Raven tertawa. "Dengan tubuh kecil dan pendek seperti ini? Hahaha! Semoga berhasil."

"Ya, doakan saja," ketus Riel.

"Oke, baiklah," Raven berdiri kemudian mengangkut piring-piring tadi ke dapur dan kembali pada Riel. "Ayo kita ke toko itu. Sepertinya sudah buka."

Kedua pemuda itu keluar rumah. Tidak lupa Raven menguncinya lalu berjalan dengan Riel di belakangnya menuju sebuah toko yang sedikit jauh dari tempat tinggalnya. Membutuhkan waktu 30 menit untuk sampai ke toko antik yang baru saja buka itu.

"Oh, Raven. Selamat malam. Ada barang yang ingin kau jual lagi padaku?" tanya seorang pria tua kurus kering ketika Raven masuk.

"Aku ingin membeli kembali tongkat sihir yang kujual itu."

"Ingin membeli lagi?" lalu pria itu tergelak. "Dua jam setelah kau menjualnya padaku, ada seorang penyihir yang datang ke tokoku dan membelinya."

"Di... Dibeli seseorang?!" suara Riel langsung melengking. "Siapa yang membelinya?!"

Pria itu mengusap dagu, "Hmmm... kalau tidak salah aku melihat lambang keluarga di pin yang ia kenakan... Sebuah kristal berbentuk... Hmmm... Aku sepertinya pernah melihatnya di suatu--oh! Lambang itu milik keluarga Lorric. Lorric yang memimpin provinsi Deright Rokkou."

Under The Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang