CHAPTER 13 | KOMPETISI |

Start from the beginning
                                    

"Buku di rak ini yang nata Pak Demplon?" tanya Bu Ambar seraya menunjuk rak berisi puluhan buku di hadapannya.

"Oh, yang ini. Kalo rak yang ini bukan saya yang nata, tapi Cakrawala. Kemarin waktu saya lagi bersih-bersih dia dateng dan langsung bantuin saya."

Pak Demplon tersenyum, ia mengingat bagaimana Cakrawala kemarin datang untuk meminjam buku, tapi karena ia melihat Pak Demplon sedang bersih-bersih sendirian, Cakrawala membantunya.

"Anak itu lagi," gumam Bu Ambar.

"Kalo rak lainnya yang nata saya. Kenapa, ya, Buk?" tanya Pak Demplon.

Bu Ambar menggeleng. "Oh, enggak, Pak. Nggak papa-papa."

———

Di dalam kelas, Cakrawala sedang mencatat materi ke dalam buku. Di samping Cakrawala, Moa meletakkan kepalanya di atas meja. Bukan, ia bukan tidur.

Moa sedang memandang setiap inchi wajah seorang Cakrawala Agnibrata. Wajah cowok yang duduk di sampingnya ini, imut, tipe-tipe babyface. Namun sayangnya, kemulusan wajah Cakrawala terganggu dengan bekas kebiruan disudut kanan bibir cowok itu.

"Cakra..." panggil Moa, lemah. Tumben, biasanya kalau manggil Cakrawala selalu pake urat.

Cakrawala menghentikan aktivitas mencatatnya, kemudian ia menoleh ke bawah, kearah Moa yang sedang menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Kenapa, Moa? Kamu sakit? Kok kamu lemes gitu. Mau aku anter ke UKS atau kamu mau aku beliin makan? Jus jambu kayak kemarin? Atau, kamu mau apa?"

Moa menghela napas panjang. "Gue, capek," ujarnya. "Mama gue mau minta pisah," cicit Moa. Namun masih terdengar di telinga Cakrawala.

Moa masuk ke dalam kamar Mamanya. Saat ia masuk, ia tidak sengaja melihat surat gugatan cerai tergeletak di atas kasur.

"Eh, sayang, kamu—"

"Ini apa, Ma?"

"Itu... Itu—"

"Moa tanya, ini apa, Ma?!" Sentak Moa.

"Mama mau minta pisah sama Papa kamu."

Moa memejamkan mata. Air matanya diam-diam lolos. Di samping Cakrawala, Moa menangis tanpa suara.

Cakrawala meletakkan telapak tangannya di atas kepala Moa, lalu mengusap rambut Moa dengan lembut.

"Aku mengerti, ini pasti sangat berat buat kamu." Ujar Cakrawala, mencoba memahami Moa.

Moa memang selalu berbuat kasar, tapi setidaknya masih ada kebaikan dalam diri Moa. Kebaikan yang selama ini Moa tutup-tutupi dibalik sikap kasarnya pada Cakrawala.

Diberitahukan kepada siswa-siswi yang mengikuti seleksi kompetisi olimpiade matematika supaya segera menuju ke ruang bimbingan sekarang juga.

Suara panggilan dari toa sekolah yang keluar dari speaker di sudut ruang kelas terdengar dengan jelas.

Mendengar pengumuman tersebut, Nadin yang duduk di depan Moa, segera bangkit dan keluar dari kelas. Alih-alih mengajak Cakrawala untuk sama-sama menuju ke ruang bimbingan, ia justru pergi begitu saja. Ia sama sekali tidak perduli dengan Cakrawala.

2. NOT ME ✔️ Where stories live. Discover now