Chapter 2: Under Attack and Escape [2]

239 33 8
                                    

Chapter 2

Under Attack and Escape
Bagian 2

*****

Riel membuka mata lagi setelah beberapa jam berlalu, ketika matahari berada tepat di atas kepala. Dia mengusap mata lalu membenarkan posisinya, bersandar pada pohon yang berada di tepi sungai.

Riel meringis dan sadar sepenuhnya ketika rasa nyeri itu kembali menyerang tubuhnya. Kedua pergelangan tangan serta punggung bagian kanannya luka akibat serangan gargoyle.

Riel menjulurkan kepala ke sungai. Air yang jernih itu bisa memantulkan dirinya. Dan betapa mengerikan penampilannya saat ini. Tidak ada baju mewah, melainkan piyama yang ditutupi oleh jubah, rambut pirang panjang yang berantakan, dan wajah yang penuh luka.

Riel menyentuh wajah dan bintik-bintik cahaya hijau temaram muncul di antara jemarinya. Dalam sekejap, memar di ujung bibir dan di pipi hilang tanpa bekas. Kemudian, ia menarik napas perlahan dan menutup mata. Tubuhnya mengeluarkan cahaya hijau yang membuat semua lukanya menghilang. Benar-benar hilang tanpa bekas. Riel sedikit bangga pada dirinya. Setidaknya dia menguasai sihir penyembuhan, walaupun serangannya tidak begitu kuat. Hanya saja, setelah mengeluarkan sihir semacam itu, tubuhnya kembali melemah. Riel kembali menyandarkan diri pada pohon dan hendak memejamkan mata lagi sambil meraba-raba rumput. Matanya membelalak ketika tangannya tidak menyentuh sesuatu yang selalu bersamanya selama ini.

"Tongkatku? Dimana tongkatku?" Riel panik. Dia berdiri dan melihat-lihat sekitar.

Dia tidak menemukannya.

"Gawat! Jangan-jangan jatuh ke sungai dan terbawa arus?" Riel menatap sungai di depannya dengan ragu.

Riel berusaha menenangkan diri. Dia terdiam beberapa saat untuk mengingat-ingat.

Semalam, tongkat sihir kayu itu masih bersamanya. Bahkan ketika jauh ke jurang dan terombang-ambing di sungai, Riel masih menggenggamnya. Pada malam itu, dia bertahan pada tepian sungai dan naik ke darat, kemudian bersandar pada pohon, lalu tertidur. Tongkatnya masih bersamanya.

"Kalau tidak salah..."

Riel kembali mengingat-ingat. Ketika dia membuka mata, ada seorang pria, kan? Apa yang dilakukannya, ya?

"Ah, sialan. Dia mencuri tongkat sihirku!" seru Riel, sudah berhasil mengingat.

Benar. Pria itu mengambil tongkat Riel selagi dia setengah sadar.

"Kurang ajar sekali!" pikir Riel sebal.

Dia berdiri dan melihat sekitar. Pepohonan di tempat ini tidak begitu rindang dan tinggi, jadi bisa memudahkan Riel untuk menelusuri lebih jauh.

Riel memasang tudung jubah kemudian melangkah perlahan, berjalan di tepian sungai. Suara binatang yang melewati semak-semak membuat jantung Riel berdebar keras. Walaupun sekarang terang benderang juga cerah, Riel masih ketakutan dan tidak bisa menghilangkan sosok gargoyle maupun wajah Douglas dari benaknya. Jika dia diserang saat ini, hal yang hanya bisa dilakukan yaitu melarikan diri.

Riel kesal pada dirinya sendiri. Kenapa dia tidak bisa menggunakan sihir tanpa tongkat itu? Padahal sepupunya, ibunya, neneknya, dan semua penyihir di istana bisa menggunakan sihir tanpa tongkat. Sekarang Riel meruntuki dirinya, kenapa menjadi sosok yang begitu lemah. Bahkan, dia tidak tahu apa kelebihannya. Dia memiliki fisik yang lemah dan tidak berbakat, tapi kenapa ayahnya bersikeras menjadikannya raja Kerajaan Floren berikutnya? Padahal adiknya, Ciel, sudah diperkirakan akan menjadi pemimpin yang kuat di umurnya yang masih lima tahun.

Under The Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang